untuk informasi
YAYASAN ISLAM RIYADHUL JANNAH
22 agustus 2000 |
Kapolda Pastikan Keberadaan RMS
Ambon, MHI (22/08/2000)
Kapolda Maluku, Brigadir Jendral Firman Gani kembali memberikan kepastian kepada
warga Ambon tentang pihak-pihak yang menjadi pemicu dan pelaku kerusuhan di
Ambon selama ini.
Pihak Kepolisian Polda Maluku telah mengetahui bahwasanya yang memulai
pertikaian dan permusuhan di Ambon selama ini adalah orang Kristen, pada hari
Rabu (16/08/2000) yang lalu, kemarin. Kapolda juga memberikan statemen tentang
keberadaan gerakan separatis Republik Maluku Sarani (RMS) di Maluku.
23 Agustus 2000 |
Laskar
Jihad Selamatkan Aset Telkom Maluku
Ambon, MHI (23/08/2000)
Laskar Jihad Ahlus Sunnah wal Jamaah menyerahkan aset PT (Persero) Telkom
Propinsi Ambon yang berhasil diselamatkan dalam kerusuhan di Talake pada bulan
Juni lalu. Acara penyerahan tersebut dilaksanakan pada hari Selasa (22/08) di
komplek Masjid Al-Istiqomah, Tanah Lapang Kecil (Talake), kec. Nusaniwe, Kodya
Ambon.
Barang-barang yang diserahkan setelah lebih sebulan diamankan dari ulah RMS yang
membakar dan membumihanguskan Telkom tersebut antara lain puluhan perangkat
komputer branded Pentium III, monitor dan peralatan berat milik PT Telkom.
Peralatan elektronis mewah tersebut ditaksir senilai satu milyar rupiah.
Penyerahan aset tersebut dilakukan oleh Laskar Jihad yang diwakili oleh Rafrizal
dan diterima oleh Muhammad Ely, selaku wakil dari Penguasa DS & Gubernur
Saleh Latuconsina, untuk selanjutnya diserahterimakan pada Kadiv. Regional dan
Pelayanan Telkom Maluku, Kusnaedi Sudrajat.
Turut menjadi saksi dalam acara tersebut adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Maluku, R.R. Hassanusi, Mayor Willem Wusan wakil aparat pemulihan keamanan
Maluku serta sejumlah tokoh masyarakat Islam dan warga setempat.
Dalam kesempatan tersebut Muhammad Ely menyatakan bahwa langkah yang ditempuh
oleh Laskar Jihad dengan mengamankan sementara aset Telkom untuk dikembalikan
lagi sangat positif dan penuh arti. Beliau juga mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Laskar Jihad yang menyediakan waktu dan tenaganya untuk
mengamankan barang-barang tersebut, sebab kejadian ini sangat langka dan
mustahil dilakukan oleh perusuh Kristen RMS.
Sedangkan Kusnaedi Sudrajat menyatakan rasa salutnya berkaitan dengan penyerahan
aset pemerintah yang diamankan Laskar Jihad. Semula seluruh jajaran Telkom
mengira bahwasanya barang-barang tersebut telah ikut hangus terbakar bersama
gedung Telkom. Ternyata peralatan milyaran tersebut masih utuh, yang diantaranya
terdiri dari alat ukur, genset, forklift, komputer Intel Pentium III. Adapun
bila ditotal semua, nilai keseluruhan barang-barang tersebut mencapai satu
milyar rupiah.
Sementara itu, R.R. Hassanusi menyatakan bahwa langkah yang ditempuh oleh Laskar
Jihad tersebut merupakan suatu hal yang pantas dan sangat sesuai sekali dengan
prinsip dan ajaran Islam terutama berkaitan dengan kedatangan mereka di bumi
Ambon. Tim sosial Laskar Jihad yang mengadakan operasi pengamanan aset
pemerintah telah berhasil mengamankan barang-barang milyaran tersebut saat
terjadi pertikaian tanggal 23 Juni 2000 seperti diberitakan MHI Edisi
23/06/2000.
Penyerahan aset pemerintah ini membuktikan bahwa Laskar Jihad dan masyarakat
Muslim di Ambon menjalin kerja sama yang erat secara moral dengan Pemerintah
Daerah dalam mempercepat penyelesaian konflik di Maluku.
Sedangkan Rafrizal mengemukakan, bahwa alasan Laskar Jihad menyerahkan kembali
aset PT Telkom tersebut dikarenakan keseluruhannya merupakan harta milik negara
yang tidak boleh dimiliki oleh masyarakat. Aset tersebut merupakan saran
penunjang dalam memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang telekomunikasi. (Adr,Fzi,
Zhr)
24 Agustus 2000 |
RMS Kristen
Memanas-manasi Situasi
Ambon, MHI (24/08/2000)
Baru beberapa hari saja kota Ambon reda dari berbagai bentuk pertikaian, Kristen
RMS Ambon kembali berulah dengan cara memanas-manasi situasi. Kristen RMS telah
sengaja membuang sampah dalam jumlah besar di wilayah perkampungan Islam, desa
Batu Merah Dalam (Bameda), kec. Sirimau, Kodya Ambon.
Kegiatan pembuangan sampah yang sudah berlangsung dalam beberapa hari terakhir
ini dilakukan oleh pihak Kristen RMS dari arah Karang Panjang, dimana posisi
kampung Kristen ini letaknya persis diatas kampung Bameda, dan hanya dibatasi
tebing yang cukup tinggi.
Sejumlah warga Bameda kepada Liputan MHI, Selasa (22/08) menyatakan kegiatan
pembuangan sampah tersebut berlangsung sejak 3 hari yang lalu dan masih
berlangsung sampai saat ini, dimana sekitar 8 truk ukuran besar memuntahkan
sampah di Bameda setiap pagi tanpa seizin warga setempat.
Menurut Ahmad (30), warga setempat, dengan adanya kegiatan ini menandakan kalau
pihak Kristen RMS mulai memancing situasi pertikaian. Hal tersebut nampak
disengaja dan memancing emosi warga, sebab daerah Bameda sebelumnya tidak pernah
dijadikan lokasi pembuangan sampah. Terlebih lagi sampah yang dilemparkan dari
atas tebing itu jatuh persis di samping rumah warga Bameda. Kristen RMS memang
tidak pernah mau berhenti merusuh dan selalu mengharapkan agar umat Islam
terpancing. Apabila muslimin menyambut hasutan RMS Kristen, maka aparat yang
tidak netral segera memberondong muslimin seperti kejadian yang telah lalu.
Ahmad menilai bahwa sampah yang dibuang tersebut bukan hanya berasal dari
wilayah Karang Panjang saja. “Kalau cuma dari Karang Panjang, tidak mungkin
sampah yang dibuang jumlahnya mencapai bertruk-truk tiap harinya, pasti sampah
itu berasal dari seluruh wilayah Kristen”, timpal Hasan.
Seluruh warga menyatakan, bila pihak Kristen RMS tidak menghentikan aksinya itu,
maka warga Bameda akan mengadakan perhitungan dengan mengusir mereka, bahkan
melalui kekerasan bila perlu.
