untuk informasi
YAYASAN ISLAM RIYADHUL JANNAH
9
Agustus 2000
|
Lagi, Kristen Waai Masuk Islam
Ambon, MHI (09/08/2000)
Atas berkat rahmat dan hidayah ALLAH jua, kini seorang wanita kristen bernama
Netty Laumarisa menyatakan masuk Islam pada hari ini, Selasa (08/08). Muslimah
yang muallaf ini berasal dari desa yang sama dengan wanita yang masuk Islam
sebelumnya yakni dari desa Waai, kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah.
Kesediaan masuk Islamnya Netty tersebut disampaikan di hadapan ustadz Muhammad
Bashiron, di kediaman salah seorang warga di perum BTN Kebun Cengkih,
kecamatan Sirimau, kodya Ambon, pukul 02.30 dini hari.
Menurut pengakuannya, kesediaannya masuk ke dalam agama Islam sama sekali
bukan karena paksaan atau rayuan apapun. Tapi didasarkan pada pengamatannya
sendiri terhadap akhlaq umat Islam, khususnya yang nampak pada keseharian
tingkah laku para anggota Laskar Jihad Ahlussunnah Wal Jama’ah di perum BTN
ini.
Sifat dan perilaku umat Islam yang menurut Netty sangat mulia terhadap orang
lain sangat jauh berbeda dengan perilaku para pendeta kristen. Para pendeta
ini ternyata hanya bersikap baik pada jemaatnya yang masih setia memberi
sumbangan dan bantuan.
Selain itu, ia juga mengakui setelah mendapatkan bimbingan dan masukan dari
ustadz Bashiron tentang agama Islam, dirinya merasa tertarik dan dapat
menerima agama Islam sebagai agamanya. Keputusan menetapkan agama Islam
sebagai jalan hidupnya yang baru tersebut sudah direnungkan selama lebih satu
minggu. Setelah mendapat gambaran yang terang dan penjelasan yang gamblang
tentang Islam dari ustadz Bashiron, akhirnya Netty menyatakan masuk Islam.
Ikrar dua kalimat syahadat Netty disaksikan beberapa warga di perumahan BTN,
di bawah bimbingan ustadz Muhammad Basiron. Adapun suasana di lokasi
pengikraran saat itu, hari Selasa 8 Agustus 2000 pukul 02.30 dini hari, terasa
haru dengan semakin bertambahnya umat Islam yang berkunjung menyaksikan
peristiwa yang sangat religius ini. “Inilah salah satu berkah dari hadirnya
Laskar Jihad Ahlu Sunnah wal Jamaah di kota Ambon yang membawa misi da’wah
dan kemanusiaan. (zhr)
Pihak Kristen Putar Balikkan Fakta
Ambon, MHI (09/08/2000)
Setelah ditolak merapat di pelabuhan Sorong oleh warga setempat, sejak bulan
Juli yang lalu yang diberitakan MHI edisi 27 dan 29 Juli lalu, kini KM
Dobonsolo kembali mengalami nasib yang serupa. Kapal penumpang yang mewah
milik Pelni tersebut ditolak warga Manokwari dan Biak ketika hendak merapat di
kedua pelabuhan besar di pulau Irian itu, kemarin Senin (07/08) kemarin.
Bahkan penolakan kali ini lebih tegas karena pelaku penolakan adalah satuan
tugas (Satgas) Papua yang mendukung Kongres Rakyat Papua.
Demi menutupi kebusukan dari para penumpang yang notabenenya anggota pasukan
merah RMS, dinyatakan bahwa ada penyusup dari anggota Laskar Jihad diantara
para penumpang yang menumpangi kapal tersebut. Sehingga hal ini dijadikan
alasan oleh Pemda setempat serta Satgas Papua untuk menolak kehadiran
pengungsi RMS tersebut. Menanggapi pernyataan tokoh-tokoh kristen tersebut,
kalangan muslimin Ambon menuduh pihak Kristen Papua hanya menutup-nutupi
adanya eksodus RMS ke Papua dengan mengkambinghitamkan Laskar Jihad.
Padahal seperti diketahui bersama sejak awal konflik di Maluku tahun 1999,
umat Islam Ambon tidak pernah menumpang KM Dobonsolo tersebut, sebab kapal ini
hanya melayani jalur Surabaya-Bali-Kupang-Ambon-Irian, yang merupakan jalur
pelayaran ‘merah’. Apalagi di Ambon, KM Dobonsolo tidak pernah mau
bersandar di pelabuhan Yos Sudarso, pelabuhan yang dikuasai pihak Muslim,
tetapi merapat di Halong, yang cenderung memfasilitasi Kristen RMS.
“Jadi sangat aneh sekali kalau kapal tersebut mengangkut Laskar
Jihad, karena sejak lama umat Islam tidak menggunakan kapal tersebut, kalau
tidak percaya silahkan datang ke Ambon, untuk membuktikan semua fakta di atas,”
kata Muhammad kepada Liputan MHI di Ambon, kemarin (07/08/2000).
Masih menurut Muhammad, semua pernyataan tokoh-tokoh Kristen tersebut
merupakan upaya pengkaburan dan penghilangan jejak kebusukan Kristen RMS,
sebagaimana pihak Kristen RMS juga sering menuduh Cendana berada di belakang
kerusuhan ini. Siasat kuno ini bukan hanya dilakukan satu dua kali saja,
tetapi hampir setiap kali kebusukannya terungkap, selalu menyatakan bahwa yang
melakukan adalah umat Islam atau provokator Cendana. Demikianlah sifat-sifat
orang kristen, yang menipu dan memutarbalikkan fakta sebagaimana diajarkan
oleh agama mereka.
Demikian pula halnya dengan kasus Poso, Palu Utara, bahkan Sorong telah mulai
merebak. Seorang sumber yang bernama Mukhlis, warga Sorong yang kuliah di
Ternate, menyatakan bahwa kondisi Sorong sekarang mulai rawan. Pasca
penggunaan nama Papua dan pembolehan pengibaran bintang kejora, warga
pendatang (suku Jawa dan Bugis) yang kebanyakan muslim, nampak merasa ada
perubahan sikap dari orang Papua yakni mulai overacting atas warga
muslim.
