untuk informasi
YAYASAN ISLAM RIYADHUL JANNAH
8-9
Juli 2000
|
Poka-Rumah Tiga Jatuh ke Tangan Muslimin
Ambon, MHI
Seperti diberitakan sekilas pada MHI edisi sebelumnya (6/7/2000), Muslimin
Ambon mengadakan penekanan dan penyerangan terhadap kaum Kristen RMS di desa
Poka dan Rumah Tiga., Kecamatan Baguala, Kodya Ambon sejak Sabtu (1/7).
Akhirnya pada hari Kamis (6/7), Muslimin warga Desa Liang dan Tulehu berhasil
merebut kembali seluruh wilayah kedua desa tersebut.
Penyerangan yang dilakukan Muslimin atas RMS Kristen sejak seminggu yang lalu
tentu saja dipicu oleh ulah Kristen RMS sendiri. Kejadian ini bermula dengan
pembakaran masjid di kawasan Poka-Tihu serta membumi-hanguskan Masjid di
Kampus Universitas Pattimura Ambon pada hari Senin tanggal 3 Juli 2000.
Disamping itu, ada peristiwa pembunuhan atas Muslimin di dua desa ini pada
kerusuhan awal tahun 1999 yang lalu
Dalam pertempuran yang berlangsung sejak waktu Subuh hingga Isya' tersebut,
Muslimin berada dalam posisi baik, karena dalam serangan kali ini kekuatan
yang turun ke medan peperangan sekitar 5 ribu orang warga Muslimin Ambon
Serangan sporadis juga yang dilancarkan Muslimin dari arah Kota Jawa dan BTN
Poka tersebut, memaksa pasukan dan warga Kristen RMS di dua desa tersebut
tidak mampu lagi membendung serangan Muslimin yang sudah menyimpan dendam
terhadap kafir Kristen RMS, karena sehari sebelumnya pasukan Kristen RMS telah
membakar masjid Al-Muhajirin di perumahan BTN Poka.
Setelah Muslimin berhasil meratakan sebagian desa Rumah Tiga, akhirnya pasukan
Kristen RMS yang sejak awal terdesak dalam pertempuran itu terpojok gerakannya,
karena tidak ada pelindung lagi, sedangkan tempat yang aman untuk lari hanya
ke laut. Dan akhirnya mereka terpaksa mundur dengan cara terjun ke laut untuk
berenang maupun menaiki perahu agar dapat menyeberangi selat Martafons menuju
Halong.
Berdasarkan pemantauan dari Masjid Kapaha, terlihat rombongan-rombongan
orang-orang Kristen RMS yang berjubel dan berdiri di pantai dengan membawa
senjata-senjatanya, sedang menunggu perahu-perahu yang akan membawa mereka ke
tempat pengungsian. Sehingga saat itu terlihat bagaimana lalu-lalangnya
puluhan speed, perahu dan kapal ikan Kristen RMS yang mengangkut
orang-orangnya ke tempat pengungsian. Baru kali ini Muslimin memenangkan
pertempuran yang seimbang dan dapat membalas tindakan orang Kristen RMS yang
telah membuat sengsara dan prahara bagi kaum Muslimin di kota Ambon. "Dulu
kami yang merasakan penderitaan dan kedukaan seperti ini, tetapi sekarang
giliran orang Kristen RMS, bahkan kami akan memberikan balasan yang lebih
berat, yakni mengusir mereka dari pulau Ambon, dan itu tinggal menunggu waktu
saja, " tegas seorang pejuang Muslimin.
Markas RMS di Unpatti Hancur
Selain menghancurkan dan meratakan markas serta pemukiman Kristen RMS,
Muslimin juga terpaksa menghancurkan markas kaum intelek Kristen RMS, yakni
Universitas Pattimura (Unpatti), yang selama ini menjadi 'pipa' untuk
menyalurkan kader-kader RMS ke Belanda. Kedok yang dipakai selama ini oleh RMS
Kristen yakni menjalankan program tukar-menukar mahasiswa maupun
dosen-dosennya, padahal di negeri penjajah tersebut mereka menerima doktrin
dari tokoh-tokoh RMS di luar negeri.
Sejak terjadinya kerusuhan 1,5 tahun yang lalu kampus negeri dan terbesar di
Ambon tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi oleh mahasiswa yang Muslim,
bahkan Muslimin mendapatkan perlakuan yang diskriminatif dari para dosennya.
Apalagi disaat kerusuhan yang dipelopori RMS meledak, mahasiswa Muslimin tak
luput dari pembunuhan dan pembantaian, dimana puluhan mahasiswa Muslim
dicincang secara sadis di kampus tersebut.
Seperti yang dialami Fredy Latuconsina, mahasiswa semester akhir Jurusan Ilmu
Tanah Unpatti, yang disergap mahasiswa Kristen RMS saat praktikum di
laboratorium. Setelah itu tubuhnya diseret dan digantung di sebuah pohon besar
di samping Fakultasnya lalu dibakar jasadnya dengan tumpukan ban-ban bekas
oleh RMS yang biadab itu. "Sejak saat itu, semua mahasiswa Muslim trauma
kalau mau kuliah di Unpatti," jelas seorang mahasiswa Unpatti, Ambon.
Selain rumah dan bangunan, Muslimin juga berhasil membakar semua perlengkapan
pribadi orang Kristen RMS yang tinggal di kawasan elit Poka-Rumah Tiga. Bahkan
saat itu puluhan mobil dan sepeda motor ikut dibakar Muslimin, dan
diperkirakan kaum Kristen RMS mengalami kerugian milyaran rupiah. Korban yang
jatuh dari Kristen RMS sekitar 30 orang tewas di tangan Muslimin, ratusan
orang luka-luka dan ribuan orang Kristen RMS akhirnya meninggalkan desa
tersebut. Sedangkan dari pihak Muslimin, 8 orang meninggal dan 3 orang
mengalami luka ringan dan saat ini masih dirawat di RS Darurat Al-Fatah, Ambon.
Dengan demikian, kawasan dua desa yang letaknya strategis yang berada di
sentral perhubungan antar daerah Muslim di Pulau Ambon tersebut saat ini
bersih dari kaki-kaki najis orang Kristen RMS, karena saat ini tak satupun
mereka tersisa, padahal sebelum diserang, dua desa tersebut hanya dihuni orang
Kristen RMS saja. Diharapkan roda perekonomian, perdagangan dan perhubungan
Muslimin di dua desa tersebut dapat berjalan seperti sedia kala lagi (Imk, Rif).
RMS Serang Kapolda Maluku
Empat buah speed boat Kristen RMS yang berusaha menghadang dan menyerang
aparat di perairan teluk Ambon, hancur dihujani berondongan peluru oleh 24
aparat Darurat Sipil yang sudah siap menunggu di atas kapal, lima hari yang
lalu pada hari Selasa (4/7). Akibat berondongan tersebut, 2 speed hancur
terapung-apung di tempat dan 2 lainnya melarikan diri, sedangkan jumlah orang
Kristen RMS yang tewas hingga saat ini belum tercatat berapa karena
dimungkinkan mereka langsung tenggelam. RMS Kristen yang tewas di tempat
ditinggal oleh 4 speedboat lainnya, sehingga tertinggal 2 buah speedboat tak
berpenumpang.