Selain itu, mereka juga berharap agar Pemerintah Daerah dan Walikota
memperhatikan masalah ini. Perhatian Pemerintah Daerah sangat dibutuhkan, karena
pihak Kristen RMS yang selama ini menjadi pemicu dan pelaku kerusuhan pertama
dapat menyukseskan misinya, yakni menyulut pertikaian kembali. “Kalau
pemerintah tidak menghentikan, maka kami sendiri yang akan menindaknya”, tegas
salah seorang warga. (Zhr)
25-26 Agustus 2000 |
Polri
Segera Perkuat Maluku
Ambon, MHI (26/08/2000)
Pertikaian berlatar belakang suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) yang
terjadi di bumi Maluku, khususnya kota Ambon adalah masalah nasional yang
selayaknya diselesaikan oleh intern bangsa indonesia sendiri. Sehingga tidak
perlu adanya intervensi pasukan asing dalam penyelesaiannya, sebab justru dengan
adanya intervensi asing akan menambah konflik baru sebagaimana yang terjadi di
Timor-Timur.
Demikianlah ditegaskan Kapolri Jenderal Rusdihardjo saat mengadakan kunjungan
kerja sekaligus tatap muka dengan masyarakat Ambon, yang dihadiri pula oleh
penguasa Darurat Sipil, Gubernur Dr. Saleh Latuconsina, Kapolda Maluku, Brigadir
Jendral (Pol) Firman Gani dan Pangdam XVI Pattimura, Brigadir Jendral (TNI) I
Made Yasa di Mapolres Ambon, Kamis (24/08/2000).
“Kalau bangsa kita sendiri dapat menyelesaikan permasalahan dan pertikaian di
Ambon, kenapa harus meminta intervensi asing. Kita tidak akan menempuh itu semua
karena ini adalah masalah nasional”, tegas Kapolri menanggapi usulan Kristen
RMS yang meminta kehadiran pasukan PBB di Ambon.
Menurut Kapolri, kondisi di Ambon saat ini sudah dalam keadaan baik dan aman.
Maka dalam rangka memelihara dan menjaga keamanan serta ketertiban, pihaknya
dalam waktu dekat akan mengirimkan anggotanya untuk menambah personil yang ada
di Maluku, khususnya pulau Ambon.
Ia menegaskan, saat ini yang dapat dilakukan oleh kepolisian hanyalah
mengirimkan anggotanya ke Ambon, sehingga keamanan dan ketertiban yang tercipta
dapat terjaga dan kepentingan masyarakat dapat terlayani kembali.
Kapolri juga menambahkan, tidak terlayaninya kepentingan masyarakat selama ini
dikarenakan dalam tubuh Polda Maluku sendiri saat ini tercerai berai karena
kerusuhan, sehingga banyak anggotanya yang meninggalkan tugas akibat terjadinya
pertikaian yang berlarut-larut.
Tetapi pihaknya menyangkal kalau di tubuh Polri saat ini terdapat anggota yang
disersi. Menurut Kapolri, beberapa anggotanya memang meninggalkan kesatuan,
namun mereka masih berada di Ambon.
Kapolri juga menyatakan, terjadinya beberapa anggota Brimob yang meninggalkan
tugas dengan tidak sah tersebut, karena saat terjadinya pertikaian
persenjataannya kurang. “Senjata yang dimiliki Brimob hanya setengah saja dari
jumlah anggotanya,” tandas Kapolri.
Tentang penggunaan senjata di jajaran Brimob tersebut, Kapolri mengatakan bahwa
senjata itu dipakai secara bergantian. Aparat yang pulang tidak membawa senjata,
namun diserahkan kepada pasukan penggantinya, hanya saja sebelum senjata sampai
diserah-terimakan, sudah terjadi gegeran (pertikaian).
Saat wartawan menyinggung tentang ratusan anggota Polri beragama Kristen yang
melarikan diri ke Sorong dalam rangka mencari bantuan Kristen Papua untuk
membantu Kristen RMS, Kapolri tidak dapat berkelit. Kapolri hanya dapat
menyatakan bahwa ia sudah mengeluarkan perintah kepada Polri Kristen yang
desersi untuk kembali ke Ambon, bila tidak maka pihaknya akan mencari mereka ke
daerah itu.
Kapolri menegaskan bahwa yang menjadi prioritas utama Polri saat ini adalah
menjaga keamanan dan ketertiban. Setelah semuanya terkendali maka pihaknya akan
melakukan usaha-usaha pengembalian sebagian senjata yang saat ini masih ada di
tangan perusuh, dan akan lebih baik lagi bila para perusuh tersebut mau
menyerahkannya secara sukarela. “Setelah itu baru usaha penegakan hukum”,
tambahnya.
Berkaitan dengan pasukannya yang bercerai berai, ia menyatakan semuanya akan
ditangani secara perlahan-lahan, sebab menyangkut masalah psikologis. “Untuk
menanganinya harus dilakukan secara perlahan-lahan dan kita tidak dapat memaksa,
karena saat ini masih ada rasa kekhawatiran dan ketakutan pada diri mereka,”
jelasnya lebih lanjut.
Sementara itu, Gubernur Maluku Saleh Latuconsina kepada wartawan menjelaskan,
pihaknya memang telah meminta kepada Kapolri untuk menambah jumlah pasukan
Brimob di Ambon, guna mendukung terciptanya situasi yang lebih kondusif.
Sedangkan Jenderal Polisi (Purn) Kusparmono Irsan, dari komite HAM yang ikut
dalam rombongan Kapolri menyatakan bahwa yang pertama kali harus ditangani dari
tragedi Ambon ini adalah masalah kemanusiaannya, setelah hal tersebut terlaksana
baru merehabilitasi bangunan dan lain-lainnya. Irsan menyarankan pemberian
proteksi bagi lembaga atau kelompok yang membawa misi kemanusiaan
Bantuan
Dalam kesempatan tersebut Kapolri juga menyerahkan bantuan sebesar 2 milyar bagi
para anggotanya yang disaksikan oleh Gubernur Latuconsina untuk memperbaiki
kerusakan rumah-rumah personil Polri di Ambon juga menjadi sasaran perusakan dan
pembakaran. Kebanyakan rumah-rumah yang rusak menimpa anggota-anggotanya yang
beragama Islam.
Menurut Rusdihardjo, walaupun bersifat ala kadarnya, bantuan tersebut diberikan
secara tulus dan ikhlas, dan semua dibatasi pula oleh kondisi negara sendiri
yang saat ini juga memprihatinkan. “Jumlahnya masih sangat kurang, namun
Kapolda harus memprioritaskan perbaikan fasilitas yang dianggap perlu,”
ujarnya.
Dana sebesar itu diharapkan dapat dijadikan sebagai modal untuk mengontrak rumah
bagi para bintara dan perwira, sedangkan sisanya diperuntukkan bagi dukungan
logistik terhadap anggota dan mitra Polri.
Selain bertujuan memberikan bantuan kepada anggotanya, kunjungan putra dari
Sukoharjo ini juga bermaksud melihat situasi dan kondisi keamanan, khususnya
kondisi anggotanya yang ada di Ambon dalam melaksanakan tugas-tugas yang mulia
ini.