Warga pendatang yang notabenenya muslim kerap diintimidasi, yakni ketika
menuai hasil panen, dengan enaknya warga 'asli' ikut mengambil hasil panenan
dengan mengatakan "ini punya kami, ini kan tanah Papua." Intimidasi-pun
terjadi di tempat-tempat publik dengan sikap-sikap yang menunjukkan permusuhan
atas muslimin di Papua. Keresahan yang sama terjadi juga hampir di seluruh
pelosok Papua. Beberapa bulan ini telah terjadi perpindahan penduduk pendatang
ke luar Irian, sekitar 250 mobil pribadi pergi dari Irian karena khawatir
kelompok Papua Merdeka melakukan tindakan sama seperti kelompok Kristen
Republik Maluku Sarani. Hanya kepada ALLAH-lah tempat memohon perlindungan. (Zhr)
10
Agustus 2000
|
Massa
menghakimi Mata-mata RMS
Ambon, MHI (10/08/2000)
Buang Salayar (30) dan Labiru (32), warga Batu Merah, Kodya Ambon, pelaku
pembunuhan terhadap Ibrahim Romadlon (35), anggota kesatuan Yonif 733 Ambon,
akhirnya dieksekusi oleh massa, kemarin siang, hari Rabu (09/08/2000)
Aparat dari detasemen Polisi Militer tidak mampu bertindak apa-apa ketika
massa merengsek masuk ke ruang penahanan mata-mata RMS yang suka mabuk-mabukan.
Dua orang pemabuk yang mengaku Islam tersebut telah mengkhianati muslimin
dengan membocorkan informasi serta merencanakan pembunuhan aparat Yonif 733
Banau, pada malam hari Selasa (31/7) yang lalu, di komplek pasar lama (PL),
sekitar pukul 02.00 WIT.
Menurut petugas Denpom yang menginterograsi dua pemabuk ini, tindakan meraka
hanya didorong oleh iming-iming sejumlah uang dua juta rupiah dari pihak
kristen. Maka direncakanlah proses pembunuhan tersebut bersama ke-13 rekannya
dengan mengelabui korban agar berangkat menuju lokasi yang ditentukan
sebelumnya.
Sesampainya di pasar Lama, kepala Ibrohim dipukul dengan martil besi oleh
Buang Salayar, setelah jatuh langsung dihujami tusukan di sekujur tubuhnya,
sehingga korban saat itu tewas seketika.
Sejumlah warga muslim yang ditemui tim MHI menyatakan, mereka setuju dan
mendukung terhadap keputusan dan tindakan massa terhadap 2 pengkhianat
tersebut, sehingga dapat dijadikan pelajaran terhadap mata-mata yang lain,
agar tidak berbuat macam-macam dalam memperjuangkan pembebasan Maluku dari
RMS.
“Para pengkhianat yang belum terdeteksi dan tertangkap biar dapat
mengambil pelajaran dari semua itu, dimana mereka digantung di pinggir jalan
dan seluruh umat mendoakan kejelekan atasnya,” jelas Ahmad, salah satu warga.
Selain 2 orang yang berhasil dieksekusi tersebut, muslim Ambon juga berhasil
menangkap 3 pengkhianat lainnya, yakni Jufri dan 2 orang lainnya. Kini,
masing-masing gerombolan pemabuk tersebut diamankan di asrama polisi Parigi
Lima, Polres dan Denpom untuk diinterograsi, sehingga dapat mengungkap pelaku
lainnya yang beberapa orang diantaranya sudah menyingkir dari Ambon. (Zhr)
10
Agustus 2000
|
Massa menghakimi Mata-mata
RMS
Ambon, MHI (10/08/2000)
Buang Salayar (30) dan Labiru (32), warga Batu Merah, Kodya Ambon, pelaku
pembunuhan terhadap Ibrahim Romadlon (35), anggota kesatuan Yonif 733 Ambon,
akhirnya dieksekusi oleh massa, kemarin siang, hari Rabu (09/08/2000)
Aparat dari detasemen Polisi Militer tidak mampu bertindak apa-apa ketika
massa merengsek masuk ke ruang penahanan mata-mata RMS yang suka mabuk-mabukan.
Dua orang pemabuk yang mengaku Islam tersebut telah mengkhianati muslimin
dengan membocorkan informasi serta merencanakan pembunuhan aparat Yonif 733
Banau, pada malam hari Selasa (31/7) yang lalu, di komplek pasar lama (PL),
sekitar pukul 02.00 WIT.
Menurut petugas Denpom yang menginterograsi dua pemabuk ini, tindakan meraka
hanya didorong oleh iming-iming sejumlah uang dua juta rupiah dari pihak
kristen. Maka direncakanlah proses pembunuhan tersebut bersama ke-13 rekannya
dengan mengelabui korban agar berangkat menuju lokasi yang ditentukan
sebelumnya.
Sesampainya di pasar Lama, kepala Ibrohim dipukul dengan martil besi oleh
Buang Salayar, setelah jatuh langsung dihujami tusukan di sekujur tubuhnya,
sehingga korban saat itu tewas seketika.
Sejumlah warga muslim yang ditemui tim MHI menyatakan, mereka setuju dan
mendukung terhadap keputusan dan tindakan massa terhadap 2 pengkhianat
tersebut, sehingga dapat dijadikan pelajaran terhadap mata-mata yang lain,
agar tidak berbuat macam-macam dalam memperjuangkan pembebasan Maluku dari
RMS.
“Para pengkhianat yang belum terdeteksi dan tertangkap biar dapat
mengambil pelajaran dari semua itu, dimana mereka digantung di pinggir jalan
dan seluruh umat mendoakan kejelekan atasnya,” jelas Ahmad, salah satu warga.
