untuk informasi
YAYASAN ISLAM RIYADHUL JANNAH
8
September 2000
|
Laskar
Jihad Adakan Kajian di Polres Ambon
Ambon,
MHI (08/09/2000)
Salah satu tujuan datangnya Laskar Jihad Ahlu Sunnah wal
Jamaah di kota Ambon yakni pencerahan Islam dengan menyebarkan ajaran
Rasulullah kepada masyarakat, hal ini ternyata juga mendapat simpati berbagai
pihak, termasuk pihak aparat yang bertugas menjaga keamanan Ambon dari perusuh
RMS.
Salah satu bukti dari tanggapan positif dari aparat yang tampak yakni adanya
permintaan dari pihak Polres Ambon kepada Dai Laskar Jihad untuk mengisi
khutbah Jumat di Masjid Polres Ambon. Hal ini dinyatakan pada hari Senin 4
September oleh Kasat Lantas Lettu Bambang M. dan Kaintel Lettu Haryanto di
kantor Polres Ambon kepada pihak
Humas Laskar Jihad Ahlussunnah wal Jama’ah.
Bahkan aparat yang cukup netral tersebut menginginkan diadakan pengajian rutin
setiap ba’da sholat Maghrib. Lettu Syamsul Bahri selaku tim medis di Polres
nampak antusias dengan adanya kegiatan siraman rohani yang mengikutsertakan
para anggota Polres Ambon serta keluarganya dengan pembicara para da’I
Laskar Jihad.
Aparat yang telah lama meninggalkan keluarganya semenjak di BKOkan di Polres
Ambon menyatakan sangat membutuhkan siraman rohani yang selama ini terasa
hampa akibat disibukkan oleh tindakan-tindakan RMS yang mengacaukan keamanan.
Bahkan tak jarang aparat harus rela berhari-hari berdiri di perbatasan jalur
‘Gaza’ untuk mengantisipasi serangan pihak kelompok merah yang senantiasa
agresif menyerang sehingga kaum muslimin.
Seringkali anggota Polres Ambon di kantor Polres yang menempati bahu jalan
Parigi Lima dihujani peluru dari arah Kuda mati sebagai yang berada di jalan
parigi lima yang berdekatan dengan perbatasan. Sehingga para anggota yang
lemah imannya akan sangat tersiksa dengan sport jantung sejak pertiakaian
Agama selama lebih 20 bulan tesebut.
Mendengar adanya permohonan kerjasama antara pihak Polres dan Dai Laskar
Jihad, Ketua Dewan Pembina Laskar Jihad Ahlussunnah wal Jama’ah, Ustadz
Ja’far Umar Tholib menyambut
dengan baik acara tersebut dan akan segera diatur para pembicara dan jadual
tetapnya (Fzi)
9
September 2000
|
Pasar Lama
Ambon Dilalap Api
Ambon, MHI (09/09/2000)
Sekitar pukul 04.00 WIT, si jago merah kembali menyerang Pasar Lama
Ambon. Menurut seorang saksi mata yang ditemui oleh Liputan MHI, sumber api
berasal dari sebuah rumah yang terletak berdekatan dengan tembok pelabuhan
peti kemas.
“Saya hanya sempat menyelamatkan pakaian-pakaian dengan cara melemparkan
pakaian tersebut ke seberang tembok,” kata seorang saksi mata lain. “Saya
sendiri menyelamatkan diri dengan cara melompat ke pelabuhan peti kemas/kontainer
dengan hanya memakai pakaian dalam saja,” lanjutnya. Alhamdulillah, insiden
ini tidak meminta korban nyawa, sedangkan kerugian material yang diderita
sampai berita ini diturunkan belum bisa dipastikan.
Kebakaran yang pertama kali terjadi karena tingkah laku pemiliki los
di pasar yang menyediakan minuman keras dan memfasilitasi WTS maupun penjudi
telah mengundang amarah massa. Namun, kebakaran kali ini belum dapat diketahui
secara pasti motif terjadinya kebakaran tersebut apakah sengaja ataukah
kecelakaan biasa.
Lokasi di sekitar tempat kebakaran merupakan tempat pemukiman yang tergolong
kumuh. Perumahan yang ada sangat padat dan berhimpitan yang diselingi bau
busuk yang menguap dari sampah yang menumpuk di pasar. Sampah-sampah yang
kering serta bahan baku los kayu dan kertas sangat terbakar. Hal ini
menjadikan tempat tersebut rawan terhadap bahaya kebakaran.
Pasar Lima merupakan Pasar Inpres yang dibangun pada tahun 1977 di masa
pemerintahan Presiden Soeharto. Dinas Tata Kota Ambon telah berencana untuk
memugar tempat tersebut, namun pelaksanaannya terhalang mengingat penduduk
tetap bertahan disana. (Adr)
Penggalian Senjata Di Waai
Diambil
Alih Pasukan Elit, Tertutup Untuk Warga
Ambon, MHI (09/09/2000)
Seperti diberitakan MHI sebelumnya, telah ditemukan 70 pucuk senjata
organik dari berbagai jenis di desa Waai, kecamatan Salahutu, Pulau Ambon oleh
warga muslim dari desa Tulehu dan Liang serta aparat keamanan dari kesatuan
Kostrad 733 Ambon, pada hari Sabtu (2/9) yang lalu. Ternyata peristiwa ini
menimbulkan dampak yang luas terhadap kondisi di kota Ambon, khususnya
terhadap aparat keamanan gabungan yang bertugas di Ambon.
Menurut pengamatan tim MHI yang diturunkan di desa Wai, Rabu
(06/09/2000) sore, ketiga kesatuan elit TNI diterjunkan untuk melaksanakan
penggalian senjata di berbagai pekarangan penduduk di desa kristen yang sudah
hancur itu. Diantaranya dari TNI AU menerjunkan Paskhas, TNI AD beberapa
personel Kopassus dan TNI AL dengan Marinirnya.