“Sebagai sesama umat saya sangat prihatin melihat kondisi di Maluku, sebab
kita semua mengetahui bahwa selama ini Maluku terkenal daerah yang damai dan
tenang serta memiliki alam yang sangat indah. Bahkan Maluku juga menghasilkan
putra-putra yang berbudi elok. Semua petaka itu terjadi di luar kemampuan kita
dan sebagai umat beragama kita yakin kalau malapetaka ini akan berakhir kalau
kita mau berusaha mengakhirinya”, tambah Kapolri.
Kapolri juga mengungkapkan dibandingkan 2 kali kunjungannya ke Ambon, yakni 2
bulan yang lalu bersama Megawati, dan 3 bulan yang lalu ketika mengikuti
Panglima TNI, saat ini kondisi di Ambon telah mengalami banyak kemajuan,
diantaranya anak-anak sekolah dapat belajar kembali.
“Ini kemajuan, karena bagaimanapun anak adalah titipan Allah yang harus kita
rawat dan pelihara serta dipersiapkan hari depannya. Sesungguhnya kita berdosa
apabila tidak menghantarkan mereka menjadi manusia yang berguna bagi agama dan
bangsa”, ungkap Kapolri.
Di akhir keterangannya, Kapolri juga menyatakan penyesalan terhadap tindakan adu
domba sekelompok orang di bumi Ambon. “Kami heran kok tega-teganya mereka
memprovokasi warga, sehingga warga Ambon yang terkenal ramah, cinta seni,
sekarang bercerai berai. Siapapun yang melihat akan sedih terhadap semua ini,”
tambah Kapolri. Memang tangan-tangan asing yang mengacaukan NKRI tidak
bosan-bosannya melanjutkan misinya lewat RMS Kristen. (Zhr)
27 Agustus 2000 |
RMS Kristen Cuci Tangan
Ambon, MHI (27/08/2000)
Ummat Kristen Ambon yang berada dibawah payung RMS yang merekayasa
terselenggaranya Kongres Rakyat Maluku pada awal bulan lalu, kini telah terancam
kegagalan. Muslimin telah memahami benar bahwa langkah-langkah Kristen RMS
tersebut hanyalah sebagai upaya menghilangkan jejak terhadap semua tindakan
makarnya setelah membantai umat Islam pada peristiwa ‘Iedul Fithri Berdarah 19
Januari 1999 lalu.
Gerakan yang dilancarkan Kristen RMS saat ini yakni mengusulkan pada Penguasa
Darurat Sipil Maluku, Dr. Saleh Latuconsina, untuk membentuk Satuan Tugas Hukum
(Satgaskum). Satgaskum ini difungsikan untuk membantu pemerintah dalam
menegakkan hukum dan mengadili pihak-pihak yang berbuat kerusuhan selama ini.
Gagasan tersebut dikemukakan oleh tokoh-tokoh Kristen RMS yang selama ini
menjadi provokator dan penggerak massa dalam menghancurkan umat Islam,
diantaranya Richard Louhenapessy, SH, Pdt. Ruhulessin, Paul Mantulamenten dan
pastor Agus Ulahayaan. Acara penyampaian pendapat ini dikemukakan saat
mengadakan sharing diskusi di hotel Amans, Rabu (16/08), yang lalu.
Rencana busuk 4 tokoh RMS ini akhirnya tercium oleh muslimin. Pihak Kristen
Ambon menyatakan kepada Pemerintah Daerah bahwa komposisi Satgaskum terdiri dari
orang Islam dan Kristen. Padahal, dalam program tersebut tidak satupun orang
Islam yang faham benar masalah di Maluku yang diikutsertakan dalam Satgaskum.
Setelah diselidiki secara cermat ternyata tujuan pokok pembentukan Satgaskum,
yakni untuk mengkambinghitamkan TNI AD dan Laskar Jihad sebagai pengacau di
Maluku. RMS Kristen menuduh dua komponen yang menjadi penyebab utama kekacauan
tersebut diusulkan untuk segera dipulangkan.
Menurut tokoh Kristen RMS, pemulangan Laskar Jihad dengan dikumpulkan di
Lantanal Halong, untuk selanjutnya dievakuasi memakai kapal perang TNI AL.
Memang pada akhirnya pemerintah Maluku memulangkan TNI AD yang dituduh terlibat
seperti Batalyon 303 Jabar serta Den Zipur V Brawijaya. Padahal masyarakat
setempat menyaksikan netralnya tentara TNI AD tersebut sehingga mampu memukul
mundur perusuh RMS yang selalu memancing terjadinya pertikaian.
Namun disaat oknum TNI/Polri tidak bersikap netral, seperti tindakan personel
Kostrad 509, 621, 622, 623 menembaki 6 anak-anak, maka Satgaskum maupun LSM HAM
serta Komisi HAM PBB yang saat ini sudah berada di Maluku tidak menganggap
sebagai pelanggaran HAM. Demikianlah tindakan makar RMS Kristen yang didukung
penuh oleh dunia Kristen Internasional.
Dalam pertemuan yang membahas sekitar Satgaskum tersebut, keempat provokator
Kristen RMS ini juga tidak segan-segan menuduh para elit politik di Jakarta
sebagai penyebab utama kerusuhan di Ambon. Padahal aliran dana untuk para
perusuh RMS terus mengucur dari Jakarta serta berbagai negara Kristen semenjak
awal Januari 1999, ditambah personel preman Ambon di Jakarta hingga kini tidak
pernah dipermasalahkan.
Begitulah perkataan yang keluar dari mulut najis Kristen RMS, walaupun banyak
bukti dan fakta di lapangan yang menunjukkan bahwa pelaku utama dalam kerusuhan
di Maluku dari Kristen RMS sendiri. Toh, tokoh-tokoh RMS itu masih saja mengelak,
bahkan mengatakan kalau orang lain sebagai pelakunya. Mereka justru balik
menuduh Laskar Jihad, yang baru hadir bulan Mei 2000, sebagai provokator utama
kerusuhan Maluku.
Semua perkataan dan dalih untuk mengadili pelaku kerusuhan tidaklah mungkin
terlaksana, mengingat pelaku tindak kejahatan tersebut adalah Kristen RMS
sendiri. Pembentukan Satgaskum tidak lain dimaksudkan agar Kristen RMS dapat
lari dari tanggung jawab untuk kemudian menimpakan tuduhan pelaku kerusuhan
kepada muslimin setempat maupun Laskar Jihad.
Pembentukan Forum Penyesat
Dalam upaya cuci tangan, selain menempuh langkah diatas, tokoh-tokoh Kristen RMS
juga mengusulkan kepada Pemerintah Daerah untuk bersama-sama mewujudkan
supremasi hukum, dengan cara mengadakan pemantauan bersama terhadap semua
pertikaian dan permusuhan yang terjadi.
Kali ini, RMS Kristen berupaya menipu masyarakat Ambon untuk membentuk Forum
Monitor Bersama (FMB) yang akhirnya dibentuk pada hari Rabu (13/08/2000) di
Ambon. Sekali lagi, Kristen RMS berlindung di balik kata ‘kebersamaan’,
sedangkan dalam forum itu tidak terdapat perwakilan dari umat Islam. Kalaupun
ada wakil dari muslimin, wakil tersebut dipilih dari muslim yang tidak pernah
merasakan pahit-getirnya semasa kerusuhan Ambon Babak I hingga III.
Selain kedua langkah tersebut, tokoh-tokoh Kristen RMS saat ini juga
menghembuskan isu bahwa saat ini di Ambon terdapat gerakan misterius yang
dilakukan oleh kelompok tertentu untuk mengacaukan kota Ambon.