Tak pelak lagi, saat itu juga dikerahkan patroli Polda Maluku sebagai reaksi
atas ditembakinya speed yang ditumpangi Kapolda Maluku, Brigjen (Pol) Firman
Gani. Patroli yang berkekuatan 24 orang Brimob dengan memakai speed boat biasa,
mengadakan pengawasan di perairan teluk Ambon.
Begitu memasuki tanjung Martafons, aparat Brimob ini mendapati 2 speedboat
dengan penumpang yang sama seperti penyerang Kapolda dan 2 speedboat lain yang
datang dari arah Halong. Begitu kawanan pemberontak RMS mendekat, maka secara
serempak 24 pucuk senjata otomatis menghujani mereka. "Mereka
pantas mendapat perlakuan seperti itu karena setiap speedboat Muslim dan
aparat melewati selat selalu ditembaki, bahkan Kapolda saja ditembak,"
kata sejumlah warga desa Kapaha yang menyaksikan langsung kejadian tersebut. (Imk,
Rif)
Muslimin Tembak 6 Penyusup Kristen RMS
Sebanyak 6 orang penyusup Kristen RMS berusaha mencoba mendakati reruntuhan
gereja Sejahtera dengan membawa senjata dan bom molotov, di Poka, kecamatan
Baguala, Kodya Ambon pada empat hari lalu Rabu (5/7) berhasil diketahui oleh
Muslimin. Sehingga tanpa pikir panjang, enam orang RMS penyusup tersebut
diberondong peluru sehingga tewas seketika.
Menurut sejumlah Muslimin, dalam menjalankan aksinya para penyusup tersebut
menggunakan pakaian putih-putih menyurupai orang Islam. "Atas petunjuk
dari Allah SWT, Muslimin mampu mengetahuinya gerak-geriknya" kata seorang
Muslimin. Dengan adanya usaha penyusupan ke desa Poka-Rumah Tiga yang baru
direbut Muslimin sehari sebelumnya itu, menunjukkan bahwa pasukan Kristen RMS
masih menyembunyikan sesuatu yang berharga di bekas wilayahnya itu terutama di
bawah puing-puing gereja.
Sejumlah Muslimin menilai gereja Sejahtera yang saat ini sudah hancur,
diperkirakan menjadi tempat penyimpanan senjata dan amunisi, karena tidak
mungkin kalau tidak ada yang penting mereka kembali ke kampungnya.
Selain itu, sudah sering kali Muslimin menemukan gudang peralatan perang dari
gereja-gereja yang mereka taklukan, baik itu ditanam di dalam tanah, di bawah
mimbar maupun di ruangan tertentu .Dan untuk memastikan semua itu, maka pada
hari itu juga diadakan pembersihan puing-puing reruntuhan gereja untuk
diadakan penyelidikan dan penggalian, hingga sore penggalian berlangsung namun
belum diketemukan tempat penimbunan senjata. Untuk mengatasi kejadian yang
serupa, maka Muslimin langsung memperkokoh barisan dan pertahanan untuk
mengantisipasi penyusup-penyusup Kristen RMS tersebut.
Adapun kondisi Poka-Rumah Tiga, yang sudah bersih dari orang-orang kafir RMS
saat ini sudah berjalan normal, sehingga berbagai sarana angkutan laut dan
darat sudah leluasa mengunjungi dua desa ini, sedangkan untuk transportasi
darat dari desa Kota Jawa hingga Poka dapat berjalan baik tanpa gangguan
sedikitpun, Alhamdulillah.
Sedangkan kaum Kristen RMS yang saat ini mengalami kekalahan beruntun, kali ini dipaksa menelan pil pahit dan mengalami kesengsaraan yang cukup berarti, karena perekonomiannya sudah hancur. Pasukan RMS Kristen kini sudah tidak berani lagi melewati perairan antara Kapaha-Rumah Tiga (Imk, Rif, Abs).
9 Juli 2000
Hanya 2 Jam, Desa Waai Hancur Oleh Muslimin
Ambon, MHI
Muslimin kembali meraih kemenangan gemilang dalam pertempuran 3 hari yang lalu
(6/7/2000). Bahkan kesuksesan yang diraih pada hari Kamis lalu (6/7) kali ini
termasuk yang tercepat, karena hanya dengan waktu 2 jam saja, Muslimin
berhasil menghancurkan markas RMS Kristen di desa Wai, di kecamatan Salahutu,
Kodya Ambon, yang terletak 15 km dari desa Passo.
Dalam serangan kali ini Muslimin mengerahkan sekitar lima ribu kekuatannya dan
digerakkan melalui 3 jurusan untuk menyerbu desa Wai pada pukul 03.00 dinihari,
yakni dari arah Tulehu (Utara), Liang (Selatan) dan dari arah laut (Barat).
Sehingga posisi desa Kristen RMS tersebut terkepung oleh Muslimin. Dan hanya
satu arah saja yang tersisa bagi mereka yakni melewati gunung Salahutu guna
menuju basis RMS terkuat di Passo.
Penyerbuan balasan ini dimulai pukul 07.00 WIT secara serempak ke daerah
tersebut. Dalam jangka waktu dua jam saja secara cepat dan pasti, Muslimin
berhasil menggusur dan memaksa warga desa Kristen RMS yang berjumlah 85 KK itu
meninggalkan rumah dan harta benda lainnya. Akhirnya pasukan RMS Kristen
menyelamatkan diri menempuh perjalanan beberapa kilometer melalui gunung
Salahutu agar tiba di Desa Passo dan Wayari.
Adapun arus pengungsi yang secara tiba-tiba kembali ke desanya, dapat dihalau
hingga terjepit di pinggir pantai. Setelah diadakan kontak antara pimpinan RMS
Wai dengan aparat AL di Halong (AL biasa memihak RMS Kristen), akhirnya kapal
AL merapat dan mengevakuasi sisa pasukan RMS menuju Passo.
Keadaan demikian semakin mempermudah langkah Muslimin, karena selain tidak
mendapatkan perlawanan yang berarti dari orang Kristen RMS, juga leluasa dalam
mengobrak?abrik gudang logistik persenjataan dan pemukiman Kristen RMS
tersebut rata dengan tanah. Selain itu, ratusan babi-babi piaraan yang selama
ini dibiarkan berkeliaran di jalanan juga dibabat oleh Muslimin hingga ludes.
Warga desa Liang, yang seluruhnya Islam sepakat untuk membalas pembunuhan dan
penghancuran Muslimin ke desa Kristen RMS itu. Setelah diadakan koordinasi,
akhirnya Muslimin di desa Liang, Tulehu dibantu oleh umat Islam sekitarnya
pada hari itu memutuskan untuk melancarkan penyerangan. Dan bagi Muslimin
Liang, serangan tersebut merupakan yang keempat kalinya, dimana dalam 3
serangan sebelumnya selalu menemui kegagalan.
Kejadian ini menurut informasi dari Posko MUI Maluku menyebutkan aksi
penyerangan secara besar-besaran ke wilayah itu dikarenakan tiga orang warga
Liang tertembak di kawasan perbatasan antara Desa Wai dan Desa Liang lima hari
lalu (4/7/2000), di mana satu diantaranya meninggal dan dua lainnya menderita
luka-luka. Satu dari tiga warga Muslim yang meninggal yakni Laduma (70), warga
desa Liang, di perbatasan desa Waai dan Liang. Data Posko MUI juga menyebutkan
sedikitnya dua orang warga meninggal dan tujuh lainnya mengalami luka-luka
dalam pertikaian bernuansa SARA itu.