Hal ini dilakukan sebab menurut hasil pendeteksian awal, senjata organik dalam
jumlah besar masih tersimpan di desa yang menjadi basis gerakan separatis RMS
sejak 50 tahun yang lalu.
Dalam menjalankan tugas selama 5 hari tersebut, personel dari gabungan pasukan
khusus membuat pos penjagaan serta menetap di lokasi penggalian, dan baru
meninggalkan lokasi pada Rabu sorenya. Selama menjalankan tugas di lapangan,
ketiga pasukan khusus tersebut menggunakan 3 ekor anjing pelacak dan detektor
logam, sehingga memudahkan untuk mendapatkan barang timbunan yang berada di
bawah tanah.
Adapun yang menjadi titik pencarian senjata tersebut adalah di belakang SMP
lama (bagian belakang desa), seluruh bekas kandang babi dan di pekarangan
sebuah rumah yang posisinya di tengah kampung, dekat jembatan. Lokasi ketiga
inilah yang diperkirakan banyak tersimpan amunisi dan persenjataan RMS yang
ditimbun puluhan tahun, sehingga dilakukan penjagaan ekstra ketat dari aparat.
Berdasarkan pemantauan warga di dua desa yang mengapit desa Waai, yakni Tulehu
dan Liang, dalam melaksanakan penggalian, aparat melakukan pemblokiran
terhadap penduduk disekitar lokasi yang dicurigai terdapat senjata, dimana
yang menjadi penjaga ring luar adalah kesatuan 733, sedangkan ketiga pasukan
elit itu menangani di dalamnya.
Tertutup
Begitu mendengar di bekas desa Waai ditemukan sejumlah senjata yang lebih
banyak pada hari sebelumnya, maka seluruh warga kecamatan Salahutu, seperti
Tengah-Tengah, Tial, Tulehu dan Liang serta dari kawasan Leihitu,
berbondong-bondong ingin membuktikan kebenarannya.
Hanya saja, keinginan dari warga tersebut ternyata tidak kesampaian. Pasalnya,
aparat yang berjaga-jaga di lokasi penggalian tanah tersebut menghalangi
penduduk muslim yang hendak menyaksikan langsung proses pengalian.
Sehingga warga banyak yang mengeluh dan bertanya-tanya. “Jarak lokasi
penggalian dengan pos jaga sekitar 200 meter, sehingga kami menjadi
bertanya-tanya, ada apa dibalik ini semua,” kata Muhammad, warga Tial.
Penjelasan dari warga Tial tersebut ternyata benar adanya, karena berdasarkan
pemantauan dari sejumlah wartawan dari Ambon yang datang ke lokasi penggalian
mendapatkan perlakuan yang sama, dimana tidak diperkenankan masuk ke lokasi
walaupun sudah menunjukkan identitas yang berlaku.
“Kami belum dapat memberi penjelasan dan melihat lokasi penggalian, karena
hanya bertugas jaga saja,” kata seorang aparat yang berjaga di dekat
jembatan, yang dipanggil dengan nama Pak Ton oleh anak buahnya. Sementara itu,
salah satu aparat yang bertugas yang berjaga-jaga di pos penjagaan lainnya
menyatakan bahwa hingga hari ini tidak diketemukan senjata lagi.
Kenyataan ini memicu keheranan yang semakin menjadi-jadi, sehingga sejumlah
warga kepada tim wartawan menyatakan bahwa dibalik penjagaan yang super ketat
tersebut ada sesuatu yang disembunyikan.
“Kalau tidak ada senjata didalamnya, kenapa mereka menjaganya secara ketat,
apa lagi mereka tinggal di lokasi penggalian selama 5 hari dengan perlengkapan
yang lengkap disertai dengan anjing pelacak, ini pasti ada yang disembunyikan,”
kata mereka.
Menurut beberapa warga Tulehu kepada para wartawan menyatakan, bahwa warga
melihat truk besar mengangkut 2 peti dari besi, diperkirakan kotak tersebut
sebagai kotak senjata. Bahkan sempat tersebar selentingan dari aparat yang
berjaga di sekitar lokasi bahwasanya didalam kedua peti tersebut berisi 60
pucuk senjata dan 103 buah granat.
Apalagi proses penggalian sejak hari pertama hingga hari kelima sama sekali
tidak melibatkan unsur pejabat dari desa, Muspida, Muspika, Sospol Pemda,
Koramil, Kodim maupun Polsek dan Polres. Seluruhnya berasal dari anggota TNI
yang bertugas di desa setempat serta ditambah pasukan gabungan yang di BKOkan
di Kodam Pattimura.
Seperti pengakuan jajaran Muspika Salahutu, Kapolsek maupun Danramil, walaupun
lokasi penemuan dan penggalian berada di wilayahnya, namun para pejabat dan
aparat setempat tidak diberitahu tentang pelaksanaannya. Sehingga ketika
ditanya warga maupun para wartawan langsung menyatakan rasa ketidaktahuannya.
Diduga, keberadaan senjata tersebut setelah berhasil digali, sengaja
dihilangkan jejaknya, dan sebagai langkahnya maka penemuan tersebut tidak
diumumkan kepada masyarakat apalagi dilaporkan pada Penguasa Darurat Sipil
maupun pemerintah Pusat RI.
Praduga dari warga dan tokoh-tokoh ini memang pantas, karena sudah ditemukan
senjata dalam jumlah yang banyak tetapi tidak diumumkan di media massa baik
cetak maupun elektronik.
“Kalau bukan untuk dihilangkan jejaknya, maka dipastikan mereka bekerja
untuk pihak kristen, yakni mengembalikan senjata tersebut kepada pemiliknya
dengan imbalan uang, sebab kalau tidak begitu tidak mungkin semuanya
dilaksanakan secara tertutup,” kata seorang tokoh muslim di Ambon.
Penemuan yang tidak disampaikan kepada masyarakat tersebut, akan dapat
merugikan umat Islam, sebab semestinya persenjataan lengkap tersebut dapat
bukti bahwa selama ini pihak Kristen RMS telah merencanakan menghabisi umat
Islam, jauh-jauh hari sebelum
pecah kerusuhan pertama, 19 Januari 1999 yang silam.