Pernyataan yang sama dikeluarkan pula di berbagai media massa lokal oleh
orang-orang yang selama ini justru menjadi penyebab terjadinya kerusuhan yang
berkepanjangan, yakni Wakil Ketua DPRD I Fraksi PDIP Maluku, Jhon Mailoa dan
Ketua DPRD II Kodya Ambon, Drs. M. J. Papilaya.
Perkataan para provokator sekaligus antek RMS tersebut dibantah Pangdam XVI
Pattimura, Brigjen (TNI) I Made Yasa, kemarin (25/08). I Made Yasa menegaskan
bahwa di Ambon tidak terdapat gerakan-gerakan misterius yang akan membuat
kekacauan di Ambon, seperti dihembuskan oleh ummat Kristen.
Bahkan yang ada adalah upaya pemojokan dirinya yang dinyatakan bertanggung-jawab
atas peristiwa kalahnya RMS di Poka-Rumah Tiga beberapa waktu yang lalu oleh Pdt,
A. J. Jamborrnias. Demikian kejinya RMS Kristen yang menghujat TNI AD dan
memojokkan petinggi TNI sekalipun, padahal kerusuhan Poka-Rumah Tiga dipicu oleh
ulah Kristen yang membakar masjid di kampus Unpatti yang berada di kawasan elit
Poka-Rumah Tiga (3/7).
Demikianlah usaha, manuver dan makar-makar separatis Kristen RMS dalam upaya
mengalihkan perhatian dan membersihkan diri terhadap tindakan biadabnya terhadap
umat Muslim. Tindakan Kristen RMS ini tidak lain hanyalah upaya untuk mencari
kambing hitam, agar boroknya yang sudah nampak, yaitu sebagai pelaku penyerangan
terhadap umat Islam pertama kali, tidak dijamah pengadilan.
Padahal, kalau para provokator dan pelaku penyerangan terhadap umat Islam
tersebut tidak diadili, maka pertikaian dan permusuhan di Ambon tidak mungkin
dapat selesai. Derita yang dialami umat Islam akibat penyerangan Kristen RMS
selama kerusuhan berlangsung sangatlah pedih. “Umat Islam menuntut agar pelaku
penyerangan pertama pada tanggal 19 Januari 1999 diadili,” kata ketua Dewan
Eksekutif Front Pembela Islam Maluku (FPIM), M. Husni Putuhena, SH. (Zhr)
Laskar Jihad Dakwah ke Waiheru
Ambon, MHI (27/08/2000)
Keberadaan Laskar Jihad Ahlus Sunnah Wal Jama’ah di kota Ambon yang sudah
memasuki bulan kelima, ternyata hari demi hari semakin mendapatkan simpati dari
masyarakat maupun aparat.
Hal tersebut terjadi karena selama ini Laskar Jihad benar-benar melaksanakan
misi dakwah di Ambon serta telah menuai hasil dakwahnya. Berbagai lapisan
masyarakat yang telah mengetahui dakwah Laskar Jihad berupaya mendapatkan
kesempatan mengikuti kajian penyiram rohani bahkan mengundang ustadz dari Laskar
Jihad.
Salah satunya adalah permintaan warga desa Waiheru, kec. Baguala yang meminta
agar Laskar Jihad mengirimkan dainya untuk membina mental kerohanian warga
setempat. Mengingat banyaknya peserta yang akan hadir yang terdiri dari berbagai
lapisan masyarakat yang memiliki latar belakang pengetahuan yang berbeda-beda,
akhirnya Jum’at kemarin (25/8), sebanyak 5 dai sekaligus dikirim ke desa
tersebut.
Dai-dai muda yang berasal dari Sumatra, Jawa dan Sulawesi tersebut diantaranya
Muhammad Arif, Abdullah, Abdul Hakim, Khairul Ashab dan Umar yang bertindak
sebagai pimpinan rombongan. Perjalanan menuju Waiheru, diawali dengan
mengendarai mobil dari Kebun Cengkeh menuju Batu Merah. Lalu dengan menggunakan
speed boat, perjalanan diteruskan dengan melintasi teluk menuju ke Kota Jawa,
selanjutnya dari Kota Jawa menuju Waiheru ditempuh dengan menggunakan mobil.
Kedatangan rombongan santri ini disambut dengan sangat antusias oleh masyarakat
setempat. Bahkan aparat yang bertugas di desa setempat turut mengikuti pengajian
tersebut. Demikianlah kiprah para dai Laskar Jihad yang ikhlas menjalankan tugas
yang diemban sehingga muslimin kembali mendapatkan kewibawaannya sehingga
tercapailah kondisi yang aman dan tentram di Maluku. (Adr)
28 Agustus 2000 |
Penyusup RMS Tertembak di
Diponegoro
Ambon, MHI (28/08/2000)
Suasana yang agak tenang yang tercipta di kota Ambon dalam beberapa minggu
terakhir ini, akhirnya kemarin hari Sabtu (26/08) di kampung Diponegoro, kec.
Urimeseng, Kodya Ambon terjadi pertikaian. Hal itu dikarenakan ulah pihak
Kristen RMS dari arah kampung Tempurung yang berusaha masuk dengan cara menyusup
ke kampung Diponegoro, sekitar pukul 00.30 WIT malam mendapatkan perlawanan dari
muslimin setempat.
Begitu melihat ada penyusup yang berusaha memasuki kampung, maka dengan aparat
yang saat itu berjaga-jaga di perbatasan antara kampung Tempurung dan Diponegoro
langsung memberikan tembakan peringatan.
Namun, tidak disangka-sangka, tembakan peringatan tersebut dibalas oleh penyusup
kristen dengan gencarnya, sehingga warga Diponegoro balik membalas menghujani
penyusup Kristen RMS yang saat itu berhasil berusaha masuk melalui arah komplek
pemakaman.
Kondisi kota Ambon yang malam itu tenang berubah menjadi riuh akibat tembakan
yang dilancarkan oleh kedua belah pihak. Dan rentetan senjata pada malam itu
baru berakhir sekitar pukul 01.30 WIT. Dalam pertempuran tersebut 1 orang
penyusup tewas dan diperkirakan puluhan orang luka-luka, sedang di pihak kaum
muslimin tidak terdapat korban apapun.
Menyikapi kejadian tersebut, warga Diponegoro menyatakan kalau usaha penyusupan
tersebut sudah dipersiapkan. Selain jumlahnya banyak, RMS Kristen juga membawa
persenjataan yang lengkap.
Menurut warga setempat, keberanian orang-orang Kristen RMS menyusup ke
wilayahnya dimungkinkan mereka mempunyai perkiraan kalau aparat dari Yon 405
yang ditempatkan di kampung Diponegoro dan sekitarnya sudah ditarik pada hari
Jumat (25/08/2000).
Sedangkan salah satu komandan kesatuan TNI AD Kostrad Batayon 405 mengatakan,
rencana penarikan dari Diponegoro memang telah ada, namun melihat perkembangan
yang terjadi di lapangan, rencana tersebut ditunda.
Staf Ahli Bidang Penerangan Darurat Sipil Daerah Maluku, Drs. John Tomasoa dan
Mayor TNI. M Luther Jari, membenarkan ketegangan akibat rentetan tembakan dan
jatuhnya korban.