Diharapkan dengan terusirnya orang-orang Kristen RMS tersebut, maka di pesisir
barat pulau Ambon dari Leihitu hingga Tulehu sudah bersih dari orang-orang
Kristen RMS. Di pihak Kristen RMS, selain rumah dan perkampungannya ludes
dibakar, puluhan orang juga tewas ditangan Muslimin, bahkan mereka tidak
sempat mengevakuasi 3 orang temannya. Sedangkan dipihak Muslimin tidak ada
korban nyawa dan hanya beberapa orang saja yang mengalami luka ringan.
Kesulitan Mengungsi
Warga Kristen RMS yang sejak pagi hari hingga menjelang sore melarikan diri ke
gunung Salahutu rupanya merasakan keputus-asaan dalam menembus jalan menuju
desa Suli, dan beberapa orang diantara mereka yang masih memegang senjata
berusaha kembali ke kampungnya.
Disamping itu, sejumlah warga Desa Wai menyatakan, sangat
berkeberatan untuk mengungsi dari Waai dan dievakuasi ke Desa Waisarissa oleh
Gubernur Penguasa Darurat Sipil, di samping karena trauma dengan insiden
tersebut, mereka juga keberatan meninggalkan desa mereka karena merupakan desa
adat yang telah ditempati sejak turun-temurun.
Sehingga sekitar jam 15.00 WIT, saat mereka turun di bekas kampungnya,
sejumlah Muslimin dari Tulehu sudah siap menghadang. Akibatnya terjadi
tembak-menembak antara kedua pihak, dan dipihak Muslimin terdapat 4
orang luka dan dipihak Kristen RMS tidak diketahui jumlah korbannya karena
langsung lari ke hutan. Dengan begitu, mereka tidak berhasil memasuki desanya
lagi. "Untuk semakin memantapkan situasi yang aman, maka kami akan
mengadakan penyisiran ke hutan sekitar desa untuk menangkap orang Kristen RMS
yang masih bersembunyi," kata sejumlah Muslimin.
Harga Kebutuhan Melangit, RMS Kristen Menjerit
Sementara keadaan RMS Kristen sulit ketika mengungsi ke Passo, sesampainya
disana roda perekonomian basis terkuat Kristen RMS Passo telah rusak parah.
Daerah Kristen RMS yang saat ini terisolir dari pasokan kebutuhan pokok maupun
hubungan antar daerah, mengalami kesulitan mendapatkan sembilan bahan makanan
pokok, akibatnya sembako dan barang lainnya harganya selangit dan teramat
mahal.
Menurut informan MHI di Passo, saat diadakan pemantauan harga pada hari Sabtu
(8/7), harga beras Rp. 5000/kg, Rp. 3000/butir telur, ikan laut Rp. 5000/ekor,
Supermie Rp. 2500/bungkus. Hal ini menimpa pada seluruh harga sembilan bahan
pokok (sembako) hingga hari ini Ahad (9/7/2000). Inilah adzab dari ALLAH
supaya Kristen RMS menemui ajalnya sebagaimana RMS telah menyiksa dan membunuh
ribuan Muslimin.
Demikian situasi terakhir keadaan di Maluku yang dimana pasukan merah semakin
hari semakin terdesak dengan adanya serangan yang bertubi-tubi dari pihak
Muslimin. Semangat Muslimin yang sempat mengendor selama 1 tahun, kini bangkit
kembali atas berkat hidayah ALLAH Ta'ala. Muslimin dimanapun dia berada patut
mencontoh sikap berani membela diri di jalan ALLAH dalam mempertahankan Agama
Islam dari kebiadaban, kekejian, dan kelicikan dari kaum kufar Nashoro,
khususnya RMS Kristen. Karena disinilah letak ketinggian wibawa Muslimin yang
pernah menguasai 1/3 dunia di bawah kepemimpinan putra-putra Sahabat
Rasulullah di awal abad Hijriyah.
"RMS Kristen di Maluku yang berniat menghabisi penghalang besarnya,
Islam dan Muslimin harus dibersihkan dari Maluku. Dan Maluku ini harus kita
jadikan seperti Maluku yang seperti dulu yang bersih dari tangan-tangan najis
yang dulunya memiliki nama Islam yakni Jazirah Al-Mulk ini" tegas seorang
tokoh Muslimin Maluku di kediamannya. (Imk, Rif, Ekj)
10 Juli 2000
Laskar Jihad Selenggarakan Pesantren Kilat
Ambon, MHI
Sebanyak 80 anak-anak usia SD/SMP di komplek BTN Kebun Cengkih, dengan
antusias mengikuti pesantren kilat yang diselenggarakan oleh Laskar Jihad
Ahlus Sunnah wal Jamaah yang ditempatkan di komplek tersebut. Kegiatan yang
dipusatkan di Masjid Amal Shalih, BTN itu berlangsung sejak pukul 07.00 WIT
hari Rabu tanggal 5 Juli yang lalu, dan dijadwalkan akan berakhir pada hari
Sabtu tanggal 15 Juli 2000.
Kegiatan yang baru pertama kali dilaksanakan di BTN tersebut ternyata
mendapatkan respons yang cukup tinggi, sehingga hampir seluruh orang tua yang
memiliki anak didaftarkan untuk mengikuti pesantren kilat. Bahkan seusai
diumumkannya rencana kegiatan tersebut pada hari Sabtu (1/7), jumlah anak yang
mendaftar sudah mencapai puluhan, dan saat dimulainya kegiatan jumlah peserta
mencapai 80 anak. Dan jumlah itu hanya berasal dari perumahan BTN saja.
Orang tua yang berminat mendaftarkan putranya mengikuti pesantren kilat
tersebut ternyata tiap hari jumlahnya terus meningkat dan memenuhi masjid Amal
Shalih, Kebun Cengkih Kodya Ambon. Untuk mengantisipasi jumlah peserta yang
begitu besar, maka Laskar Jihad selaku pelaksana menyediakan menjadi 2 sesi.
Sesi pertama dilangsungkan dari pukul 08.30 hingga 11.00 WIT dan sesi kedua
mulai jam 16.00 sampai 18.30 WIT.
Adapun materi yang disampaikan dalam pesantren kilat tersebut adalah tentang ma'rifatullah,
ma'rifatur-rasul, ma'rifatuddin, akhlaq dan ibadah. Dan sebagai
pembawa materi, Laskar Jihad melimpahkan kepada para santri dari Ponpes
Ihya'us-Sunnah Yogyakarta yang bermarkas di perumahan tersebut.
Sejumlah warga menilai, dengan kegiatan semacam itu maka sejak dini anak-anak
sudah mengenal agama Islam sehingga dengan sendirinya akan menciptakan
kecintaan terhadap agama ini. Selain itu, waktu yang dipilih oleh Laskar Jihad
juga tepat karena saat ini anak-anak sedang menikmati masa liburan sekolah
yang panjang. Dengan demikian, liburan panjang sekolah ini dimanfaatkan untuk
memperoleh pengetahuan agama yang selama ini jarang mereka dapatkan.
Sedangkan bagi Laskar Jihad, kegiatan pesantren kilat ini dilaksanakan sebagai
bentuk realisasi atas rencana dan tujuan utama kedatangannya di bumi Ambon,
yakni untuk melaksanakan misi dakwah dan sosial keagamaan, sehingga umat Islam
mampu memahami agamanya sejak dini sekaligus mengenali musuh-musuh mereka.