Selain itu, juga dapat membenarkan kalau yang terlibat dan merencanakan semua
bentuk pertikaian di Ambon adalah orang-orang RMS, dan menjadikan desa Waai
sebagai basis kekuatannya. “Kalau semua diungkap maka pemerintah tidak ragu
lagi menyatakan kalau penyebab terjadinya kerusuhan di Ambon adalah kristen
RMS,” kata Irfan.
Apalagi kasus Wai nampak dibesar-besarkan oleh para tokoh RMS sehingga
diekspos ke seluruh media Internasional dan Nasional, serta mengajukan ancaman
pada pemerintah Pusat maupun mengajukan permintaan tolong pada PBB dan
konco-konconya.
Tetapi karena semuanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi maka semuanya hanya
sebatas harapan saja. Walaupun begitu, mereka akan melaporkan semuanya ini
kepada seluruh pimpinan Mujahidin di Ambon. “Kalau aparat dan pemerintah
sengaja mengaburkan keberadaan dan rencana dari RMS, maka umat Islam yang akan
mengungkap dan menghabisi RMS dimanapun dia berada, berapapun jumlah dan
kekuatannya dan sampai kapanpun waktunya,” kata warga yang diucapkan secara
serempak. (Zhr)
10
September
2000
|
Desa Waai Hancur
Kristen RMS Kocar-Kacir
Ambon, MHI (10/09/2000)
Sudah satu bulan lebih desa Waai, kecamatan Salahutu ditundukkan
oleh Muslimin Ambon. Namun, hingga saat ini seluruh warga muslim di pulau
Ambon amat bersyukur pada ALLAH atas karuniaNya dengan keberhasilan itu semua.
Hal itu terjadi karena kemenangan tersebut masih dirasakan dampaknya oleh
Kristen RMS asal Waai, sebab hingga kini masih merasakan penderitaan dan
ketakutan yang amat sangat terhadap serangan balik umat Islam yang gemilang,
pada awal bulan Juli yang lalu itu.
Para pengungsi Kristen RMS tersebut dipaksa oleh kaum muslimin untuk
meninggalkan desa untuk selanjutnya berlarian ke lereng gunung Salahutu, untuk
mencari lokasi pengungsian yang nyaman, beralaskan rumput dan beratapkan
langit yang membiru.
Sementara itu bagi pasukan merah yang mengadakan perlawanan, maka akan
mendapati ajalnya, terhitung anggota RMS yang tewas dan dari 2 kali serangan
(6 & 31 Juli) terdapat 44 orang meregang nyawa.
Keberhasilan Mujahidin dalam menghancurkan desa Waai tersebut, ternyata juga
mendatangkan keuntungan yang lebih besar lagi
bagi kalangan muslimin Ambon. Pasalnya dengan
dihancurkannya desa kristen di kecamatan Salahutu tersebut, maka secara
otomatis telah menghancurkan perekonomian di seluruh Ambon.
Keuntungan ganda tersebut terwujud karena selama ini desa Waai merupakan
pemasok utama perekonomian
kristen di seluruh pulau Ambon, karena dari berpuluh-puluh desa kristen yang
tersebar di kepulauan Lease (PP Lease) seperti Ambon, Haruku, Saparua dan Nusa
Indah. Hanya desa Waai sajalah yang mempunyai hasil alam terbanyak sekaligus
menjadi penyangga perekonomian pihak kristen, terutama selama masa peperangan
ini.
Maka secara langsung pula desa kristen inilah yang menjadi penyangga kekuatan
kristen di Ambon, karena selain memberikan pasokan perekonomian, dari desa Wai
pulalah yang memasok dana perang pasukan RMS, sebab selama ini di desa kristen
itu terkenal desa yang paling kaya.
Kenyataan tersebut memang terbukti, dimana berdasarkan pengamatan dari liputan
MHI yang ikut serta dalam penyerangan dan pembersihan di desa tersebut nampak
paling yang kaya dan dapat dikatakan megah bangunan-bangunannya.
Bahkan hampir di tiap sudut desa, seluruh
rumah-rumah warga terkesan mewah, padahal berdasarkan sumber data dari
kecamatan Salahutu, di desa tersebut terdapat 859 KK, dengan penduduk sebanyak
5.348 orang, berarti secara tidak langsung menunjukkan kalau desa tersebut
memang makmur.
Keadaan yang terkesan mewah tersebut tercipta karena kondisi pertanian dan
perkebunan desa tersebut sangat subur, di sekitar desa banyak lereng-lereng
bukit terhampar tanaman rempah-rempah seperti cengkih, pala, kenari, kelapa
serta hasil bumi lainnya.
Tak heran apabila dilokasi tersebut dijadikan basis sekaligus penimbunan
persenjataan bagi gerakan separatis Republik Maluku Sarani (RMS) yang saat ini
sedang mengalami kekalahan dalam setiap pertempuran, menghadapi kaum muslimin.
Pemilihan desa tersebut sebagai basis dan lokasi penimbunan senjata RMS, bukan
hal yang baru lagi bagi warga Ambon. Bahkan di desa kristen tersebut setiap
tahun, yakni tiap tanggal 24
April selalu dilakukan upacara peringatan berdirinya negara RMS.
Selain itu, berdasarkan penggeledahan di seluruh rumah saat dilancarkan
pembumihangusan di desa tersebut, tidak satupun diketemukan bendera merah
putih dan lambang NKRI di rumah penduduk dan gedung-gedung lainnya.
Sedangkan bukti yang lain, sebelum kerusuhan dan pertikaian meletus di Ambon,
di dalam gereja Damai, yang berdiri megah di tengah desa, juga pernah
diketemukan 27 pucuk senjata organik (otomat) lengkap dengan amunisinya.
Masih segar dalam ingatan warga muslimin tentang diketemukannya 70 pucuk
senjata dan 103 granat di desa tersebut oleh aparat gabungan dari Marinir,
Kopassus, Paskhas dan kesatuan Kostrad 733 Banau, Ambon, yang melakukan
penggalian sejak hari Sabtu (2/9) hingga Rabu (6/9) kemarin.