"Pengerahan dua panser ke Manggadua guna mengantisipasi kemungkinan
eskalasi tembakan lebih marak, menyusul sejumlah peluru mengarah ke bangunan
gardu listrik di kediamanan Gubernur Maluku, Saleh Latuconsina," kata
Tomasoa.
Insiden penyusupan yang berakhir dengan pertikaian ini membuktikan, bahwasanya
ajakan untuk menciptakan kondisi tenang dan aman yang digembar-gemborkan oleh
tokoh-tokoh Kristen RMS hanya sebagai taktik saja. Padahal hatinya masih
menyimpan rasa permusuhan yang membara dengan tetap merencanakan pemulihan
kekuatan untuk menghantam umat Islam.
Selain itu pihak Kristen RMS juga mengotori sekaligus menentang upaya dari
penguasa darurat sipil, Gubernur Saleh Latuconsina, yang berusaha menciptakan
perdamaian di kota Ambon.
Demikianlah sifat orang Kristen RMS selalu saja mendahului menyerang umat Islam,
dan ini bukan terjadi satu atau dua kali saja melainkan sering terjadi sejak
terjadinya kerusuhan 19 bulan yang lalu. “Ini adalah buktinya, ketika umat
Islam banyak yang sudah terlena dengan bujuk dan rayu tokoh-tokoh Kristen RMS di
pemerintahan daerah maupun DPRD Maluku yang disuarakan di berbagai media massa
kristen dan pamflet-pamflet, untuk menciptakan dan menjaga kondisi keamanan
bersama, mereka menyusun kekuatan untuk menikam dari belakang,” kata Muhammad,
warga setempat. (Zhr)
29 Agustus 2000 |
Batalyon 405 Purna Tugas
Ambon, MHI (29/08/2000)
Terciptanya kerja sama yang baik antara warga kampung muslim Diponegoro,
kec. Nusaniwe, Kodya Ambon dengan aparat dari kesatuan Kostrad Batalyon 405
Banyumas berakhir dengan penuh keharuan. Kesatuan Yon 405 yang ditugaskan
mengamankan wilayah Diponegoro tersebut terhitung sejak Senin (28/08)
dikarenakan masa tugasnya di Ambon sudah berakhir. Bukti kekompakan dan jalinan
erat antara aparat dan warga, kemarin malam (28/08) dilakukan silaturrahmi
antara personil Yon 405 dan warga.
Acara silaturrahmi tersebut tersebut digelar secara sederhana di kediaman salah
satu warga, yang dihadiri oleh tokoh-tokoh kampung Diponegoro, Laskar Jihad dan
Danki Letda Kuncoro dan perwakilan aparat penggantinya dari Batalyon 527
Lumajang, Jawa Timur. Diharapkan kompi dari Batalyon 527 tersebut tidak seperti
kompi lainnya, yang pernah membantai anak-anak kecil, sehingga daerah Diponegoro
yang sering diserang oleh separatis Kristen RMS dapat terjaga keamanannya.
Letda (TNI) Kuncoro mengucapkan terima kasih atas sikap Laskar Jihad dan warga
Diponegoro yang selama sangat kooperatif dengan aparat dalam menjaga keamanan.
Bahkan perwira lulusan Akabri yang masih muda tersebut meminta kepada warga agar
tetap menjaga wilayahnya sendiri. “Untuk menciptakan keamanan, jangan hanya
mengandalkan keberadaan aparat saja, tetapi harus masyarakat harus bersikap
proaktif”, katanya.
Dalam kesempatan yang sama, tokoh-tokoh warga Diponegoro tersebut selain
mengucapkan terima kasih kepada Yon 405, juga meminta kepada aparat penggantinya
agar dapat bekerja sama dengan warga dalam mengamankan wilayah Diponegoro dari
serangan pihak separatis RMS. “Ini adalah sebagai bukti kerja sama kami dengan
aparat, dan tidak mungkin kegiatan seperti ini kami lakukan kalau kami tidak
punya hubungan yang harmonis”, ujar Muhammad, tokoh masyarakat Diponegoro.
Masih menurut Muhammad, silaturrahmi antara warga dan aparat ini adalah kejadian
yang langka di seluruh Ambon. Bahkan baru pertama kali dilangsungkan di P. Ambon,
yakni di desa Diponegoro. Semua ini terjadi karena penghuni kampung adalah
masyarakat muslim yang memang mendukung NKRI dan membantu pemerintah dalam upaya
pemulihan keamanan.
“Suasana seperti ini tidak mungkin terjadi di daerah Kristen, sebab selama ini
menolak kehadiran aparat. Bahkan sudah puluhan nyawa aparat yang melayang ketika
menjalankan tugas di daerah Kristen RMS, dan itu terjadi karena pihak Kristen
adalah pemberontak. Sebab buat apa mereka menyerang dan membunuh aparat kalau
bukan pemberontak NKRI”, lanjut Muhammad setengah bertanya. (Zhr)
RMS Menahan Speed-boat Raja Laha
Ambon, MHI (29/08/00)
Ambon yang telah relatif aman semenjak meletusnya insiden Diponegoro 3 hari lalu,
hari Senin kemarin (28/08) separatis Kristen RMS berulah kembali. Kristen RMS
yang berada di desa Hative Besar menahan speedboat milik Raja Laha (sebutan
untuk kepala desa di Maluku, red), Franky Wahon.
Penahanan speedboat ini menjadikan suasana dua desa bertetangga di kecamatan
Baguala tersebut tegang, dan sempat terjadi konsentrasi massa utuk mengadakan
penyerangan. Hal ini terjadi karena Kristen RMS di Hative Besar bersikukuh tidak
mau menyerahkan speedboat yang ditahan, bahkan RMS Kristen meminta uang tebusan
sebesar Rp. 5000.000,00.
Menurut raja Franky, menjelang malam speedboatnya disandarkan di dermaga
speedboat Laha, namun pagi harinya speedboat tersebut sudah tidak ada ditempat
semula, yang tertinggal hanya tali pengikatnya yang telah putus.
Warga Laha yang memiliki keahlian menyadap HT menyelidiki percakapan RMS,
akhirnya didapat informasi bahwa speedboat yang dicari-cari dicuri RMS Kristen
desa Hative Besar.
Melalui perantara aparat keamanan, Franky berusaha meendapatkan kembali
speedboatnya, namun tidak berhasil sebab Kristen RMS di Hative Besar meminta
tebusan uang yang lumayan besar, yakni lima juta rupiah.
Saat itu juga raja Franky langsung menghubungi Penguasa Darurat Sipil
Latuconsina, selanjutnya Penguasa Daerah Sipil tersebut memerintahkan aparat
untuk segera menanganinya. Setelah ditangani para komandan dari berbagai
kesatuan TNI diantaranya Kostrad, Paskhas TNI AU dan Marinir TNI AL, akhirnya
speedboat dapat diambil kembali namun masih menggunakan tebusan sebesar 1 juta
rupiah.