Kegiatan serupa tidak hanya diselenggarakan di komplek BTN Kebun Cengkeh saja,
akan tetapi juga di seluruh lokasi penempatan Laskar Jihad yang tersebar di
seluruh wilayah pulau Ambon.
11 Juli 2000
Terjepit, Tokoh RMS Mengungsi Ke Luar Negeri
Ambon, MHI
Setelah dalam 1 bulan terakhir ini Muslimin Ambon mengadakan penyerangan dan
penekanan sehingga berhasil melumpuhkan kekuatan pasukan RMS Kristen, maka
saat ini terjadi perubahan yang cukup berarti di bumi Ambon. Perubahan yang
sangat berpengaruh sekali adalah berkuasanya ummat Muslimin di semua jalur
perhubungan dan pendistribusian sembako, yang menyebabkan Kristen RMS saat ini
kesulitan dalam soal makanan, bahkan terancam kelaparan.
Kondisi tersebut memaksa pihak Kristen RMS untuk berpikir seribu kali
menyerang Muslimin. Bahkan keinginan Kristen RMS untuk survive diantaranya
meminta perlindungan kolonialis Kristen seperti Amerika, Australia, Inggris
lewat pemutarbalikan fakta dan jalan keluar kepada tokoh-tokoh mereka yang
selama kerusuhan menjadi corong dan pemompa semangat dalam menghancurkan dan
membantai ummat Islam di kota Ambon.
Namun kesengsaraan mereka bukannya berkurang, tetapi justru bertambah karena
setelah menempuh berbagai usaha, orang Kristen RMS justru mendapat kepahitan.
Itu terjadi karena, sejumlah orang yang sebelumnya mereka anggap sebagai tokoh
dan pemimpin, ketika orang Kristen RMS sudah terdesak dan tidak berdaya,
justru melarikan diri untuk mencari keselamatan pribadi dan keluarganya.
Sehingga saat ini di kalangan umat Kristen RMS sendiri sudah terjadi konflik,
yang isinya saling menyalahkan pemimpin dan kelompok-kelompoknya sendiri.
Berdasarkan pemantauan tim liputan MHI hingga Senin (10/7), di kalangan
Kristen RMS terjadi konflik antara pengikut dan pemimpin Kristen RMS karena
para pemimpin RMS Kristen ternyata hanya mengutamakan kepentingan pribadinya
sendiri. Diantaranya dengan meninggalkan Maluku dan anak buahnya untuk
bersembunyi di pantat najis provokator disintegrasi NKRI, baik ke benua Eropa,
Australia maupun Amerika. Disaat Kristen RMS terdesak, tentunya para
pemberontak tersebut serta-merta menyembunyikan kepalanya di negara yang
selama ini membiayai dan mendukung proses disintegrasi NKRI.
Kenyataan yang dihadapi oleh Kristen RMS berada pada posisi yang serba kalah
dan merana diberbagai sektor baik intern maupun ekstern. Dari sektor internnya
mereka menjadi korban dari kerakusan tokoh-tokoh RMS dan permusuhan serta
pertentangan antar mereka di dalam kelompoknya.
Kemenangan demi kemenangan yang diperoleh Muslimin dalam setiap pertempuran
melawan RMS Kristen tidak lepas dari prinsip Muslimin, yakni mentauhidkan
ALLAH dan mengikuti Rasulullah. Sehingga Muslimin mempunyai kekuatan, semangat
dan rasa kebersamaan yang sangat menakutkan bagi Kristen RMS maupun bahaya
laten yang biasa mengancam Muslimin lainnya. (Imk)
Awal Kehancuran RMS Kristen
Ambon, MHI
Setelah terlibat dalam beberapa pertempuran dimana Kristen RMS selalu
mengalami kekalahan, agaknya pilihan yang tepat menurut provokator sejati RMS
adalah hengkang dari Maluku. Muslimin dapat menyaksikan sendiri fakta larinya
para provokator tokoh-tokoh RMS yang telah berlarian ke luar negeri seperti
Dicky Watimena, mantan walikota Ambon selaku penggerak kerusuhan.
Melalui berbagai manuver liciknya, tokoh-tokoh RMS tersebut berteriak lantang
di forum-forum rahasia di Inggris, Amerika, Australia, Belanda untuk
memutarbalikkan fakta bahwasanya Laskar Jihad yang selama ini berperan sebagai
relawan sosial adalah sumber penyebab kerusuhan. Padahal Muslimin telah banyak
bersabar dan tidak akan beraksi jika tidak ada pemic. Di setiap daerah
konflik, selalu didapati fakta ilmiah bahwasanya pemicunya adalah gerombolan
RMS Kristen dan didanai oleh Kafirin Internasional.
Perjuangan para tokoh-tokoh RMS Kristen ini digambarkan seakan-akan bertujuan
untuk mencapai kesejahteraan dan kemerdekaan hakiki bagi rakyat Maluku.
Padahal jelas proses disintegrasi ini akan menyebabkan keterpurukan masyarakat
Muslimin yang telah menetap di Jazirah Al Mulk sebelum kolonialisme Portugis,
Belanda dan Spanyol hadir. Para tokoh-tokoh Kristen yang tidak punya rasa
kebangsaan, menjual celotehan yang murahan demi mendapatkan uluran tangan
najis simpatisannya.
Dan akhirnya, setelah simpatisannya tersebut memberikan bantuan, para tokoh
RMS ini memprovokasi masyarakat agar ikut ambil dalam menyuarakan dan
melakukan tindakan makar yang telah mereka programkan, melalui slogan-slogan
kesejahteraan, penindasan, kebodohan dan kemerdekaan. Sehingga kelanggengan
bantuan dari luar negeri tetap ada dan pemasukan untuk pribadi tokoh-tokoh RMS
makin bertambah.
Namun disaat situasi telah berbalik arah dan orang-orang Kristen RMS terdesak
seperti saat ini, tokoh-tokoh RMS yang mengeruk keuntungan dari para
simpatisan dari dalam dan luar negeri tersebut menyelinap keluar dari kota
Ambon guna menyelamatkan dirinya sendiri. Tidak lupa para tokoh RMS ini
menyelamatkan harta mereka di bank-bank yang tersebar di berbagai negara di
Eropa. Dengan demikian para tokoh RMS ini dapat menikmati perjalanan yang
mengasyikkan dengan membawa bekal yang cukup banyak, dan dapat menikmati
kebenaluannya lagi di berbagai negara Kristen. Padahal anak buah tokoh RMS
Kristen ini mengungsi dengan baju yang melekat di badan tanpa uang sepeserpun
bahkan ada yang sampai tenggelam kapalnya.
Di pihak lain, tokoh RMS Kristen Max Markus Tamaela, yang selama tahun
1999-2000 diandalkan untuk Moslem Cleansing kini dituntut oleh anggota
Komisi II DPR dari F-PDIP JE Sahetapy dan sekaligus Guru Besar Hukum
Universitas Airlangga Surabaya, Prof Dr. Sahetapy mengusulkan agar I Made
Yassa, mantan pangdam XVI Brigjen Max Markus Tamaela, bahkan Penguasa Darurat
Sipil, Gubernur Maluku Saleh Latuconsina agar dibawa ke pengadilan HAM karena
dinilai membiarkan pertikaian terus terjadi di wilayahnya.