Internasional
Terbangunnya perekonomian yang
kuat di desa Waai tersebut disebabkan desa tersebut menjadi proyek pemerintah
Belanda dalam menanamkan pengaruh lagi di bekas jajahan yang sekaligus
dijadikan anak ‘emas’ Belanda.
Dalam upaya meningkatkan tingkat perekonomian warga Waai, Belanda melalui
gereja Damai, Waai membentuk kelompok tani dengan kucuran dana dari Belanda
melalui LSM yang ada di Maluku. Dan hasilnya seperti yang terlihat saat ini,
pertanian dan perkebunan di Wai maju pesat.
Sehingga tidak heran, kalau jatuhnya desa Waai ke tangan Mujahidin tersebut
menarik perhatian dunia Internasional, dimana negara-negara donor RMS
ikut-ikutan memberikan komentarnya, seperti parlemen Belanda, Amerika, Dubes
Amerika untuk Indonesia, Komisi HAM PBB dll, yang memaksa permasalahan Waai
dijadikan agenda dalam rapat parlemen.
Tindakan
campur tangan Belanda tersebut dikarenakan negara penjajah tersebut telah
menyaksikan akan kekalahan anak emasnya di Ambon, dimana sejak jatuhnya Waai,
kristen Ambon kocar-kacir dan tidak mempunyai kekuatan yang berarti lagi
sehingga tidak mampu berbuat apa-apa, akhirnya RMS sendiri takut dan tidak
berani lagi mengadakan penyerangan lagi.
(Zhr)
Ditengah
Reruntuhan Desa Waai
Ditemukan
Bekas Bangunan Masjid
Ambon, MHI (10/09/2000)
Keberhasilan mujahidin Ambon menghancurkan desa Waai di kecamatan
Salahutu, Pulau Ambon, ternyata mengungkap kebusukan kristen sejak 3 abad yang
lalu, tepatnya tahun 1670 Masehi.
Setelah dilakukan penyisiran oleh warga muslim dan aparat, ternyata ditemukan
bekas bangunan masjid yang cukup luas, yang saat ini juga masih tertinggal
pondasi dan bangunan gapuranya.
Mudahnya umat Islam menemukan bekas bangunan masjid tersebut karena, walaupun
orang-orang kristen telah menghancurkan bangunan masjidnya, namun tidak berani
memanfaatkan tanah pekarangan bekas masjid, apalagi mendirikan bangunannya.
Sehingga yang nampak saat itu adalah, bekas pondasi yang dikelilingi pagar
dari kayu, dengan gapura yang masih berdiri di depannya. Dan bekas bangunan
tersebut terletak persis di belakang gereja Damai.
“Desa Waai ini pada mulanya adalah desa muslim, namun ketika portugis dan
Belanda menginjakkan kaki penjajahan di desa ini, maka sejak itu pula mereka
menguasai desa Waai, yang didahului dengan pembumihangusan rumah dan masjid,
serta mebunuh dan mengusir penduduk, dan bagi yang tidak bersedia masuk agama
kristen,” kata Muhammad Lessy, tokoh desa Liang.
Sedangkan menurut Abdullah Hehanusa, salah satu tokoh desa Tulehu menyatakan,
kalau bukti adanya bekas masjid tersebut telah diketahui sejak lama, namun
karena semua penghuni desa Waai saat itu kristen semua, maka tidak mungkin
lagi didirikan masjid.
“Itu juga menjadikan bukti kalau permusuhan dan peperangan antara kristen
dan Islam bukan berlangsung saat ini saja, melainkan telah berlangsung selama
berabad-abad yang lalu, dengan pelaku pertamanya selalu orang kristen,”
katanya.
Pernyataan tokoh dari dua desa muslim yang mengapit desa Waai tersebut
menunjukkan kalau permusuhan orang kristen terhadap orang Islam sudah
berlangsung sejak zaman nenek moyang
dulu.
Sementara itu, Panglima Laskar Jihad Ahlussunnah wal Jama’ah, Ustadz
Ja’far Umar Thalib menyatakan kalau semua hasil temuan kaum muslimin itu
menjadi bukti kuat kalau di tahun 1670 yang lalu umat Islam terusir dari
kampungnya. Dan saat inilah waktunya untuk kembali lagi,” tegas ustadz
Ja’far.
Diharapkan warga desa muslim sekitar desa Wai segera menempati kampung Waai
agar pasukan RMS Kristen tidak lagi berharap menduduki kembali rumah yang
menyimpan senjata-senjata tersebut.
Seluruh muslimin akan segera mengadakan koordinasi dengan seluruh kepala desa
untuk secepatnya merealisasikan masukan ustadz Ja’far tadi. Bahkan
direncanakan akan dibangun kembali masjid yang cukup besar di bekas reruntuhan
masjid tua yang baru diketemukan tersebut. (Zhr)
11
September
2000
|
GMIM Desak Gubernur
Tindak Media Massa Kristen RMS
Ambon, MHI (11/09/2000)
Dua surat kabar Kristen RMS di Ambon yang selalu menyajikan berita bohong dan
merekayasa berita, yakni Harian Siwalima dan Suara Maluku dituntut oleh warga
Ambon agar dua media tersebut dibredel.
Tuntutan muslimin tersebut disampaikan oleh puluhan wakil organisasi pemuda
muslim yang tergabung dalam komunitas Generasi Muda Islam Maluku (GMIM) kepada
Penguasa Darurat Sipil dan Gubernur Maluku, Dr. Saleh Latuconsina di kantor
Gubernur, Jum'at (08/09/2000) sekitar pukul 11.00 WIT.
Berita yang dimuat dua harian tersebut sangat provokatif, padahal terbitnya
hanya 1 minggu sekali dan jumlahnya hanya beberapa lembar saja. Namun karena
muatan beritanya yang sangat berbeda dengan kenyataan, maka seluruh pemuda
muslim menuntut pembredelan dua media massa ini.