Selain 2 orang yang berhasil dieksekusi tersebut, muslim Ambon juga berhasil
menangkap 3 pengkhianat lainnya, yakni Jufri dan 2 orang lainnya. Kini,
masing-masing gerombolan pemabuk tersebut diamankan di asrama polisi Parigi
Lima, Polres dan Denpom untuk diinterograsi, sehingga dapat mengungkap pelaku
lainnya yang beberapa orang diantaranya sudah menyingkir dari Ambon. (Zhr)
11
Agustus 2000
|
RMS Membangkang pada Aparat
Ambon, MHI (11/08/2000)
Gerakan separatis Kristen yang berlabel Republik Maluku Sarani (RMS) yang
selama ini dibantah keberadaannya oleh tokoh-tokoh politik kristen sendiri,
akhir-akhir ini telah berani menampakkan diri dan menyatakan permusuhannya
terhadap pemerintah dan aparatnya. Sehingga gerakan sparatis yang selama ini
‘dilatenkan’ oleh para politikusnya, saat ini justru muncul sendiri di
lapisan bawah. Maka teka-teki tentang keberadaan RMS saat ini secara tidak
resmi sudah terjawab, yakni pemicu dan pelaku tindak kerusuhan di Ambon,
Maluku dan sekitarnya adalah gerakan pemberontak RMS.
Bukti nyata yang menunjukkan mereka itu memberontak terhadap negara kesatuan
republik Indonesia (NKRI) adalah, mereka menolak kehadiran aparat keamanan di
seluruh perkampungan Kristen, menolak diadakan razia senjata seperti di Gudang
Arang, Passo dan Batu Gantung. Bahkan RMS bertindak brutal dengan melawan,
menculik dan membunuh aparat Darurat Sipil dari berbagai batalyon yang di
BKO-kan, karena dianggap merintangi rencana besarnya
Kejadian ini berlangsung pada tanggal 7 Agustus 2000, dimana RMS yang terdiri
dari sniper dari aparat yang desersi dan laskar kristen, menembak Praka
Ihwantoro dan Sersan Dodi , anggota Yonif 141 Palembang. Dua prajurit naas
tersebut sedang mengawal mobil tangki premium milik PT Makara, melintas di
kampung kristen, Wayame, Kecamatan Baguala, kodya Ambon, sekitar pukul 16.00
WIT.
Akibatnya, Praka Ihwantoro saat itu tewas setelah kepalanya dihujam peluru,
sedangkan Sersan Dodi mengalami luka serius di punggung dan saat itu pula
dilarikan di RS Darurat Al Fatah, Ambon (08/08/2000). Pangdam XVI/Pattimura,
Brigjen TNI I Made Yasa mengakui Praka Ihwantoro dari Batalyon Infantri (Yonif)
141/Sriwijaya Palembang tewas tertembak saat mengendarai mobil tangki milik PT
Makara.
Bermula dari melintasnya mobil tangki yang membawa bahan bakar bensin jenis
premium itu di daerah Dusun Durian Patah, desa Hurrut, Kecamatan Boguala,
Kodya Ambon. Rencananya mobil tangki minyak ini berangkat dari desa Laha
menuju Depot Pertamina Wayame, kodya Ambon, ujarnya. Peristiwa penembakan ini
diduga kuat dilakukan oleh pihak oknum aparat pro RMS yang bertugas
berjaga-jaga di daerah Dusun Durian Patah. Inilah bukti nyata keterlibatan RMS
yang telah memprovokasi aparat serta menggalang kekuatan untuk menghancurkan
sendi-sendi kehidupan muslimin di Maluku.
Sedangkan pada tanggal 9 Agustus 2000, terjadi peristiwa yang tak kalah
menariknya sehingga dapat dinilai adanya RMS di Maluku. Berawal dari rencana sweeping
senjata di daerah Gudang Arang, Batu Gantung dan Passo, yang telah
diketahui sebagai gudang senjata RMS. Ternyata rencana ini telah dicium oleh
antek-antek RMS, sehingga Danki (Kapten Hg) serta dua anggotanya pasukan BKO
dari kesatuan Yonif 403 Yogyakarta disekap lalu diculik RMS.
Saksi mata dari aparat 403 menjelaskan, saat aparat dari kesatuan tersebut
melakukan operasi, pasukan kristen yang semula berada dibalik gedung-gedung
tinggi, menyergap dan menodong ketiga prajurit Sapta Marga ini dengan senjata
organik lengkap, akibatnya, Danki beserta 2 orang anak buahnya berhasil mereka
sandera. Menurut anggota pasukan merah, tujuan penyanderaan ini untuk
membebaskan salah satu anggota pemberontak kristen RMS yang disandera aparat
dari Yonif 509 Jember setelah ketahuan membawa senjata berat jenis Jangle satu
hari sebelumnya. Pasukan RMS ini mau membebaskan aparat 403 tersebut kalau
temannya yang ditahan oleh Yon 509 juga dibebaskan.
Penyanderaan yang dilakukan oleh RMS ini mengundang kemarahan seluruh anggota
Yonif 403 Yogyakarta, sehingga suasana di Air Salobar tempat berjaganya Yon
403 dan Gudang Arang tegang. Aparat TNI AD Batalyon Infanteri 403
mengultimatum, jika Danki dan kedua anggotanya tidak segera dibebaskan, maka
gudang persenjataan RMS dan markas RMS di Gudang Arang akan dibumihanguskan.
Melihat perkembangan situasi tersebut, Yon 509 yang sejak awal kedatangannya
selalu condong ke pihak Kristen RMS, justru melepaskan anggota RMS beserta
senjata Janglenya. Sejumlah masyarakat Ambon, ketika mendengar kejadian
tersebut kepada Liputan MHI menyatakan, semua perbuatan pihak Kristen RMS
tersebut menandakan mereka itu adalah para pemberontak. “Kalau bukan
pemberontak, kenapa dia melakukan tindakan melawan hukum dengan menculik dan
membunuh aparat, oleh karena itu mereka harus dibasmi,” tegas mereka. (Zhr
TPG dan GPM Provokator Maluk
Ambon, MHI (11/08/2000)
Kembali Front Pembela Islam Maluku mengajak umat Islam di Ambon untuk bersama-sama
memecahkan masalah umat dan mencari solusi yang tepat dan adil dalam kasus
Maluku. FPIM menilai bahwa aparat Darurat Sipil sangat lemah legitimasinya,
sehingga hingga kini belum mampu menyeret Tim Pengacara Gereja (TPG) dan
pimpinan Gereja Protestan Maluku (ýGPM) ke meja pengadilan. Front Pembela
Islam Maluku (FPIM) kembali menegaskan agar aparat DS tidak membuang waktu
lagi dan segera mengadili dan menghukum tokoh-tokoh kristen di dua organisasi
tersebut.