Sejumlah warga di Laha menegaskan, bila dalam waktu dekat speedboat tidak
dikembalikan maka akan terjadi perang besar-besaran. Apalagi Hative Besar
merupakan daerah pertama yang mengobarkan permusuhan dengan umat Islam sebelum
terjadinya penyerangan pertama, 19 Januari silam. Demikianlah sikap RMS Kristen
yang selalu mengobarkan permusuhan dan memancing meletusnya pertikaian antar
warga muslim dan pasukan merah RMS. (Zhr)
Laskar Jihad Gelar Kajian Remaja
Ambon, MHI (29/08/2000)
Kehadiran Laskar Jihad Ahlus Sunnah wal Jamaah di kota Ambon yang membawa misi
dakwah dan kemanusiaan benar-benar terwujud secara menyeluruh. Selain mengadakan
kajian bersama masyarakat di masjid-masjid, Laskar Jihad juga mengadakan kajian
bagi remaja dan pelajar
Seperti yang dilaksanakan pada hari Jumat (27/08) sekitar 500 remaja dari
tingkat pelajar SMU dan SMK mengikuti dengan penuh perhatian kegiatan pengajian
remaja di Masjid Raya Al Fatah, Ambon. Kegiatan ini didukung juga oleh pemuda
muslim yang tergabung dalam Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) Ambon.
Dalam pengajian tersebut, Abu Bakar Silawane, pimpinan daerah IRM Ambon
memberikan sambutan dan wejangan yang ditujukan pada peserta yang hadir di
masjid tersebut. Beliau mengingatkan agar para pemuda yang disibukkan dengan
kegiatan sehari-hari, baik di sekolah maupun di tengah masyarakat, tidak
melalaikan kewajiban yang dibebankan agamanya.
Dikatakan pula bahwasanya musuh-musuh ALLAH, yakni orang-orang Yahudi dan
Kristen membidik generasi muda Islam untuk menghancurkan agama Islam. Maka
musuh-musuh ALLAH tersebut menggoda dengan kenikmatan dunia sehingga para pemuda
Islam lupa akan diri dan agamanya.
Menurut Abu Bakar, kajian IRM biasanya diadakan secara rutin 3 kali dalam 1
bulan, namun sejak terjadinya kerusuhan di Maluku, kegiatan itu hanya dapat
dilaksanakan dalam 1 kali dalam sebulan. Maka Abu Bakar menyatakan rasa salutnya
pada Laskar Jihad yang menggencarkan kembali pengajian yang sekian lama telah
terbengkalai menjadi setiap Ahad (4 kali dalam sebulan).
Kajian remaja yang diisi oleh Ketua Dewan Pembina Laskar Jihad Ahlu Sunnah wal
Jamaah, Ustadz Jauhari Lc. tersebut diikuti oleh para pelajar dari berbagai SMU
dan SMK diantaranya SMU Negeri 3 Ambon, SMU Muhammadiyah, Madrasah Aliyah Al
Fatah dan masih banyak lagi. Kajian tersebut dimulai pada pukul 09.45 WIT hingga
10.30 WIT. Selanjutnya, acara dilanjutkan dengan pembukaan forum tanya jawab
selama minimal setengah jam.
Dalam kajian tersebut, Ustadz Jauhari mengutarakan pentingnya kedudukan masjid
didalam Islam dan pentingnya menghormati masjid. Bahkan beliau menjelaskan
pentingnya peranan generasi muda Islam sebagai garda terdepan yang memanfaatkan
dan menjadi kedudukan masjid. Ustadz Jauhari juga mewasiatkan agar para pemuda
agar memanfaatkan waktu mudanya untuk banyak beribadah kepada ALLAH sebelum tiba
waktu tuanya. (Adr, Fzi).
30 Agustus 2000 |
Aparat Pro RMS membunuh TNI
Ambon, MHI (30/08/2000)
RMS Kristen yang telah puluhan tahun mempersiapkan makarnya atas NKRI kini kian
terbongkar. Ternyata bukan hanya Max Tamaela saja yang menjadi kader RMS,
Kolonel Siswanto yang semula muslimpun rela meninggalkan agamanya demi
kepentingan dunia. Hasil pembusukan RMS lewat kaderisasi atas anggota TNI/Polri
asal Maluku inilah yang menyebabkan terjadinya penembakan antar aparat pro NKRI
dan aparat pro RMS, seperti terjadi pada hari Ahad (27/08) kemarin.
Aparat yang semestinya bertugas dengan sikap netral ternyata masih memiliki
loyalitas pada para pendeta ekstrimis Kristen serta pemimpin-pemimpin RMS di
luar dan dalam negeri yang selama ini menjadi provokator sejati kerusuhan
Maluku.
Dalam peristiwa penembakan tersebut, aparat pro RMS ini tega menghabisi temannya
sendiri yang masih dalam satu matra. Prajurit Dua (TNI) Mulyono (25) yang
bertugas mengambil senjata dari gudang senjata Peralatan Kodam XVI Pattimura
akhirnya meninggal setelah ditembak aparat pro RMS tersebut.
Prada Mulyono yang beragama Islam tersebut meninggal sesaat setelah kepalanya
ditembak dalam jarak tembak efektif yang dilakukan oleh oknum sejawatnya di
Paldam yang beragama Kristen Protestan.
Kejadian ini berawal saat dirinya bersama rekannya satu kesatuan yang bernama
Muhammad Bahrun Dailen hendak mengambil senjata di Gudang Paldam, SKIP Karang
Panjang, kec. Sirimau, Kodya Ambon, Ahad (27/8) sekitar pukul 20.15 WIT.
Namun tanpa dinyana, dua prajurit Kodam Pattimura yang beragama Islam tersebut
diberondong oleh penjaga gudang yang dipastikan beragama Kristen pro RMS dari
arah samping kanan sehingga langsung mengenai kepalanya. Pelaku penembakan tidak
sempat dikenali oleh Muhammad Bahrun maupun rekan-rekannya yang lain. Akhirnya
Mulyono meninggal ditempat karena kepalanya bagian kanan terbongkar (hancur)
dihantam timah panas.
Sedangkan rekannya Muhammad Bahrun menderita luka tembak di leher, di tangan dan
saat ini kondisinya kritis. Saat itu juga keduanya dilarikan menuju ke RS
Darurat Al Fatah, namun dalam keadaan kondisi Mulyono sudah tidak bernyawa lagi,
sedangkan Bahrun yang keadaannya kritis. Mengingat keterbatasan peralatan
pengobatan di Al Fatah, akhirnya Bahrun dan jasad Mulyono dibawa ke Rumah Sakit
Tentara Ambon.
Saat liputan MHI melakukan pengecekan di kamar mayat RST Ambon, kepala Mulyono
tersebut pecah dan isinya berhamburan keluar. Selain itu darah masih tetap
mengalir dan membasahi alas pembaringan jasadnya. Sementara itu, Bahrun sedang
menjalani operasi jenis berat untuk mengatasi luka tembak di beberapa bagian
tubuhnya.
Sejumlah aparat TNI/Polri yang MHI temui di RS Al Fatah maupun RST membenarkan
bahwa Prada Mulyono tewas terkena tembakan, namun belum jelas siapa pelakunya.
Saat ini petugas Detasemen Polisi Militer Maluku di markas sedang mengusut
aparat Paldam yang diperkirakan terlibat dalam aksi pembunuhan tersebut.