"Kami meminta kepada Gubernur untuk menindak secara tegas media massa
Kristen RMS di Ambon tersebut, karena selama ini dalam penyajiannya selalu
memojokkan umat Islam dengan data yang fiktif," kata Ir. Syamsuddin,
selaku pimpinan delegasi.
Seperti dimuat pada harian Suara Maluku (07/09/2000), halaman 1 tentang: Warga
Muslim Minta Laskar Jihad dipulangkan. Setelah diadakan pemeriksaan, ternyata
tidak ada orang yang bernama Muhammad Sidik yang menjabat sebagai Kepala Desa
Ohoiraut, Kec. Kei Besar, Kab. Maluku Tenggara.
Demi menegakkan asas kebenaran dan obyektifitas dalam menyajikan berita, maka
warga muslim sepakat menuntut Penguasa Darurat Sipil untuk menghadirkan oknum
(pembuat berita dan sumber berita) sekaligus meralat berita yang disebarkan
lewat media cetak dan elektronik seperti di Internet. Kemudian warga muslim
juga membuat pernyataan bahwa di Ambon tidak ada istilah pendatang dan asli,
sebab muslimin di seluruh dunia adalah saudara dimanapun dia berada.
Dalam kesempatan yang sama GMIM juga menegaskan bahwa untuk menghentikan
pertikaian di Ambon tidak perlu mendatangkan milisi Kristen asing yang
dipayungi DK PBB, sebab yang berhak menyelesaikan masalah di Indonesia serta
Ambon khususnya adalah Muslimin sendiri, sesuai dengan arah Presiden Dur. Maka
muslimin mengambil jalan penyelesaian terakhir yang paling efektif dan efisien
yakni pemberangusan gerakan RMS hingga keakar-akarnya.
Kepada liputan MHI Ir. Salim Syamsudin menyatakan kegeramannya atas tingkah
laku para perusuh Kristen RMS yang masih saja mencoba untuk memanas-manasi
kaum Muslimin di tengah keadaan yang mulai stabil dan kondusif. "RMS
harus dihabisi satu kali lagi secara besar-besaran, baru mereka kapok dan
berhenti menyerang kita!" ujarnya.
Telah diketahui bersama gerombolan Kristen RMS inilah yang merencanakan
pemberontakan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak zaman Orde
Baru, diantaranya menyurati surat ancaman pada Presiden Soeharto yang masih
memiliki legitimasi hingga ke seluruh wilayah Indonesia.
Namun petaka mulai melanda muslimin sejak Presiden Soeharto jatuh ditandai
dengan peristiwa pembantaian muslimin di Kupang, Sambas, Ambon serta Poso.
Padahal ummat Islam di Indonesia masih dapat dikatakan pemeluk agama yang
mayoritas dan berpengaruh.
Nampaknya aksi pemecah-belahan muslimin lewat Stasiun Televisi swasta yang
mengkondisikan muslimin menjadi penganut sekularisme dan sinkretisme, hingga
muslimin sendiri malu mengokohkan amalan Islamnya lewat Piagam Jakarta.
Akhirnya muslimin menjadi bulan-bulanan dengan berbagai aksi yang memiliki
satu komando, diantaranya membokong muslimin Ambon yang sedang merayakan Idul
Fitri 1998. Insya ALLAH, Allah segera membalas makar Kristen selagi Muslimin
minta perlindungan hanya pada ALLAH saja. Allahlah sebaik-baik pembuat makar
dan Jihadlah alternatif terakhir dan terbaik di dunia dan di akhirat (Zhr, Adr)
12
September
2000
|
Muslimin
Ambon Gencarkan Serangan Lewat Udara
Ambon, MHI (12/09/2000)
Langkah maju saat ini ditempuh umat Islam Ambon
dalam melakukan balasan terhadap semua serangan pihak Kristen RMS dalam hal
diplomasi dan informasi, yakni mendirikan stasiun Radio AM dengan nama Gema
Suara Muslim (GSM), pada 21 Agustus 2000 yang lalu.
Radio Siaran Muslim tersebut dipancarkan melalui gelombang 103 AM yang
dipancar-luaskan dari komplek pelabuhan Yos Sudarso, Kodya Ambon. Bapak
Yusrizal selaku direktur GSM serta Abdul Hadi sebagai pimpinan studio radio
tersebut.
Sesuai dengan sebutan dan namanya, maka radio GSM termasuk radio pertama umat
Islam di Ambon yang bertujuan menyuarakan kebenaran secara obyektif demi
kepentingan dan perjuangan masyarakat muslim.
"Dengan berdirinya radio ini diharapkan dapat memberikan masukan yang
sebenarnya kepada umat Islam terhadap semua fakta dan kejadian di Ambon yang
selama kerusuhan selalu diputarbalikkan oleh pihak Kristen RMS. Selain itu GSM
akan digunakan juga untuk meningkatkan dan menjaga semangat umat Islam dalam
mengumandangkan jihad," kata Eky, panggilan akrab Abdul Hadi.
Menggebrak
Sebagai bukti nyata dari maksud pendirian radio tersebut, maka diawal
siarannya pengelola melakukan gebrakan yang cukup berani, yakni menyiarkan
secara langsung khotbah Jum'at di masjid Raya Al-Fatah Ambon. Selain itu juga
menyajikan berita-berita yang menimpa ummat Islam saat para pemberontak RMS
beraksi.
Selain itu, radio GMS juga menyiarkan secara langsung Tabligh Akbar, yang
diselenggarakan oleh Laskar Jihad Ahlussunnah Wal Jama'ah di masjid Raya Al-Fatah,
Ahad (03/09/2000) dengan Panglima Laskar Jihad Ahlussunnah Wal Jama'ah, Ustadz
Ja'far Umar Thalib yang bertindak sebagai pembicara tunggal.