Sebagai langkah konkrit, maka pada hari Kamis (10/8), di bawah koordinasi
Dewan Eksekutif (DE) FPIM, M. Husni Putuhena, SH, disampaikan beberapa sikap
yang ditujukan kepada penguasa DS, pemerintah dan pihak Kristen RMS yang
selalu melakukan tindakan manuver dan membangun opini yang negatif mengenai
Maluku.
Pernyataan sikap dari FPIM tersebut dilontarkan saat berada di Pasar Gambus,
Kota Ambon, sekitar pukul 10.00 WIT dan dihadiri oleh ratusan warga muslim
yang berasal dari berbagai lokasi. Pernyataan sikap yang dibacakan oleh Husni
Putuhena tersebut, berisi 5 macam tuntutan. Dalam pernyataan yang juga
ditandatangani Dewan Syuro, Drs. Nour Tawainela tersebut, FPIM menyatakan,
mereka mendukung segala langkah dari gubernur Maluku, Dr. Ir. Saleh
Latuconsina dalam menentang keras segala upaya menciptakan disintegrasi bangsa
yang disuarakan oleh organisasi tanpa bentuk (OTB) yang diprakarsai para elit
gereja dan intelektual Kristen yang bersatu di bawah gerakan RMS.
Dalam penyataan sikap tersebut, FPIM menuntut langkah-langkah nyata dari
Kepolisian Negara dan Kejaksaan Agung (KA) agar segera menyentuh akar
permasalahan konflik Ambon dan Maluku, dengan menyeret provokator dari gerakan
RMS yang bertopengkan organisasi TPG dan GPM Ambon ke hadapan pengadilan yang
adil dan netral. Hal itu perlu segera dilakukan karena sudah cukup bukti
keterlibatan tokoh-tokoh kristen di 2 lembaga tersebut serta provokator
seperti Pastor Agus Ulahayanan, Agus Wattimena, Jack Ospara, sebagai desainer,
penyebar berita provokasi dan penggerak massa untuk membantai dan membersihkan
Islam dari Maluku.
Selain itu, dalam pernyataan sikap tersebut mereka juga mengutuk aksi sempalan
yang dilakukan Mahamuda Siwalima dan perkumpulan kristen yang lainnya yang
telah menyebarkan berita bohong untuk membangun opini negatif mengenai Maluku.
Terakhir kali, FPIM menyatakan menolak intervensi asing baik berupa Komisi
HAM, DK PBB dan yang semodel dengannya ke dalam wilayah manapun di Republik
Indonesia, khususnya di propinsi Maluku.
Dalam menyampaikan pernyataan sikap tersebut, di sekeliling
lokasi kegiatan digelar ratusan aparat berjaga-jaga secara berlapis-lapis,
guna mengantisipasi kemungkinan yang tidak diinginkan yang dilakukan oleh
pihak Kristen RMS yang selama kerusuhan selalu menjadi pemicu semua kerusuhan
di Ambon.
Sedangkan dipilihnya lokasi tersebut sebagai tempat pembacaan di pasar Gambus
ini karena di lokasi tersebutlah kerusuhan pertama kali timbul di Ambon, yakni
dibakarnya seluruh komplek pasar oleh orang-orang Kristen RMS. “Apakah masih
belum cukup bukti untuk menindak orang-orang Kristen RMS itu ? ” tegas salah
satu warga. (Zhr)
Pengkhianat Kembali Berhasil Tertangkap
Ambon, MHI (11/08/2000)
Usaha umat Islam Ambon untuk mengungkap sindikat pengkhianat di dalam tubuh
kaum muslimin kembali mendapatkan hasil yang cukup memuaskan, dimana salah
satu pengkhianat, M. Nur Sailone (34), berhasil diringkus oleh muslimin
kemarin Kamis (10/08/2000) sekitar pukul 14.30 WIT.
Berhasilnya tim pemburu menangkap pengkhianat tersebut berangkat dari
informasi 5 orang dari 11 orang dari total pengkhianat yang sudah tertangkap
terlebih dahulu. Muslimin melakukan pemantauan sejak pagi di rumah
kontrakannya, yang terletak di desa Batu Merah, kec. Sirimau, Kodya Ambon,
akhirnya muslimin berhasil menangkap pengkhianat yang memiliki badan tinggi
besar itu. Maka dalam sekejap saja, kawasan Batu Merah dibanjiri warga muslim
setempat.
Selanjutnya, di rumah pengkhianat tersebut, tim pemburu langsung melakukan
interograsi secara halus untuk mendapatkan keterangan berkaitan dengan
komplotan pengkhianatnya. Namun, karena terlalu berbelit-belit, akhirnya
muslimin yang ada dilokasi tersebut tidak sabar, dan langsung menghajar
pengkhianat tersebut.
Hasilnya, setelah mendapatkan pelajaran yang berarti, pengkhianat itu akhirnya
memberikan keterangan kepada muslimin, antara lain berkaitan dengan posisinya
di dalam sindikat, dimana Nur mengakui dirinya anggota intel RMS yang bertugas
mendata orang-orang Islam yang keras permusuhannya terhadap perusuh RMS.
Menurut Abang Husein, salah seorang muslimin, pengkhianat tersebut juga
menyatakan gerombolannya beranggotakan sebelas orang, masih ada 5 orang lagi
yang bersembunyi. “Dia (Nur) takut kalau dihukum gantung seperti yang
dialami, Buang, kemarin,” katanya.