“Mereka pasti ditembak oleh penjaga gudang yang beragama kristen, sebab yang
menjaga sekaligus membukakan pintu tersebut adalah penjaganya. Sebab selama ini
petugas penjaga gudang senjata Paldam sebagian besar adalah orang Kristen,”
kata seorang aparat di komplek RST.
Kejadian ini secara spontan memicu terjadi konsentrasi massa di wilayah-wilayah
muslim, seperti di Batu Merah, Waihaong dan komplek masjid Raya, Al Fatah.
Bahkan massa yang berkerumun tersebut telah yakin bahwa yang membunuh Prada
Mulyono adalah aparat Kristen pro RMS. “Siapa lagi kalau bukan mereka, sebab
yang ada di lokasi kejadian hanya orang Kristen, apalagi selama ini Paldam
didominasi oleh orang Kristen,” kata Husein.
Pemutarbalikan Fakta
Kejadian penembakan yang telah menemui titik terang pelakunya, ternyata
Dansektor, Kolonel Siswanto, yang murtad dari Islam ini memutarbalikkan fakta
mengenai sebab-musabab peristiwa tersebut.
Kolonel Siswanto menyatakan bahwa yang menjadi penyebab tewasnya Mulyono bukan
tembakan dari orang lain. Menurutnya peristiwa ini terjadi karena kesalahannya
sendiri, yakni ketika mengambil senjata pelatuk tersenggol kawat, sehingga
peluru yang didalamnya menghujam kepalanya.
Namun pengkaburan fakta dan akal bulus Siswanto yang memusuhi umat Islam ini
tidak dapat menutupi kebusukan aparat yang mendukung RMS. Melihat posisi saat
ditemukannya korban, serta bagian-bagian yang terluka tidak mungkin dijangkau
oleh tangannya sendiri.
Apalagi korbannya bukan hanya Mulyono, tetapi juga rekannya Bahrun yang
menyertai dirinya. Dapat dipastikan tembakan berondongan tersebut sama sekali
bukan dari kealpaan Mulyono, melainkan tembakan yang disengaja oknum aparat
Paldam yang mendukung secara tidak langsung atas gerakan RMS.
Pendapat tersebut bukannya tanpa beralasan, karena menurutnya tidak mungkin
kedua korban diatas terkena senjatanya sendiri, sebab semua senjata yang masuk
ke gudang dipastikan sudah kosong. Dan saat itu dia akan mengambil senjata
digudang. “Berarti khan senjata dalam keadaan kosong,” kata beberapa warga.
Warga muslimin setempat menyatakan bahwa apa yang dikatakan Siswanto tersebut
merupakan tindakan makar dan upaya membelokkan permasalahan dengan membuat
skenario yang dapat melindungi anak buahnya yang Kristen. Bahkan para tokoh
muslimin ini menegaskan bahwasanya Dansektor tersebut terlibat dalam gerakan
separatis RMS.
Indikasi kuat keterlibatan Dansektor tersebut ini ditandai fitnah yang
dilancarkan Dansektor Siswanto sehingga tanpa reserve para prajurit TNI yang
baru datang sehingga langsung menembak mati 6 anak-anak kecil muslim. Kemudian
dilanjutkan dengan instruksi sweeping yang tidak manusiawi dan terkesan seperti
perampokan atas muslimin beberapa waktu yang lalu. Terakhir, Dansektor Siswanto
menyatakan tanggapan yang sangat miring atas kejadian penembakan Mulyono.
Nampak juga rekayasa yang dibuat-buat oleh pihak Paldam dengan keengganan
hadirnya aparat dari Paldam semenjak korban masuk RS hingga penguburannya.
Bahkan hingga pukul 23.30 WIT dari Paldam tidak ada yang melihat mayat Mulyono
di kamar jenazah RST dan mengunjungi Bahrun sebagai rasa keprihatinannya.
Menurut beberapa aparat Kodam, saat ini komplek Paldam di blokir dan aparat dari
kesatuan tersebut tidak boleh keluar. “Ini bukti adanya rekayasa lebih lanjut,
sebab kalau dibiarkan keluar, informasi yang sebenarnya pasti akan terkuak serta
bukti-bukti yang diperlukan akan dapat diketahui,” kata Ali kepada MHI.
Beberapa pemuka agama Islam dan perwakilan warga Ambon meminta dan mendesak
gubernur selaku penguasa Darurat Sipil untuk segera menangani kejadian tersebut
dan segera memecat Dan sektor murtad itu. Apabila peristiwa ini tidak
diselesaikan sesuai hukum, maka seluruh muslimin siap memboikot perekonomian
seluruh aparat TNI di Ambon yang diperkirakan terlibat. (Zhr)
31 Agustus 2000 |
Maluku Aman bila RMS digilas
Ambon, MHI (31/08/2000)
Berkecamuknya pertikaian yang didasari sentimen agama (SARA) di Ambon, yang saat
ini memasuki bulan ke dua puluh, ternyata belum juga menampakkan perubahan yang
berarti dari segi penyelesaiannya. Pemerintah sama sekali belum tanggap akan
adanya gerakan RMS yang telah menewaskan ribuan ummat muslim, merusak ratusan
masjid dan berbagai sarana pemerintah dan muslimin.
Selama ini situasi cenderung aman setelah muslimin sedikit banyak telah dapat
mengembalikan desa-desanya yang dibiarkan pemerintah dikuasai pasukan merah. Hal
ini menjadikan fakta bahwasanya suatu daerah dimanapun yang dikuasai muslim,
dapat dipastikan akan aman dari berbagai gejolak pembantaian etnis non muslim.
Sebaliknya, apabila non muslim dari kalangan Nasrani dan Yahudi merasa kuat,
maka pihak kafirin akan membantai muslimin secara sistematis dan terencana
seperti kasus di Afganistan, Bosnia, Chechnya, Kosovo, Palestina, Kashmir, Moro,
Maluku, Poso dan berbagai tempat lainnya.
Tentunya proses pembantaian muslimin tersebut didahului dengan taktik divide-et-impera
dan manipulasi informasi sehingga muslimin di luar wilayah konflik terlena serta
mengira pembantaian tersebut hanya pertikaian kecil yang disebabkan masalah
kecil. Inilah hasil pengopinian berita-berita yang disebarkan melalui
kantor-kantor berita cetak, elektronik dan online milik kafirin di seluruh
penjuru dunia.
Muslimin yang bersusah-payah bangkit dari lumpur kehinaan, dengan semangat yang
tersisa akhirnya mampu menguasai kembali wilayah-wilayahnya serta melumpuhkan
beberapa markas RMS di P. Ambon. Kini warga muslim Ambon dapat menyaksikan
adanya suatu perubahan, yakni sejak awal bulan Mei hingga akhir Agustus ini kota
Ambon berangsur-angsur pulih. Keadaan tenang ternyata dapat dicapai apabila
muslimin memegang kendali atas perekonomian, transportasi maupun gedung-gedung
penting lainnya.
Melalui pembicaraan Handy Talky (HT), Orari maupun telpon yang berhasil disadap,
didapati pihak RMS kini telah kalang-kabut mencari bantuan negara-negara
donornya. Bahkan pelabuhan AL yang netral sering dipakai untuk tempat transitnya
RMS yang hendak mengungsi ke kota Tual, Kab. Maluku Tenggara. Baik menggunakan
kapal Ferry, kapal Motor, Kola-kola (sejenis kapal yang kecil), Speed Boat serta
kapal-kapal Pelni yang tersisa. Inilah balasan dari ALLAH atas tindakan mereka
sebelumnya terhadap umat Islam.