Usia GSM yang cukup muda, ternyata mampu membangkitkan semangat umat Islam
untuk terus mengumandangkan jihad atas pemberontak NKRI semacam milisi RMS
tersebut. Hal ini ternyata memekakkan telinga dan memanaskan hati milisi RMS
yang memang memiliki dendam membara atas kekalahannya masa lalu.
Langkah mantap yang ditempuh oleh pengelola radio GSM ternyata membuat pihak
Kristen RMS tidak tenang duduk dan tidurnya, sebab makar-makar dan
tipuan-tipuan terhadap umat Islam yang selama ini berjalan secara lancar, saat
ini mulai mendapatkan bantahan dan gangguan dari umat Islam.
Milisi Kristen menyampaikan penentangannya pada Gubernur Maluku tentang
berkibatnya siaran Radio Muslim GSM tersebut. Milisi pembebasan tanah Maluku
tersebut berdalih dengan menyiarkan secara langsung Tabligh Akbar dari Laskar
Jihad tersebut, maka hal ini akan mengusik kedamaian ummat di Ambon.
Penentangan milisi merah atas siaran GSM tersebut disampaikan oleh mulut-mulut
najis tokoh-tokoh RMS yang ada di pemerintahan maupun di gereja, baik melalui
media Kristen RMS baik koran, radio, televisi dan internet.
Bahkan dengan memakai taktik kuno yakni memutarbalikan fakta serta dibumbui
dengan kebohongan serta fitnah yang sangat keji, Kristen RMS mendesak Penguasa
Darurat Sipil, Gubernur Saleh Latuconsina untuk memanggil pengelola radio
tersebut, guna diminta keterangannya serta mempertanggung-jawabkan isi siaran
GSM tersebut.
"Baru satu kali saja umat Islam menggunakan radio untuk menyerukan suara
jihad, pihak Kristen RMS terus berkoar-koar agar kami dipanggil dan dicabut
hak ijinnya. Padahal selama ini mereka tidak ditindak walaupun telah ratusan
kali menyuarakan berita yang berisi provokasi dan fitnah terhadap umat
Islam," kata Eky.
Ia menegaskan, kalau memang benar pihaknya dipanggil gubernur, maka secara
tegas pula akan meminta kepada Gubernur untuk menindak 2 koran Kristen RMS dan
4 radio swasta milik Kristen RMS yang selama ini menjadi provokator dan alat
penggerak massa Kristen RMS.
"Keberadaan kami jauh berbeda dengan media Kristen RMS, sebab mereka
menyuarakan fitnah dan berita bohong, sementara itu kami menyampaikan berita
yang berdasarkan fakta serta dakwah kepada umat," tegasnya.
Walaupun keberadaan radio GSM dipermasalahkan, siaran GSM akan tetap terus
berjalan, sebab dirinya yakin, kehadiran dan keberadaan radio tersebut sangat
dinanti-nantikan oleh umat Islam di Ambon. "Biar anjing menggonggong,
kafilah tetap berlalu, itu prinsip kami sebagai media Islam" tegas Eky. (zhr)
13
September 2000
|
Radio GSM Raih Kemenangan
Diplomasi
Kristen RMS Ambon Mati Kutu
Ambon, MHI (13/09/2000)
Usaha pihak Kristen RMS Ambon untuk menyudutkan Radio Gema Suara Muslim
(GSM), Ambon gagal total. Bahkan pihak Kristen RMS mati kutu dan mengalami
kekalahan diplomasi, saat diadakan pertemuan antara pengelola radio dengan
antek-antek Kristen RMS yang ada di Pemda Tingkat I Maluku, kemarin Sabtu
(09/09/2000).
Pertemuan yang berlangsung di kantor Gubernur Maluku tersebut merupakan buntut
dari keberanian radio GSM menyiarkan secara langsung acara Tabligh Akbar yang
dilaksanakan di Masjid Raya Al-Fatah Ambon, dengan pembicara Panglima Laskar
Jihad Ahlussunnah Wal Jama'ah, Ustadz Ja'far Umar Thalib, pada hari Ahad
(03/09/2000) yang lalu.
Menurut penilaian para tokoh-tokoh Kristen RMS Ambon, acara Tabligh Akbar
tersebut sebagai upaya menolak perdamaian dan memicu pertikaian. Hal inilah
yang menjadi alasan utama untuk mendesak kepada Gubernur agar beliau memanggil
pengelola radio GSM.
Seperti biasa, Milisi Merah menempuh langkah yang sangat keji, yakni melakukan
tipu daya dan kebohongan saat melaporkan radio GSM kepada Gubernur, sehingga
Jum'at (08/09/2000) kemarin. Gubernur yang mendapatkan laporan dari RMS
tersebut mengundang untuk mengadakan pertemuan dengan pengelola radio GSM
dalam kaitannya seputar kegiatan siaran langsungnya tersebut.
Dalam kesempatan itu, pihak Kristen RMS yang diwakili antek-anteknya di kantor
Gubernur, yakni Kadis Informasi, Agus Soukota, Staf Penerangan Terpadu,
Marthen Luther Djari, Kabag Humas, Jhon Tomasoa. Sedangkan dari pihak GSM,
antara lain pimpinan GSM, Nyong Hatala dan Yusrizal, Kabid Siaran, Lili
Ohorella dan Munir Kairoti, SH selaku penasehat hukum.
Demi mengibarkan misi utama RMS membungkam media massa muslim, dalam pertemuan
tersebut, para antek-antek Kristen RMS mendesak kepada pengelola GSM untuk
tidak menyiarkan berita yang bersifat provokatif, sebab RMS Kristen menilai
bahwasanya GSM belum memiliki izin siar.
Bahkan melalui mulut najis Agus Soukota, antek Kristen RMS di pemerintahan
tersebut mengancam kepada pengelola GSM akan dikenai hukum pidana kalau masih
menyiarkan berita-berita provokatif.
Alasan RMS Dipatahkan
Alasan RMS yang sangat nampak dibuat-buat tersebut membikin berang pimpinan
GSM, Nyong Hatala, dengan suara lantang beliau mengatakan bahwa seluruh ucapan
yang disampaikan oleh Agus Soukota tersebut hanya merupakan usaha mengkebiri
umat Islam dalam membangun opini dan berita di Maluku.