Setelah beberapa saat menjadi bulan-bulanan massa, akhirnya Nur dibawa ke
Rumah Sakit Tentara (RST) Ambon untuk dilakukan perawatan, sebab masih
diharapkan mendapatkan informasi yang lebih banyak lagi. Akhirnya massa dari
Batu Merah yang bubar berkumpul di masjid Al Fatah hingga pukul 20.00 WIT. (Zhr)
12
Agustus 2000
|
Aparat Yon 527 Tembaki Warga
Muslim
Ambon, MHI (12/08/2000)
Sebanyak 4 warga muslim setempat menemui ajal dan 14 orang menderita luka
tembak, setelah mereka diberondong tembakan oleh aparat dari Batalyon (Yon)
527 Mojokerto, Jawa Timur kemarin Jum’at (11/08), sekitar pukul 18.30 WIT.
Keempat warga yang Insya ALLAH menemui syahid tersebut adalah Muhammad Rinjani
(18), Muhammad Tamrin (17), Lajalundi (18) dan Abdullah (16), yang semuanya
tertembak dibagian dada. Sementara itu, 14 orang yang mengalami luka-luka
tembakan, yaitu Muhammad Ulat (16), Arsad (13), Deden (10), Faisal Nuri (15),
Yusuf Basri (16), Ihsan Maricar (15), Iskandar (13), Almutamin (18), Mahdir
Ali (20), Wahid (16), Misbah (16), Irwan (13) dan Yusron (13), yang
masing-masing terkena tembakan dibagian kaki, perut, lengan dan tangan.
Saat itu juga, semua korban dilarikan ke rumah sakit (RS) Al Fatah Ambon,
untuk diadakan perawatan, hanya saja karena jumlahnya terlalu banyak dan tidak
dapat ditampung, akhirnya mereka ditempatkan di gedung pertemuan Ashari, yang
terletak di komplek ýMasjid Raya Al Fatah.
Insiden penembakan yang dilakukan aparat Yon 527 asal Mojokerto terhadap warga
muslim tersebut terjadi di perbatasan antara desa Batu Merah dan Belakang Soy.
Berawal dengan berkerumunnya warga muslim yang menuntut pihak Kristen RMS
mengembalikan motor BE 2439 A, milik salah satu warga Batu Merah, yang
dirampas oleh orang-orang kristen di Mardika, sekitar pukul 14.30 WIT.
Begitu mendengar kejadian tersebut, maka umat Islam di Batu Merah geram,
sehingga tak berapa lama kemudian, puluhan orang bergerak maju menuju arah
Mardika dan Belakang Soya. Menuntut agar motor salah satu warganya di
kembalikan. Hanya saja, pergerakan mereka tertahan aparat dari Yon 527 yang
saat itu berjaga-jaga melindungi pihak kristen RMS. Sehingga warga muslim
merasa lebih dilecehkan dan disudutkan lagi oleh kesatuan yang didominasi
orang Kristen.
Lalu, pada saat yang bersamaan pihak Kristen RMS dari arah yang berlawanan
juga mulai berkumpul, sehingga saat itu kedua kubu saling berhadap-hadapan
sekitar 100 meter dan dalam pengawalan dan sekat dari aparat. Tingkah aparat
kristen tersebut ternyata dinilai suatu bentuk keberpihakan, karena saat
aparat tersebut menghadang umat Islam, tidak diikuti oleh usaha mencari motor
yang dirampas orang Kristen RMS tersebut. Namun, hanya diam dan menghadang
saja, seolah-olah ada skenario melindungi pencuri dari pihak RMS. Akhirnya,
kondisi kerumunan tersebut berlangsung secara panas.
Berdasarkan pemantauan liputan MHI di lokasi kejadian sejak pukul 14.00 WIT,
sesaat setelah puluhan warga Batu Merah menuntut kembali motor, dalam waktu
sekejap ratusan warga muslim lainnya berdatangan untuk bergabung.
Keadaan tersebut berlangsung hingga memasuki waktu Maghrib pukul 17.30 WIT.
Akhirnya, puncak tragedi tersebut meletuslah insiden penembakan oknum aparat
Kostrad yang memihak RMS Kristen, tanpa adanya tembakan peringatan. Aparat
tersebut memberondong korban yang saat itu berada di posisi terdepan dan
rata-rata masih dibawah usia dewasa (21 tahun).
Terhadap kejadian tersebut, sejumlah warga kepada tim MHI menyatakan, tindakan
aparat dari Yon 527 tersebut bukan hal yang pertama kali, tapi sudah sering
terjadi. Tindakan keberpihakan ini juga pernah dilakukan oleh satuan Brimob,
Marinir maupun TNI AD Batalyon Infanteri dari Jember maupun Salatiga yang
didominasi Kristen. (Zhr)
Belanda Lepas Tangan dari RMS
Ambon, MHI (12/08/2000)
Dalam 6 bulan terakhir, telah terjadi gelombang pengungsian elit politik dan
pimpinan RMS beserta keluarganya ke negeri induk semang RMS di Belanda.
Rupanya Pemerintah Belanda yang merasa upaya mendapatkan koloni baru di negeri
seberang di ambang kegagalan, yakni di Maluku lewat gerakan RMSnya, kini tidak
mau lagi memfasilitasi secara khusus para pengungsi yang tidak punya rasa
patriotisme tersebut. Kasus pengungsian ini tidak hanya bertujuan ke negara
Belanda, banyak diantaranya bersembunyi di bawah ketiak negara-negara donor
RMS diantaranya ke Filipina, Australia dan Amerika Serikat.
Ketua KNPI Kodya Ambon, Hijrah Hatapayo serta anggota DPRD Maluku Jack Ospara
menyatakan agar pemerintah pusat untuk bekerja sama dengan Komisi Tinggi PBB
untuk urusan pengungsi (UNHCR), dalam mengurus permasalahan pengungsi yang
telah ‘membenalu’ lagi di Belanda. Pernyataan ini terkait dengan adanya
ancaman Pemerintah Belanda sendiri, Rabu (09/08/2000) yang akan memulangkan
pengungsi RMS karena visa tinggal sementara telah habis masa berlakunya.
Sementara Penguasa Darurat Sipil daerah Maluku, Saleh Latuconsina, ketika
ditanya hal itu, mengaku belum menerima laporan resmi dari pemerintah pusat
maupun pemerintah Belanda. "Saya belum terima laporan dari sana, dan saya
tidak tahu berapa jumlah pengungsi Maluku di Belanda," ujar-nya.