Alhamdulillah, akhirnya ALLAH berkenan mengabulkan jeritan Muslimin yang
telah berlumuran derita selama lebih 1.5 tahun tanpa ada kepastian hukum dan
nasib. Insya ALLAH, Muslimin akan kembali mendapatkan kewibawaannya
setelah melewati tidur yang panjang dininabobokkan dengan slogan-slogan
toleransi antar ummat beragama yang berlebihan dan menjurus ke arah
sinkretisme. Syaratnya yakni kembali ke Islam yang sebenar-benarnya seperti
yang Rasulullah dan Shahabatnya ajarkan dan diwariskan pada Tabi'in, Tabi'ut
Tabi'in serta ulama-ulama sholih yang mengikutinya. Amin.
Tokoh-tokoh RMS yang melarikan diri dari Ambon
1. Dicky Watimena
12 Juli 2000
Harian Siwalima Bangkrut
Ambon, MHI
Kesulitan perekonomian warga Kristen di Ambon, hari demi hari mulai nampak
nyata, mulai dari kesulitan memperoleh sembako dan terputusnya jalur
perhubungan darat dan laut. Semua itu lebih nampak lagi saat Harian Siwalima
berhenti terbit seja kemarin hari Senin 10 Juli 2000, alias bangkrut.
Harian Umum (HU) Siwalima, yang selama ini menjadi corong tokoh-tokoh Kristen
RMS untuk melakukan provokasi dan pemutarbalikan fakta, saat terjadinya
kerusuhan sejak hari Selasa (11/7) menyatakan tidak mampu terbit lagi.
Pernyataan tidak mampu terbit disampaikan oleh pemimpin redaksi Siwalima,
Fredy Wahon, yang dimuat di harian Siwalima edisi ke 206/VII tahun I, pada
hari Senin (10/7).
Bangkrutnya harian yang selalu menyuarakan kepentingan Kristen tersebut,
memang sangat dinanti-nantikan oleh kalangan muslimin Maluku. Sebagai langkah
nyata yang ditempuh umat Islam, sejak satu bulan terakhir ini sepakat untuk
tidak lagi membeli koran tersebut. Akibatnya pangsa pasar harian tersebut
hilang, sebab selama ini yang mampu membeli koran hanya umat Islam, yang saat
ini menguasai perekonomian kota Ambon. "Karena tidak dibeli lagi oleh
umat Islam, akhirnya bangkrut," kata warga Muslim. Alhamdulillah.
Perkataan sejumlah warga tersebut memang benar-benar terjadi, karena sejak
masa kerusuhan yang berlangsung hingga saat ini, kemampuan pihak Kristen RMS
untuk membeli kebutuhan pokok saja terbatas, apalagi membeli koran, pasti
tidak mampu. Dengan berhentinya harian tersebut, saat ini tinggal satu surat
kabar pro Kristen RMS di Ambon, yakni Suara Maluku. Namun, diperkirakan
umurnya tidak akan lama lagi, karena umat Islam juga sudah menyatakan boikot
terhadap harian Suara Maluku, yang mempunyai misi yang sama dengan Siwalima
(Imk, Ekj).
Ketakutan, Kristen Suli Tinggalkan Desanya
Ambon, MHI
Perasaan takut dan khawatir akan diserang Muslimin, warga desa Suli, kecamatan
Salahutu, Kodya Ambon, saat ini telah meninggalkan desanya menuju daerah
pengungsian, sehingga saat ini desa yang dihuni orang Kristen RMS tersebut
sudah tidak berpenghuni lagi. Demikian menurut pengamatan sumber tim MHI hari
Rabu, 12 Juli 2000.
Menurut sejumlah warga muslim yang tinggal di perbatasan desa Suli dan Tial
(desa Muslim), ribuan arus penduduk Kristen RMS yang mengungsi dari desa Suli
tersebut dimulai setelah Muslimin Ambon berhasil membumi-hanguskan desa Wai,
di kecamatan yang sama pada hari Kamis (6/7) yang lalu.
"Setelah desa Waai yang besar dapat dihancurkan Muslimin hanya dalam
waktu 2 jam saja, maka warga desa Suli diliputi ketakutan yang amat sangat,
sehingga mereka memutuskan untuk meninggalkan desanya guna bergabung dengan
pengungsi Kristen lainnya di desa Passo, yang menjadi pusat kekuatan Kristen
RMS saat ini," kata sejumlah warga. Dengan begitu, saat ini Muslimin
mempunyai kesempatan dan kemudahan untuk menghancurkan Kristen Ambon di
berbagai titik kekuatan. Hal ini diperoleh karena sebelum diadakan
penyerangan, orang-orang Kristen RMS sudah ketakutan dan meninggalkan
perkampungan mereka.
Jumlah pengungsi Kristen RMS yang tiap hari bertambah, ternyata tidak dapat
ditampung di daerah yang menjadi kantong Kristen seperti Passo, Lateri, Lata,
Latuhalat, sehingga para pengungsi itu saat ini sudah ada yang bergerak
mengungsi ke pulau Seram, khususnya wialyah Seram Barat yang mayoritas Kristen
RMS.
Rajab Kaimuddin, warga desa Waisarissa kecamatan Tuheru, Seram Barat kepada
Liputan MHI, Selasa (11/7) menjelaskan bahwa saat ini di daerahnya sudah mulai
kedatangan pengungsi dari Ambon. Dimana dengan adanya pengungsi tersebut
suasana di daerahnya menjadi tegang. Hal ini terjadi karena para pengungsi
yang berdatangan tersebut selalu memberikan masukan, hasutan dan membakar
perasaan umat Kristen untuk memusuhi umat Islam. "Posisi kami saat ini
benar-benar terancam," katanya.
Kaimuddin menyatakan demikian karena wilayah Seram Barat merupakan daerah
mayoritas dihuni oleh orang Kristen RMS dan kalau pun ada desa Islam,
jumlahnya kecil dan terkepung oleh desa-desa Kristen seperti desa Waisarissa,
yang selain kecil juga dikelilingi orang-orang Kristen RMS. Ia menilai, saat
ini bahaya yang mengancam umat Islam Waisarissa yang berpenduduk sekitar 500
orang (semua umur) adalah desa Keibobo, karena desa tersebut mempunyai jalinan
persaudaraan (Pela) dengan desa Waai, di Ambon yang sudah diratakan Muslimin
beberapa hari yang lalu, bahkan saat ini puluhan pengungsi dari Waai telah
berada di desa Keibobo.
Melihat kenyataan yang berkembang saat ini, maka Muslimin di Ambon langsung
mengadakan koordinasi untuk memikirkan dan memberikan bantuan kepada umat
Islam di Seram Barat, dan mereka sepakat untuk memberikan bantuan setiap saat
kalau Muslimin di pulau tersebut diganggu oleh umat Kristen RMS (Imk, Ekj).
UKIM Mengungsi ke Passo
Ambon, MHI
Keberhasilan Muslimin menjepit dan memaksa umat Kristen RMS meninggalkan rumah
dan perkampungannya saat ini, ternyata benar-benar mendatangkan penderitaan
yang besar bagi umat Kristen RMS di segala bidang. Termasuk didalamnya bidang
pendidikan yang kondisinya sekarang ini sudah hancur berantakan karena sudah
tidak memiliki tempat untuk belajar. Seperti yang diderita Universitas Kristen
Indonesia Maluku (UKIM) yang berlokasi di Talake, kota Ambon. Universitas
kebanggaan orang Kristen tersebut hancur di tangan Muslimin dalam pertempuran
yang terjadi selama 4 hari pada bulan yang lalu.