Menjawab tuduhan miring orang-orang Kristen RMS tersebut, Hatala juga
menyatakan kalau GSM tidak pernah melakukan provokasi, sebab materi ceramah
yang disiarkan secara langsung tersebut sesuai kenyataan. "Apakah kamu
pernah memanggil dan meminta penjelasan kepada surat kabar Suara Maluku dan
Siwalima, serta 4 radio swasta milik Kristen RMS yang selama ini menyampaikan
kabar bohong dan nada provokatif yang nyata," sergah Hatala.
Sementara itu, Lili Ohorella juga mempertanyakan kepada delegasi Kristen RMS
itu, tentang keberadaan Radio Republik Indonesia (RRI) Stasiun Ambon, karena
selama ini RRI Ambon dikuasai pihak Kristen RMS dan selalu memberitakan
berita-berita yang memojokkan umat Islam dengan berita yang mendukung
kepentingan Kristen RMS. Padahal Milisi Merah Kristenlah yang telah
jelas-jelas pelaku penyerangan pertama terhadap umat Islam, diawal kerusuhan
19 Januari 1999 yang silam.
"Apakah RRI itu milik orang Kristen RMS, kalau bukan, kenapa semua berita
dan pegawainya adalah orang Kristen RMS, sementara pegawai yang beragama Islam
tidak ada, apalagi kepentingan umat Islam, tidak ada sama sekali," kata
Lili, dengan nada bertanya.
Dan perlu diketahui, lanjut Ohorella, keberadaan radio GSM ini merupakan
desakan dari umat Islam Ambon, sehingga apabila diusik maka umatlah yang akan
berbicara. "Kalau mau perang terus, silahkan kamu permasalahkan,"
tegasnya.
Mendapati perlawanan dari pihak radio GSM tersebut, rupanya jongos-jongos
Kristen RMS Ambon itu tidak dapat berkata apa-apa, diam terpaku dan mati kutu,
sebab yang disampaikan pihak GSM memang sesuai dengan kenyataan.
Akhirnya di akhir pertemuan, Agus bersama anggotanya mempersilahkan pihak
pengelola radio GSM meneruskan siarannya. Dengan demikian Kristen RMS Ambon
kembali menelan kegagalan dan kekalahan saat melakukan diplomasi. (Zhr)
14
September 2000
|
Muslim Ambon Rapatkan Barisan,
71 Posko Jihad Tabuh Genderang Perang
Ambon, MHI (14/09/2000)
Dalam upaya menghadapi semua bentuk makar dan tipu daya pihak Kristen
RMS, saat ini umat Islam Ambon semakin merapatkan barisan. Sebagai bukti nyata,
sebanyak 71 posko jihad yang tersebar di seluruh Pulau Ambon dan PP Lease
menyatakan siap menindak segala bentuk perlakuan RMS yang telah membantai umat
Islam diawal kerusuhan, 19 Januari 1999 yang lalu.
Tekad dan kesepakatan tersebut disampaikan oleh para komandan Posko Jihad saat
dilaksanakan silaturahmi dan rapat bersama, yang diprakarsai oleh pemuka Ambon
di rumahnya, kemarin Ahad (10/9).
Acara silaturahmi yang meliputi seluruh komandan Posko Jihad tersebut
bertujuan agar di masa mendatang semakin terbina dan tercipta koordinasi dan
hubungan yang baik dan merekat antara sesama posko jihad. Sehingga muslimin
dapat segera mengenyahkan para pemberontak Milisi Kristen RMS yang
menggerogoti persatuan dan kesatuan warga Republik Indonesia di Maluku.
Harapan peserta pertemuan yakni adanya satu komando dalam melaksanakan suatu
kegiatan dalam menghadapi pihak Kristen RMS, sehingga seluruh potensi dan
kekuatan umat dapat disatukan dan lebih mudah menghadapi pihak Kristen RMS
yang memang telah bersatu-padu dengan rekanannya dari luar dan dalam negeri.
"Saat ini, orang-orang Kristen RMS kalah di setiap medan pertempuran, dan
saat ini pula mereka sedang membangun kekuatan dan berusaha memperlemah
kekuatan umat Islam dengan melancarkan serangan psikis dan menciptakan adu
domba dalam tubuh umat Islam melalui para munafiq dan pengkhianat," tegas
Panglima Laskar Jihad Ahlussunnah Wal Jama'ah, Ustadz Ja'far Umar Thalib.
Menanggapi adanya acara pengokohan ummat Islam tesebut, ustadz Ja'far
mengingatkan dan mengajak kepada para komandan Posko Jihad untuk mewaspadai
semua bentuk makar pihak Kristen RMS, dimana saat ini pihak Kristen RMS
berusaha memecah belah kekuatan umat Islam. "Untuk menangkal itu semua
maka kita harus merapatkan barisan dan memperkuat pertahanan, baik fisik
maupun psikis," tegas Ustadz Ja'far.
Sedangkan Komandan Posko Jihad Batu Merah, Abu Bakar dalam kesempatan itu
meminta kepada seluruh komandan posko dan seluruh umat Islam untuk selalu
melaksanakan koordinasi melalui berbagai bentuk silaturahmi bersama.
"Dengan silaturahmi seperti ini, berbagai bentuk kerja sama lebih mudah
tercipta dan terlaksana," tambah Abu Bakar.
Para komandan Posko Jihad yang lain juga menyatakan hal serupa seperti yang
disampaikan oleh Abu Bakar, bahkan mereka akan menangkap dan menindak para
provokator dan pemecah belah kekuatan kaum muslimin. Selain itu, para komandan
tersebut kembali menegaskan, kalau untuk mengakhiri pertikaian di Ambon,
satu-satunya jalan adalah perang. Allahu Akbar !!!(zhr)
Makar Kristen RMS Gagal lagi,
Kapal Rinjani Tetap Sandar Di Yos Sudarso
Ambon, MHI (14/09/2000)
Muslim Ambon kembali menggagalkan makar dan tipuan busuk pihak Kristen RMS
yang hendak memojokkan umat Islam. Kemarin Senin (11/09/2000), kaum muslimin
berhasil memaksa kapal penumpang Rinjani bersandar di pelabuhan Yos Sudarso
dan tidak dibelokkan ke Lanal Halong.