Pemerintah Belanda ngotot untuk lepas tangan dari urusan pengungsi RMS ini,
sebab hampir semua pengungsi tersebut telah habis masa visa kunjungannya,
hampir melebihi 6 bulan. Pihak Perundang-undangan (Yustisi) Belanda tetap
berpegang pada ketentuan UU ke-Imigrasian Belanda dengan tidak mau memberikan
kekecualian bagi siapa saja, termasuk pengungsi Maluku, yang telah habis masa
berlaku visa selama tiga bulan.
"Sebuah visa (kunjungan keluarga) berlaku 3 bulan dan sesudahnya hanya
boleh diperpanjang sekali untuk jangka waktu yang sama. Jika mereka
menghendaki tinggal lebih lama sebagai pencari suaka, mereka harus kembali ke
ibukota Indonesia untuk mengurus surat-surat sesuai prosedur di Kedutaan
Belanda. Setelah 6 bulan, ya sudah. Tidak bisa diperpanjang lagi,"
demikian penjelasan resmi Kementerian yang dipimpin Menteri Korthals dari
Volkspartij voor Vrijheid en Democratie atau Partai Rakyat untuk Kebebasan dan
Demokrasi, yang populer disebut Partai VVD ini.
Sesuai aturan salah satu negara donor RMS ini, visa pengungsi tersebut dapat
diperpanjang untuk waktu yang sama tapi harus menempuh prosedur yang ketat.
Ketentuan tersebut, merupakan hak negara lain yang tidak bisa dicampuri. Ketua
KNPI tetap menuntut pengkhususan dengan alasan kemanusiaan, karena pengungsi
tersebut terkait dengan konflik Maluku. Padahal justru semestinya pemerintah
Indonesia tidak perlu memikirkan nasib para pengkhianat negara, sebagaimana
para pengkhianat komunis yang hengkang menuju China dan Rusia semenjak
terjadinya pemberontakan PKI tahun 1965.
RMS Desak Pemerintah
Setelah merasa dikecewakan oleh pemerintah Belanda, kini RMS kembali mendesak
pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan masalah pengungsian Maluku. Kaki
tangan Kristen Internasional Pdt. Agus Ulahyanan meminta agar secepatnya
dibolehkan intervensi asing ke Maluku, dalam hal ini intervensi Organisasi
Kristen Internasional PBB dan pemboncengnya. "Bagi saya wajar-wajar saja
kalau rakyat minta bantuan kapal-kapal asing untuk mengangkut mereka demi
keselamatan nyawa," kata Agus. Demikianlah ganjaran yang setimpal atas
pembangkang NKRI yang tetap berusaha menyembunyikan jatidirinya.
Anggota F PDI Perjuangan DPRD Maluku Dr Jafet Damamain menyatakan hal serupa.
Menurutnya, dirinya amat mendukung kehadiran pasukan PBB di bumi Maluku.
"Saya kira demi terwujudnya kedamaian, pasukan PBB perlu datang ke
Maluku," katanya, kemarin di Ambon.
Bahkan kaki tangan RMS ini menuduh bahwasanya aparat yang bertugas di Maluku
untuk menumpas gerakan pemicu konflik setiap pertikaian, yang selalu dimulai
oleh pihak Serani, dituduh memihak kepada salah satu kelompok Islam.
"Nah, dalam rangka membantu masyarakat Maluku (Salam-Sarani) yang
menderita terus menerus akibat permainan orang-orang yang mau terus
melanggengkan kerusuhan Maluku, maka, tidak ada alasan lain kecuali
mendatangkan pasukan PBB”, kata Damamain.
Menurut wakil rakyat yang tidak punya rasa patriotisme, kehadiran pasukan
Dewan Keamanan PBB ke Maluku tidak sedikit pun mengurangi rasa nasionalisme
bangsa."Mengapa ketika bangsa kita mengalami kesulitan ekonomi, kita
minta uang, beras, obat-obatan dari pihak asing, sementara bantuan keamanan
PBB terhadap pelanggaran HAM yang cukup besar nilainya di dunia kita tidak
minta? Inikan munafik namanya," tandas Damamain. Jelas sekali adanya
keterlibatan Damamain dari PDIP untuk menggerogoti kewibawaan pemerintah NKRI
yang keras menolak intervensi asing ini. Wallahu musta’an. (Imk)
13
Agustus 2000
|
Buntut Penembakan Atas Warga Muslim :
Aparat Pro Kristen RMS Diboikot
Ambon, MHI (13/08/2000)
Sebanyak 4 Batalyon TNI AD Kostrad yang bertugas di Ambon, sejak hari ini,
Sabtu (12/8) terpaksa harus menuai beban atas sikap arogan dan keberpihakannya
kepada pihak Kristen RMS. Saat ini, seluruh warga muslim Ambon menyatakan
boikot terhadap 4 batalyon yang terlibat penembakan terhadap warga Muslim.
Tidak hanya aparat dari Kostrad Jawa Timur saja yang melakukan penembakan yang
tidak sesuai prosedur, namun juga tiga anggota kesatuan Kostrad dari
Kalimantan.
Keempat Batalyon (Yon) tersebut adalah, Yon 527 dari Jawa Timur serta Yon 621,
Yon 622 dan Yon 623 dari Kalimantan. Boikot tersebut dinyatakan oleh umat
Islam Ambon didasarkan atas tindakan aparat dari kesatuan tersebut yang
memberondong warga muslim, di perbatasan desa Batu Merah (Muslim)–Mardika
(Kristen), pada hari Jum’at (11/08/2000), kemarin. Tercatat korban dari
pihak Muslimin dimana dari kejadian tersebut, sebanyak 5 orang tewas dan 14
luka parah. Berarti saat ini telah ada lima batalyon Kostrad termasuk Yon 509
yang telah melukai hati ummat muslimin Maluku.
Kesepakatan boikot tersebut disampaikan warga muslim yang dipelopori Pasukan
Jihad Ambon melalui pernyataan tertulis yang ditempelkan di tempat-tempat
keramaian. Adapun boikot yang paling utama adalah dalam bentuk jual beli,
yakni semua pedagang muslim dilarang melakukan transaksi dengan aparat
kesatuan tersebut. Bahkan kalau ada pedagang yang melanggar akan dikenai
resiko.
Berdasarkan pengamatan liputan MHI di pasar Batu Merah, Kodya Ambon, pada hari
yang sama, di setiap gang dan kios yang ada. Baik warung dan toko yang berada
di dalam maupun di luar pasar, terpampang jelas seruan untuk memboikot aksi
keempat Batalyon tersebut.