Karena sudah tidak memliki sarana dan prasarana pendukung kegiatan
perkuliahan, akhirnya mereka menyatakan mengungsi ke desa Passo. Hal ini
disampaikan pihak rektorat melalui siarannya di radio pada hari Selasa (11/7).
Pernyataan kepindahan kampus penyokong utama gerakan separatis RMS tersebut
oleh kalangan umat Islam dinilai hanya sebagai upaya menyamarkan kebekuan,
ketakutan dan gangguan serta penderitaan yang saat ini mereka rasakan. Hal itu
dilakukan oleh tokoh-tokoh Kristen RMS sebagai usaha membangkitkan semangat
pemudanya, kalau saat ini kegiatan perkuliahan masih tetap dapat dilaksanakan
walaupun di tempat pengungsian. Dan oleh umat Islam semua itu dinilai sebagai
suatu usaha yang berlabelkan kebohongan semata.
Penilaian umat Islam tersebut bukan tanpa alasan, karena sejak direbutnya
kawasan Poka-Rumahtiga dari tangan Kristen RMS, wilayah utara di pulau Ambon,
yang meliputi Passo, Lata, dan Halong sudah terisolasi, karena perahu dan
speedboat Kristen RMS tidak berani lagi melewati jalur perairan yang sudah
diblokir oleh Muslimin. "Jadi pernyataan rektor UKIM tentang pemindahan
kampus adalah hanya kebohongan saja," kata sejumlah warga (Imk, Ekj).
13 Juli 2000
Mahasiswa Muslim :
Unpatti Harus Ditutup
Ambon, MHI (13/7)
Mahasiswa Universitas Pattimura (Unpatti) yang beragama Islam menuntut, bahkan
telah mencapai kesepakatan agar universitas tersebut ditutup saja. Kesepakatan
tersebut dicapai oleh para mahasiswa saat diadakannya Sarasehan Sehari, di
ruang sholat wanita, Masjid Raya Al-Fatah, Ambon, Selasa (11/7).
Sarasehan yang mengambil tema "Solusi Alternatif Penanganan Calon dan
atau Mahasiswa Muslim Universitas Pattimura Pasca Konflik" yang
menghadirkan 4 orang panelis, yakni Lutfi Sanaki, SH (anggota DPRD), Drs.
Ismail Titapele, M.Pd (dosen Unpatti), Idrus Agil, S.Pd (mantan aktivis
Unpatti) dan Syarifuddin (mahasiswa) menghasilkan keputusan bahwa Unpatti
harus ditutup.
Diambilnya keputusan tersebut karena menurut pemaparan dari semua panelis,
selama ini universitas tersebut melakukan tindakan diskriminasi terhadap
mahasiswa yang muslim, dalam berbagai bidang, seperti dipersulitnya mahasiswa
muslim yang akan mengikuti ujian akhir. Seperti yang dialami Lutfi Sanaki,
dimana saat dirinya menjadi mahasiswa akhir di fakultas Hukum, dirinya
dipermainkan Rektor, Dekan maupun Dosennya selama 3 tahun dengan alasan yang
tidak masuk akal dan dibuat-buat. "Saat itu banyak mahasiswa muslim yang
mengalami nasib seperti saya dan tidak mampu berbuat apa-apa," katanya.
Pernyataan anggota DPRD dari Fraksi PPP tersebut dibenarkan dan diperkuat oleh
beberapa anggota sarasehan saat diadakannya dialog, seperti diungkapkan Nasir
Rahawarin, SE bahwa dirinya menjadi korban permainan dan diskriminasi di
universitas yang didominasi orang-orang Kristen tersebut. Selain praktek
diskriminasi, Unpatti juga dijadikan sebagai basis serta lokasi penggodokan
kader-kader muda Kristen RMS untuk dilatih menjadi pemuda militan untuk
mengobarkan permusuhan dengan umat Islam dan mendukung gerakan pendahulunya
yakni gerakan separatis RMS. Bahkan di Politeknik Unpatti dan Fakultas Teknik
Unpatti dipakai untuk merakit senjata untuk membasmi Muslimin demi mendapatkan
wilayah bagi RMS. Dan semua praktek culas tersebut berlangsung bertahun-tahun
dan secara terang-terangan.
Hal itu terjadi karena semua posisi pimpinan dan komposisi dosen didominasi
oleh orang-orang Kristen RMS, dengan perbandingan 80% Kristen dan 20% Muslim.
Bahkan untuk fakultas Hukum, Teknik dan Ekonomi, 98% diisi oleh orang Kristen
RMS dan 3 fakultas itulah yang selama ini menjadi markas pergerakan Kristen
RMS. Dan yang paling membuat dada umat Islam, digunakannya Politeknik Unpatti
sebagai alat pembuatan senjata bagi orang Kristen selama pertikaian. Dengan
semua kenyataan tersebut, maka tidak ada pilihan lain kecuali universitas
tersebut ditutup, karena umat Islam yang jumlahnya lebih besar daripada
Kristen RMS tidak mendapatkan keuntungan bahkan sangat dirugikan sekali.
Sudah Habis
Selain didasarkan semua fakta yang sudah terjadi tersebut, keinginan menutup
Unpatti juga didasarkan pada kenyataan yang terjadi saat ini, yakni Unpatti
sudah hancur sehingga walaupun tidak ditutup secara resmi, keberadaan Unpatti
sudah tidak ada lagi. Hal itu terlihat dan terjadi sejak umat Islam berhasil
menguasai desa Poka?Rumahtiga dan meratakan kampus Unpatti yang ada
didalamnya, sehingga saat ini di kampus tersebut sudah tidak lagi perkuliahan.
Bahkan dosen-dosen Kristen RMS dan mahasiswanya berlarian mengungsi.
Dengan begitu, saat ini umat Islam Ambon telah mempunyai kekuatan untuk
menentukan keberlangsungan Unpatti setelah beberapa puluh tahun diinjak-injak
oleh orang-orang Kristen RMS. Dan yang menjadi keinginan mahasiswa muslim saat
ini adalah menutup saja kampus tersebut, sebab kalau tetap dipaksakan berdiri,
tidak akan mampu menghapus trauma yang dialami mahasiswa muslim.
Dalam rangka merealisasikan kesepakatan yang diambil tersebut, maka dalam
waktu dekat akan dibentuk suatu tim yang akan melakukan lobi guna memperoleh
kekuatan legitimasi dalam memperjuangkan keinginannya. Sebab walau
bagaimanapun, pihak Kristen RMS tidak ingin kalau kampus itu dibubarkan sebab
selama ini Unpatti menjadi kekuatan tersendiri bagi mereka
Tokoh muslim Maluku, Brigjen (Purn) TNI Rustam Kastor yang juga hadir dalam
acara tersebut menyatakan, dengan dikuasainya Poka-Rumahtiga, maka saat ini
umat Islam memiliki kekuatan untuk mengadakan penekanan kepada orang Kristen
RMS kalau diadakan suatu perundingan yang menentukan keberadaan Unpatti di
masa mendatang. "Saat ini giliran kita menginjak kepala mereka, untuk
memaksa mengikuti kemauan umat Islam," katanya.