Serangan pihak Kristen RMS yang ditujukan kepada Penguasa Darurat Sipil yang
menuntut agar semua kapal Pelni tidak diperbolehkan merapat di pelabuhan Yos
Sudarso, tetapi dialihkan ke Pangkalan Angkatan Laut (Lanal), Halong, Sirimau,
Kodya Ambon mengalami kegagalan.
Keberhasilan umat Islam menggiring KM Rinjani ke pelabuhan muslim tersebut
dikarenakan adanya langkah yang gigih dari seluruh lapisan masyarakat, baik
yang tergabung dalam Sekretariat Bersama (Sekber) Umat Islam yang dikoordinir
Thamrin Elly, maupun seluruh masyarakat Ambon secara umum.
Seperti telah diketahui, setelah sekitar satu bulan kota Ambon tertutup bagi
seluruh kapal milik Pelni, sejak hari ini, Senin (11/09/2000) mulai dibuka
lagi, dengan KM Rinjani sebagai kapal yang pertama kali merapat.
Namun, sekitar satu minggu menjelang masuknya kapal Pelni ke Ambon, pihak
Kristen RMS mulai melancarkan manuver yang diikuti dengan aksi tipu daya di
hadapan Gubernur, yang isinya mendesak untuk memerintahkan semua kapal merapat
ke pelabuhan Halong.
Rupanya, Gubernur terpedaya akan tipu daya Kristen RMS yang tidak masuk akal
itu, sehingga sejak Kamis (07/09/2000) hingga Ahad (10/09/2000), Gubernur
memberikan keterangan di TVRI Ambon menyatakan semua kapal yang masuk ke Ambon
harus merapat di Lanal Halong.
Melihat kemungkinan yang tidak menguntungkan tersebut, maka pada hari Ahad
malam, semua komponen yang tergabung dalam Sekber mengadakan pertemuan dengan
maksud mendesak kepada Gubernur agar membatalkan keputusannya kemudian
mendesak agar kapal dapat bersandar di pelabuhan Pelni Yos Sudarso, Ambon.
Akhirnya, pagi hari (10/09/2000), sebelum kapal merapat ke Lanal Halong,
sebanyak 30 orang utusan dari Sekber, menemui Komandan Lanal Halong, Kolonel
Laut Dedi Setiadi, di Halong, sekitar pukul 09.30 WIT.
Dalam kesempatan tersebut delegasi muslim ini menyampaikan protes terhadap
rencana pengalihan penyandaran kapal Pelni, sekaligus mendesak agar semua
kapal Pelni tetap bersandar di pelabuhan Yos Sudarso.
Tuntutan dan desakan tersebut disampaikan kepada Dan Lanal TNI-AL di Halong,
dikarenakan adanya 5 faktor penyebabnya, yakni Jaminan keamanan dan
keselamatan berikut kapalnya yang bergerak dari dan menuju pelabuhan Halong,
Ketidaksiapan fasilitas Lanal Halong untuk melakukan embarkasi/debarkasi
maupun bongkar muat barang, Tingginya biaya ekonomi bagi calon penumpang,
Terbengkalainya tenaga buruh pelabuhan Yos Sudarso yang jumlahnya ribuan.
Keempat hal ini akan menciptakan potensi dan pemicu konflik yang baru yang
dikhawatirkan oleh muslimin Ambon.
Tuntutan yang ditandatangani Thamrin Elly, selaku koordinator dan Syamsuddin
sebagai sekretaris tersebut, juga ditembuskan ke Presiden Dur, Menko Polkam,
Mendagri, Dirut Pelni, Ketua DPRD I Maluku, Gubernur Maluku, Pangdam XVI
Pattimura, Kapolda, Danguskamlatim dan berbagai media massa.
Umat Islam menyatakan kesediaannya kalau diadakan pemeriksaan, sebab selama
ini umat Islam tidak pernah menyembunyikan sesuatu terhadap aparat. Bahkan
kalau perlu terus dilakukan patroli laut dan pemeriksaan memakai detektor
logam secara teliti dan adil atas seluruh kapal penumpang yang masuk ke
Maluku.
Menanggapi tuntutan muslimin, Dan Lanal Halong, Kolonel Dedi Setiadi
menyatakan dapat memakluminya. Akhirnya, Dan Lanal bersedia merubah rencana
penyandaran dari pelabuhan Halong ke pelabuhan Yos Sudarso. Sekitar pukul
14.30 WIT, KM Rinjani berhasil merapat di pelabuhan Yos Sudarso.
Perjuangan yang dilaksanakan umat muslim tersebut ternyata bukan hanya
dilakukan oleh umat Islam yang ada di darat saja, namun juga dilakukan di
tengah lautan, yakni seluruh penumpang ke semua tujuan menyatakan menolak
keinginan Gubernur, Saleh Latuconsina, untuk memaksakan kapal Rinjani merapat
di Lanal Halong.
Sebagai bukti nyata dari kesepakatan tersebut, maka seluruh penumpang membuat
surat pernyataan, dengan Abdu Somad Holle sebagai koordinator. Mereka
menyatakan akan tetap bertahan di KM Rinjani bila kapal Pelni tersebut tetap
dibawa ke Halong.
Sementara itu, ketika memberikan keterangan seputar merapatnya KM Rinjani di
pelabuhan Yos Sudarso, Gubernur menyatakan, kalau semua ini menjadi percobaan
saja. "Kalau semua berjalan lancar maka dapat diteruskan," katannya.
Sedangkan Kolonel Dedi Setiadi menilai proses naik turun penumpang dan bongkar
muat barang dapat berjalan lancar.(zhr)