Adapun bunyi dari seruan itu adalah “Semua Warga Muslim Dilarang
Melakukan Transaksi Dalam Bentuk Apapun Dengan Kesatuan 527, 621, 622, 633.
Siapa Yang Melanggar Resiko Ditanggung Sendiri.” Pada pamflet tersebut,
dinyatakan sebagai penggerak dan penanggungjawab dari seruan tersebut adalah
Pasukan Jihad Ambon.
Muslimin Ambon memang sudah lama memendam kebencian kepada aparat tersebut,
khususnya pada Yon 527, menyambut gembira atas keputusan dan ajakan dari
Pasukan Jihad Ambon. Bahkan telah menyatakan kesediaannya, yakni tidak akan
melakukan transaksi jual beli dalam bentuk apapun.
Rupanya tekad dari warga Ambon tersebut sudah sampai di telinga aparat yang
selalu melindungi pihak Kristen RMS tersebut. Realisasinya, mulai sejak pagi
hingga sorenya tidak terlihat adanya aparat yang belanja di berbagai warung
yang berada di seluruh pelosok daerah muslim Ambon, terutama di pasar Batu
Merah. Sehingga kini pasar induk kota Ambon nyaris sepi tanpa kehadiran aparat
yang dinyatakan diboikot karena tidak ada yang berani belanja disana.
Tindakan boikot ini diharapkan dapat mengakibatkan aparat kekurangan makanan,
sebab hanya di pasar itulah persedian barang-barang kebutuhan pokok tersedia.
Sementara itu kalau berbelanja dengan pihak Kristen RMS dipastikan mengalami
kesulitan, karena saat ini terjadi kelangkaan bahan kebutuhan, walaupun ada
harganya 20 kali lipat.
Menurut Bang Yong (39), salah satu pedagang di pasar tersebut kepada tim MHI
menjelaskan, tindakan boikot ini dimaksudkan untuk memberikan pelajaran kepada
aparat yang tidak netral bahkan cenderung membela Kristen RMS. Diharapkan
aparat Darurat Sipil (DS) tidak berani berbuat sewenang-wenang terhadap umat
Islam lagi, apalagi memberondong anak-anak kecil seperti yang sudah lalu.
Para pedagang muslimin juga menyatakan pihaknya tidak merasa rugi walaupun
dagangannya tidak dibeli oleh aparat dari kesatuan tersebut. Bahkan beberapa
pedagang telah menolak tegas apabila ada aparat ada yang akan berbelanja.
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh seluruh pedagang di komplek pasar
terbesar dan satu-satunya di Ambon itu.
Komentar MUI
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku Sabtu (12/8) menyesalkan aksi penembakan
terhadap sejumlah massa di kawasan Batu Merah, Kecamatan Sirimau, Kodya Ambon,
pada hari Jumat petang (11/8) yang menyebabkan enam orang meninggal dunia dan
belasan lainnya luka-luka.
"Kami sangat menyesalkan tindakan penembakan aparat keamanan yang
diperintahkan Komandan Sektor A Pulau Ambon terhadap warga yang sebenarnya
sedang berkerumun di Batu Merah saat terjadi insiden," kata Malik Selang,
SH. di Ambon.
Sikap penyesalan itu dilontarkan Malik Selang karena ketika terjadi insiden
yang disertai konsentrasi massa di perbatasan Mardika dan Batu Merah, pihaknya
sedang melakukan negosiasi dengan Penguasa Darurat Sipil Daerah, aparat
keamanan maupun Ketua Klasis Pulau Ambon Noh Pattinaija. Ia mengatakan,
perintah penembakan oleh Dansektor itu seharusnya tidak terjadi karena
koordinasi masih berjalan untuk mencegah terjadinya kerusuhan, dan akhirnya
aparat yang diduga berasal dari Batalyon Infanteri 621, 622 dan 623 menembak
massa muslim di perbatasan Batu Merah-Mardika.
"Akibat penembakan itu, sedikitnya empat warga sipil tewas di tempat
kejadian dan dua lainnya meninggal dunia di Rumah Sakit Bersalin Al Fatah
Ambon. Umumnya korban meninggal adalah anak-anak usia sekolah," ujarnya.
Ia juga mengimbau bahwa seharusnya selaku Komandan Sektor jangan hanya
menerima laporan dari bawahan tapi juga harus turun ke lapangan untuk melihat
kondisi yang sebenarnya.
Tuntutan tersebut disampaikan kepada salah satu Komandan Peleton Yonif 141
Palembang, dan akhirnya dipenuhi Ketua Klasis Pulau Ambon, Noh Pattinaija yang
menyerahkan sepeda motor pribadinya kepada aparat keamanan sebagai jaminan
sampai sepeda motor yang ditahan ditemukan. Sepeda motor jenis Yamaha Bebek
warna hitam bernomor polisi DE 4522 AA milik Nona Tum (29), warga Desa Batu
Merah telah dikembalikan kepada Posko MUI dengan disaksikan penguasa Darurat
Sipil Daerah Maluku.
Korban Bertambah
Walaupun pada akhirnya pihak Kristen RMS menyerahkan motor curiannya pada
Laurens SH sebagai wakil dari penguasa darurat sipil di kantor Gubernur
Maluku, Ambon untuk disampaikan pada Nona Tum (29), si pemilik motor tersebut.
Namun, RMS Kristen tetap merasa tidak bersalah bahkan menyatakan pencurian
motor tersebut merupakan tindak protes kepada aparat.