Adapun sebagai sarana pendidikan pengganti untuk generasi muslim di masa
mendatang, maka sejumlah tokoh di Ambon sepakat untuk memperjuangkan
Universitas Darussalam (Unidar) sebagai universitas negeri. Dan saat ini tim
lobi dari Ambon telah bertolak ke Jakarta untuk melakukan negosiasi. (Imk,
Ekj)
Kelaparan, Warga Kristen RMS Serahkan Diri
Ambon, MHI (13/7)
Kelaparan yang mewabah dikalangan RMS Kristen, menyebabkan salah satu warga
Kristen RMS di desa Tanah Lapang Kecil (Talake), Kota Ambon, keluar dari
tempat persembunyiannya dan memasuki wilayah pemukiman Muslim untuk
menyerahkan diri, Rabu (12/7) pukul 10.00 WIT. Warga Kristen yang mengaku
bernama Jhon tersebut, ketika memasuki perkampungan muslim di Talake langsung
menemui warga muslim yang saat itu berjaga-jaga dan langsung mengutarakan
maksudnya yakni menyerahkan diri dan meminta bantuan makanan.
Menurut orang Kristen RMS tadi, dirinya menyatakan pasrah terhadap kemauan
umat Islam di Talake. Oleh kaum muslim Talake, warga Kristen yang berumur 47
tahun tersebut tidak dibunuh, bahkan ditolong dengan memberikan makanan dan
beras untuk persediaan. Selanjutnya Kristen tersebut diserahkan ke aparat yang
berjaga-jaga untuk diamankan dan dikeluarkan dari Talake.
Dari kejadian tersebut menunjukkan bahwa umat Islam lain dengan orang-orang
Kristen yang tergabung dalam gerakan RMS, dimana dengan kebencian yang
dimiliknya, orang-orang Kristen RMS tidak membiarkan hidup setiap orang Islam
yang ditemuinya. Sedangkan Muslimin bukanlah mesin pembunuh yang tidak
berperikemanusiaan namun Muslimin memiliiki adab-adab diantaranya tidak
membunuh orang-orang yang tidak berbahaya diantaranya musuh yang sudah
menyerah, lemah, tua, masih balitak, wanita-wanita dsb.
Menyerahnya seorang warga Kristen RMS tersebut menunjukkan bahwa saat ini
mereka merasakan kesulitan dalam memperoleh makanan sekaligus persediaannya.
Dan hal itu wajar, karena semua jalur distribusi baik darat maupun laut telah
dikuasai umat Islam. Diperkirakan tindakan satu warga Kristen tadi akan
mendorong teman-temannya untuk melakukan jalan yang serupa yaitu menyerah
kepada kaum muslimin. Dalam hal ini, Muslimin mendapatkan keuntungan karena
dengan begitu kekuatan Kristen RMS mulai berkurang dan tinggal tokoh-tokohnya
saja. Selain itu posisi dan kekuatan RMS Kristen cepat terdeteksi. Artinya,
kehancuran dan kekalahan Kristen RMS hanya tinggal menunggu waktu saja. Insya
ALLAH. (Imk, Ekj)
Menyusup di Bameda, 2 Kristen Tewas
Ambon, MHI (13/7)
Sebanyak 2 penyusup kristen yang berusaha menyelinap ke desa Batu Merah
Dalam(Bameda), kota Ambon berhasil dipergoki Muslimin yang sedang siaga
dipos-pos penjagaan, sekitar pukul 23.30 WIT, kemarin. Selanjutnya penyusup
tersebut dihujani tembakan yang mengakibatkan 2 penyusup tewas di tempat.
Menurut sejumlah warga, gerakan penyusup yang datang dari arah Karang panjang
tersebut sebenarnya sudah terdeteksi sejak mereka ada di sebuah bukit yang
berada di sebelah selatan Bameda " Kami memang sengaja membiarkan mereka
lebih mendekat, agar bidikan kami lebih tepat " kata sejumlah Muslimin.
Keberhasilan Muslimin mendeteksi gerak-gerik para penyusup
tersebut disebabkan dari kecerobohan penyusup sendiri, yang saat itu mengisap
rokok. Dengan begitu posisi dan arah mereka dapat diketahui dengan tepat, dan
Mujahidin tinggal menunggu waktu yang tepat untuk melepas bidikan.
Dimungkinkan penyusup tersebut akan menaruh atau melempar bom di Bameda, yang
memang letaknya di bawah bukit. Dan hal itu, memang sering terjadi yakni dari
tempat ketinggian tersebut warga Kristen RMS selalu melempari bom warga
Muslimin Bameda.
Sampai pagi hari, mayat dari dua penyusup tersebut belum diambil oleh
orang-orang Kristen RMS, mungkin RMS Kristen tidak berani mengambil mayat
temannya, sehingga warga Bameda melaporkan kejadian tersebut kepada Aparat.
Selanjutnya Aparat Darurat Sipil-lah yang mengevakuasi penyusup Kristen RMS
tadi. "Itu merupakan pelajaran sekaligus balasan terhadap tindakan
orang-orang Kristen RMS yang selama ini mengganggu kami melalui lemparan bom
dan tembakan rakitan," kata sejumlah warga (Imk, Rif).
Kota Ambon kembali memanas
Ambon, MHI
Setelah beberapa hari tercipta suatu jeda dari pertempuran, pada hari Kamis
(13/7) kondisi kota Ambon kembali memanas. Kondisi panas tersebut disebabkan
karena ulah kelompok Kristen RMS yang menghadang dan melepaskan tembakan
terhadap speedboat Muslim di perairan Gudang Arang, yang meluncur dari Laha
menuju Batu Merah, sekitar pukul 09.00 WIT.
Mendapatkan serangan dari 2 speedboat Kristen RMS tersebut, beberapa Muslimin
yang berada di dalam speedboat dibantu seorang aparat yang mengawal, melakukan
perlawanan sengit. Merasa mendapatkan perlawanan, 2 speedboat Kristen RMS yang
meluncur dari arah Gudang Arang yang bermuatan sekitar 15 orang tersebut
menjadi kecut nyalinya dan akhirnya melarikan diri. Bahkan beberapa dari
mereka diperkirakan terkena tembakan muslimin.
Pada pertempuran yang tidak berimbang tersebut, 4 orang muslimin yakni Basir
dan Muhammad (40), warga Laha, terkena tembakan di tangan, sedangkan Gondo
(38) dan Lilik (23), warga Air Salobar, masing-masing terkena tembakan di
bagian pinggang dan perut. Saat ini 3 korban sudah mendapatkan perawatan di RS
Al-Fatah dan seorang lainnya dilarikan ke RS Tentara (RST)
Membalas Tindakan RMS
Mengetahui adanya kaum Muslimin yang ditembaki di perairan Gudang Arang oleh
pihak Kristen RMS, maka Muslimin dari Laha langsung meluncurkan 10 anggota
terbaiknya untuk melakukan pembalasan terhadap kafir-kafir Kristen RMS di
Gudang Arang. Dengan mengendarai speedboat bermesin ganda dan perlengkapan
senjata rakitan, 10 Muslimin tersebut meluncur ke Gudang Arang untuk melakukan
serangan balasan. Dengan kecepatan tinggi mereka mendekati dermaga speedboat
di Gudang Arang dan begitu jarak ke dermaga tinggal 100 meter, Muslimin mulai
melepaskan tembakan.
Berdasarkan keterangan Muslimin yang ikut dalam tim tersebut, dari tembakan
yang dilancarkan secara sporadis itu, orang-orang Kristen RMS yang berada di
tepian dermaga bergelimpangan terkena tembakan mereka. Dari pengamatannya,
sekitar 5 orang langsung jatuh terjungkal terkena tembakan di kepala.