Muslimin kini sudah merasa bersyukur atas keberhasilannya menumpas gerakan
separatis RMS. Dapat dibayangkan suasana yang tegang, mencekam mulai berganti
suara-suara muadzin yang lantang mengumandangkan panggilan sholat di reruntuhan
masjid ataupun di masjid-masjid yang tersisa. Muadzin tidak perlu takut terkena
ancaman M16 dan AK47 yang biasa dipakai RMS mewujudkan cita-citanya di Kepulauan
Maluku. Pasar-pasar tradisional milik muslim telah mulai ramai dihuni para
pedagang serta dikunjungi oleh para pembeli.
Tidak kalah ramainya suasana di perkantoran pemerintah yang telah dapat direbut
dari tangan RMS. Seperti kantor Telkom di Talake yang sempat dibumihanguskan
oleh pasukan merah setelah merasa pihaknya tidak mampu lagi menahan serangan
muslimin yang mencoba membebaskan gedung Telkom.
Rekonsiliasi Tipu Daya RMS
Kini tengah dilancarkan oleh pihak Kristen yang telah berjalan lebih satu tahun,
seuntai kata-kata yang manis penuh rayuan berbisa yakni Pela Gandong.
Hampir-hampir umat Islam terpedaya dan terlena oleh bualan racun para
tokoh-tokoh Kristen RMS, baik yang ada di pemerintahan maupun yang tergabung
dalam tubuh Persekutuan Gereja Maluku (PGM) yang saat itu menggembar-gemborkan
perdamaian dan persaudaraan.
Begitulah sifat pemberontak RMS, disaat umat Islam terlena terhadap tipudaya
pihak Kristen melalui ajakan perdamaian, maka dengan leluasa pihak Kristen
menyusun kekuatan lagi untuk menikam dari belakang, sehingga meletuslah
kerusuhan jilid kedua, Juli 1999.
Pada babak kedua tragedi pembantaian pihak RMS atas muslimin Maluku inilah
ribuan umat Islam dibantai, ratusan masjid terbakar dan ribuan rumah warga
muslim dijarah dan dibakar, serta ratusan ribu orang mengungsi dan sebagian
memenuhi masjid raya Al Fatah serta mengantri di pelabuhan Pelni, Yos Sudarso.
"Dibandingkan dengan kondisi beberapa bulan yang lalu, saat ini kami sudah
merasa cukup senang dengan semua yang dicapai oleh umat Islam, sehingga saat ini
kami dapat bersyukur dapat melupakan sejenak penderitaan kami," kata Oma
Saleh, di lokasi pengungsian Waihaong.
Menurutnya, sejak rumahnya di Batu Gajah dijarah dan dibakar orang-orang kristen
pada kerusuhan pertama, dirinya menyatakan tidak punya apa-apa lagi. Walaupun
begitu, saat ini nenek yang sudah udzur tersebut mengaku gembira dengan
keberhasilan umat Islam memukul mundur bahkan membalikkan situasi, yakni gantian
orang kristen yang mengungsi.
Salah seorang tokoh muslimin Batu Merah menyatakan kalau memang Kristen hendak
berdamai dengan berlindung di belakang Pela Gandong serta terjadinya pertemuan
para tokoh adat dan agama, maka semestinya dipastikan masalah akan selesai
dengan baik. Kenyataannya tidak sesuai harapan, sebab akar permasalahannya
adalah munculnya cita-cita berdirinya RMS oleh ummat Kristen Maluku tidak pernah
dipikirkan oleh pemerintah pusat.
Namun dibalik keberhasilan yang dicapai oleh umat Islam ini menjadikan pihak
kristen tidak dapat duduk tenang dan bernapas dengan lega, sehingga melalui
tokoh-tokoh mereka yang ada di pemerintahan, DPRD maupun di PGM berusaha
melakukan tipudaya terhadap umat Islam dengan dalih perdamaian.
Melalui tokoh mereka seperti Jhon Mailoa, Bito Temar serta tokoh-tokoh gereja
yang notabene mereka juga tokoh dan penggerak gerakan sparatis Republik Maluku
Sarani (RMS), mulai melancarkan serangan dalam bentuk isu dan ajakan kepada
warga Ambon untuk mengadakan perdamaian, melalui dua harian Kristen lokal yakni
Suara Maluku dan Siwalima.
Dalam rangka mewujudkan semua ide sekaligus akal bulus tersebut Kristen RMS
melakukan manuver ke Jakarta, Swiss, Belanda, Inggris guna mencari dan
mendapatkan dukungan dari pemerintah dan PBB yang tentunya disertai keterangan
data dan bukti yang palsu. Bahkan RMS juga meminta Persatuan Gereja Indonesia
(PGI) dan Organisasi Gereja Internasional untuk merayu dan menipu pemerintah
pusat serta PBB.
Sebagai hasilnya, saat ini "strategi baru" baru yang disiapkan telah
mendapatkan dukungan dari PGI. Seperti pernyataan Direktur Litbang PGI, Dr.
Karel Phil Erari, yang mengatakan kalau untuk menyatukan visi maka diperlukan
rekonsiliasi.
Ide busuk penuh tipudaya ini telah diketahui oleh seluruh tokoh muslim di Ambon
sehingga rencana rekonsiliasi ini ditentang sebab walaupun sudah berkali-kali
langkah tersebut ditempuh, namun selalu saja berakhir dengan pengkhianatan RMS
Kristen, yakni RMS menyerang umat muslim terlebih dahulu.
Ketua DPW PPP Maluku, Lutfi Sanaki, SH dalam mensikapi permasalahan tersebut
menjelaskan bahwa pihak muslim tidak akan lagi terjerumus untuk yang kesekian
kalinya, yakni tertipu ide perdamaian dan rekonsiliasi. Beliau menegaskan akan
menolak semua bentuk rekonsiliasi atau ajakan damai dalam bentuk apapun.
Pernyataan Lutfi tersebut didukung pula oleh sejumlah tokoh agama dam masyarakat
di Ambon.
Menurut Lutfi, walaupun di kemudian hari ada pertemuan antara pihak Kristen dan
Islam maka, yang menjadi pokok pembicaraan bukan lagi kesepakatan mencari
perdamaian tetapi meminta pertanggung-jawaban Kristen serta menawarkan
bargaining position (pembagian posisi) kepada pihak kristen.
Hal ini harus dilakukan mengingat selama ini umat Islam dipinggirkan oleh
orang-orang Kristen di berbagai sektor kehidupan dan pemerintahan, baik di
bidang hankam, pendidikan, sosial politik. Pihak Kristen yang berupaya menguasai
semua instansi pemerintah dengan menempatkan orang kristen sebagai pucuk
pimpinan. Padahal muslimin sudah banyak yang menyandang gelar Doktor maupun
Profesor serta komposisi penduduk Maluku didominasi umat Islam. Demikianlah tipu
daya Kristen RMS dari hari ke hari yang menghalalkan segala cara dan mau
mengorbankan apa saja demi tercapainya kedaulatan atas wilayah Kepulauan Maluku
Bagian Selatan dengan nama Republik Maluku Sarani. (Zhr)