Sementara itu, dari RS Al Fatah diperoleh perkembangan, bahwa korban yang
meninggal pada pukul 12.30 WIT bertambah satu orang, dimana Hasan Mualaf (30),
akhirnya meninggal. Hasan sebelumnya sempat dilarikan ke RS Tentara saat
pecahnya kejadian, hanya saja karena tidak dapat diatasi akhirnya pada tengah
malam itu. Kemudian, pada tengah malam itu juga, korban keganasan aparat 527
ini dikebumikan di pemakaman muslim setempat. Maka total korban keganasan
aparat Kostrad 527 bertambah menjadi 6 orang meninggal. (Zhr
14
Agustus 2000
|
RMS Terlunta-lunta
Ambon, MHI (14/08/2000)
Tabiat orang kristen yang selalu bermuka manis padahal di hatinya terdapat
rencana yang busuk penuh kebencian dan kekejaman terhadap kaum Muslim,
akhir-akhir ini mulai mendapatkan balasan dari Allah Ta’ala. Allah telah
memberikan dalam bentuk berbagai kekalahan dan bencana serta penderitaan yang
diakibatkan oleh serangan balik muslimin di seluruh pelosok Ambon.
Semua kekalahan dan penderitaan itu, dialami oleh orang-orang Kristen RMS di
seluruh kepulauan Maluku, baik di Propinsi Maluku Utara maupun Maluku sendiri.
Sebelumnya Kristen RMS telah membantai dan menindas umat Islam selama
berbulan-bulan. Kini keadaan telah berbalik, Kristen RMS juga merasakan
kesengsaraan, terusir dari rumah, kampung dan kota-kotanya.
Para pengungsi RMS yang merasa terdesak di Maluku Utara akhirnya
berbondong-bondong berebutan naik kapal laut guna berlari ke berbagai daerah
kristen lainnya, sepeti Manado, Kupang, Sorong, Manokwari, Jayapura, Biak,
Fakfak dan berbagai daerah lainnya. Namun naas kembali berpihak pada Kristen,
Kapal Cahaya Bahari yang menjadi tumpuan keselamatannya akhirnya kandas di
perairan Sangihe & Talaud, Sulawesi Utara, dimana sebanyak 500 orang lebih
tewas tenggelam tanpa diketahui mayatnya.
Adapun pengungsi RMS yang berhasil mengarungi lautan, ternyata ditolak oleh
masyarakat Menado maupun Satgas Papua dan Pemda setempat sebab RMS memang suka
merusuh, tukang palak, serta membawa senjata organik dan amunisi berat
besertanya. Akhirnya ribuan pengungsi RMS tersebut terpaksa dikembalikan dari
Papua menuju pelabuhan Tual, Maluku Tenggara. Sebagian pengungsi RMS yang
tidak mau keluar Ambon, terpaksa tidur beralaskan telapak tangan,
berselimutkan rumput, tinggal di rumah beratapkan langit. Alternatif lainnya,
ikut berkumpul di markas besar RMS di Kuda Mati, Gudang Arang, Batu Gantung
dan Passo.
Sejumlah warga yang berhasil liputan MHI temui menyatakan, walaupun saat ini
orang-orang kafir itu mengalami penderitaan, namun bobot dan tingkatnya tidak
sama dan jauh sekali dengan apa yang dialami oleh kaum muslimin, baik korban
harta maupun nyawa. Sebab sejak tragedi kerusuhan tanggal 19 Januari 1999 yang
lalu, kaum muslimin lebih banyak yang terusir dari Ambon, demikian juga
puluhan masjid dan sarana peribadatan dirusak oleh orang-orang Kristen RMS. (Zhr)
Laskar Jihad Serahkan Warga Kristen Ke Aparat
Ambon, MHI (14/08/2000)
Kehadiran Laskar Jihad Ahlussunnah Wal Jama’ah ke bumi Ambon yang bertujuan
membantu masyarakat, pemerintah dan aparat keamanan untuk bersama-sama
menyelesaikan pertikaian di Ambon, benar-benar dibuktikan. Anggota Laskar
Jihad berhasil mengamankan seorang wanita warga Kristen RMS, kemarin Ahad
(13/08/2000) yang sedang kebingungan dan terancam bahaya.
Warga Kristen dimaksud adalah Etty (54), warga desa Waai, kecamatan Salahutu,
Kodya Ambon. Wanita tua tersebut diamankan Laskar Jihad dari amukan massa RMS
yang membabi buta menyerang muslimin di desa Tulehu. Wanita yang berjalan
dengan gontai dan seperti orang linglung tersebut tidak memperdulikan
keselamatan dirinya. Melihat hal tersebut Laskar Jihad langsung mengambil
inisiatif untuk mengamankan wanita tua tersebut.
Tindakan penyelamatan ini dilakukan karena tim medis Laskar Jihad mengetahui
besarnya dendam yang terpendam di hati warga Tulehu (Muslim) terhadap Kristen
Waai yang telah membantai ratusan warga Tulehu. Bahkan Kristen RMS dari Waai
juga telah menyerang dan membantai warga muslim muslimin yang lewat di kampung
kristen itu, seperti dialami 4 orang warga muslim Gemba (perkampungan
transmigran asal Jawa Timur).
Laskar Jihad memanfaatkan sarana angkutan laut untuk mengevakuasi wanita
Kristen tersebut menuju perum BTN, Kebun Cengkih, Kec. Sirimau, Kodya Ambon.
Namun setelah mempertimbangkan mayoritas warga adalah muslim, maka diputuskan
untuk menyerahkan perempuan tua tersebut ke aparat keamanan yang berjaga di
kantor Jasa Raharja, desa Galunggung, kec. Sirimau, Kodya Ambon.
Panglima Laskar Jihad Ahlussunnah Wal Jama’ah kepada liputan MHI menjelaskan,
langkah Laskar Jihad mengamankan wanita baya tersebut karena didasarkan pada
ajaran Islam yang mulia, dimana di dalam peperangan tidak diperbolehkan
membunuh anak-anak, wanita dan orang tua. Maka langkah yang terbaik setelah
diamankan adalah diserahkan kepada aparat keamanan setempat.
Mayor Sumardi dari TNI AD, selaku aparat yang menerima wanita setengah baya
tersebut menyatakan terima kasih atas kerja sama Laskar Jihad. Menurutnya, ini
adalah langkah tepat yang dilakukan Laskar Jihad yakni bersama-sama membantu
menyelesaikan masalah di Ambon. Selain itu, dengan tindakan Laskar Jihad ini
merupakan bukti kalau kehadiran mereka di Ambon adalah bertujuan mulia,
sehingga tidak perlu selalu disudutkandan akar permasalahan di Ambon pun bukan
karena eksistensi Laskar Jihad.(Zhr)