Sementara itu, di pusat kota Ambon, begitu mendengar terjadinya insiden
penembakan, secara spontan Muslimin langsung mengadakan koordinasi. Dalam
waktu sekejap, ratusan Muslimin telah terkonsentrasi di Masjid Raya Al Fatah
dan kampung Suabali. Selanjutnya Muslimin bergerak ke arah kampung Pohon Pule
dan sepanjang jalan A.Y. Patty, yang merupakan batas wilayah antara daerah
Muslim dan Kristen RMS di pusat kota. Akibat konsentrasi massa tersebut,
orang-orang Kristen RMS tidak berani lagi keluar rumah.
Keadaan Ambon Kota yang memanas tersebut dilanjutkan dengan pembalasan pada
Kristen RMS yang berada di jalur AY Patty. Sebuah mobil yang dikendarai Obet
langsung dilempar bom oleh Muslimin, akibatnya penumpangnya hanya mampu
melarikan diri. Kepada tim liputan MHI, sejumlah warga menyatakan,"Semua
yang terjadi saat ini merupakan ulah dari orang-orang Kristen RMS yang selalu
memulai dengan memancing pertikaian. Maka karena mereka yang memulai
mengadakan peperangan, kami hanya melayani saja," jelas seorang Muslimin
(Imk, Ekj).
Kampung Ponegoro Meradang
Ambon, MHI
Kawasan berpenduduk mayoritas muslim, kampung Ponegoro, yang sebelumnya tidak
pernah tersentuh api pertempuran, kemarin hari Kamis (13/7) hingga Sabtu
(15/7) bergejolak dan terjadi pertempuran antara Muslimin dengan kaum Kristen
RMS.
Pertempuran ini bermula pada hari Kamis (13/7) menjelang waktu Maghrib, dimana
kaum Kristen RMS dari kampung Air Kolam yang berbatasan dengan kampung
Ponegoro membuat tindakan provokasi terhadap Muslimin. Kristen RMS dari Air
Kolam menyerang kampung Ponegoro dengan cara melempari perkampungan muslimin
tersebut dengan bom dan menghujaninya dengan tembakan-tembakan. Sedangkan
provokasi RMS di laut menurut Malik Selang, Sekretaris MUI Ambon, berawal dari
penyerangan terhadap penumpang speedboat Muslim di Teluk Dalam Ambon, pada
Kamis pagi sekitar pukul 08.00 WIT.
Merasa keselamatan jiwa terancam, Muslimin setempat memberikan perlawanan.
Menjelang waktu Subuh Jum’at (15/7), Muslimin menyerang dan membakar
perumahan Kristen RMS di daerah perbatasan Ponegoro – Air Kolam yang memang
sudah kosong ditinggalkan penghuninya menyelamatkan diri.
Dalam menangani pertempuran tersebut, terlihat ketimpangan dari aparat Yon 509
Jember. Mereka menghalangi umat Islam dari lain kawasan yang ingin membantu
muslimin Ponegoro dengan cara menahan dan melarang mereka memasuki perbatasan
Diponegoro – Air Kolam. Selain itu, aparat juga mencegah datangnya bantuan
dari kawasan lain ke kampung muslim tersebut. Bahkan 7 orang Muslim asal
Ponegoro yang baru pulang mengantar rekannya yang terluka ke RS Al-Fatah,
sempat ditahan sampai menjelang subuh. Setelah diprotes dan ditekan oleh
Muslimin, barulah korban luka-luka tersebut diantar ke gedung Asari komplek
Al-Fatah.
Bersamaan dengan meletusnya pertempuran di kawasan Ponegoro, terjadi pula
tembak-menembak antara Mujahidin dengan Kristen RMS di Asrama Polisi Parigi
Lima. Pertempuran ini diawali oleh aksi pengecut sniper-sniper Kristen RMS
yang menembaki aparat di Asrama Polisi tersebut dan umat Islam di sekitarnya.
Serentak Muslimin setempat membela diri dan mengadakan perlawanan sehingga
pertempuran tidak dapat lagi dihindari.
Dalam dua insiden tersebut, 10 orang Muslimin terluka akibat tembakan di
bagian tangan dan kaki, dan 4 orang meninggal. Diantaranya masing-masing 2
orang dari aparat Polda Maluku, seorang anak usia SMP dan seorang penduduk
setempat. Adapun korban tewas dari pihak Kristen RMS setidaknya telah lima
korban tewas dan 17 luka-luka dalam bentrokan yang terjadi di Kampung Kolam,
Kampung Galemo dan Ponegoro itu. Data dari RSUD Dr Hallusy Bakti Rahayu,
korban dari RMS Kristen yang tewas adalah Stevie Matahelomual, Hengki Prayogo,
Elisa Leasa, Ongki Remas, dan Charles Kaimarehe.
Setelah merasa kewalahan menghadapi serangan balasan Muslimin, sebagian besar
warga Kristen RMS di ketiga kampung itu (Kampung Kolam, Galemo, Ponegoro),
terutama orang tua, perempuan dan anak-anak mengungsi. Diantaranya mengungsi
ke daerah Soya, Kayu Putih dan Urimesing, yang juga cenderung berbukit-bukit,
namun dianggap aman. Alhamdulillah, pembalasan setimpal dari ALLAH Ta’ala
yang menyebabkan ratusan ribu Muslimin mengungsi ke luar Ambon mulai
terealisir. (Imk, Ekj)
Kedubes AS Meradang Kembali
Ambon, MHI
Salah satu negara promotor RMS, Kedutaan Amerika Serikat (AS) di Jakarta
mengungkapkan rasa prihatin atas kekerasan yang terus terjadi di Maluku dan
Ambon. “Kami tetap sangat prihatin dengan berlanjutnya kekerasan dan
pembalasan antara masyarakat Kristen dan Muslim di provinsi Maluku dan Maluku
Utara,” demikian siaran pers yang diterima, Jumat (14/7), di Jakarta.
Kedubes AS mendesak pemerintah Indonesia agar melakukan upaya lebih jauh untuk
mencegah pertumpahan darah dan menindak mereka yang memulai kekerasan. Di
samping itu, pemerintah juga diminta mengindahkan standar internasional bagi
perlindungan hak asasi manusia dan menahan diri sebagaimana mestinya. “Kami
terus mendesak pemerintah untuk menghentikan para ekstremis dari luar daerah
itu yang memanaskan situasi dan ikut dalam tindak kekerasan,” tulis
keterangan tersebut. “Kami mengimbau, semua pihak untuk menahan diri,
menjauhi kekerasan, dan menyelesaikan perbedaan mereka melalui dialog dan
perundingan,” lanjut informasi yang dikeluarkan kedubes AS tersebut. Alhamdulillah,
dengan adanya kekompakan Muslimin menghadapi makar Kristen Intrernasional
ini, akhirnya satu-persatu promotor disintegrasi mulai bermunculan, walaupun
Muslimin telah kecolongan propinsi Timor-Timur yang terampas berkat keuletan
Australia dan PBB.
Insiden-insiden yang masih terjadi di Ambon setelah diberlakukannya darurat
sipil di Maluku, menunjukkan bahwa orang Kristen RMS disana secara nyata
memprakarsai kerusuhan dan melanggar aturan penguasa Darurat Sipil. Hal ini
dapat dilihat dari penyerangan mereka terhadap aparat yang sedang melakukan
penjagaan dan penolakan mereka terhadap sweeping senjata oleh aparat di
daerah-daerah yang dikuasai Kristen RMS. Wallahu Musta’an (Imk, Ekj).