untuk informasi
YAYASAN ISLAM RIYADHUL JANNAH
15
Juli 2000
|
Kampung Ponegoro Meradang
Ambon, MHI
Kawasan berpenduduk mayoritas muslim, kampung Ponegoro, yang sebelumnya tidak
pernah tersentuh api pertempuran, kemarin hari Kamis (13/7) hingga Sabtu
(15/7) bergejolak dan terjadi pertempuran antara Muslimin dengan kaum Kristen
RMS.
Pertempuran ini bermula pada hari Kamis (13/7) menjelang waktu Maghrib, dimana
kaum Kristen RMS dari kampung Air Kolam yang berbatasan dengan kampung
Ponegoro membuat tindakan provokasi terhadap Muslimin. Kristen RMS dari Air
Kolam menyerang kampung Ponegoro dengan cara melempari perkampungan muslimin
tersebut dengan bom dan menghujaninya dengan tembakan-tembakan. Sedangkan
provokasi RMS di laut menurut Malik Selang, Sekretaris MUI Ambon, berawal dari
penyerangan terhadap penumpang speedboat Muslim di Teluk Dalam Ambon, pada
Kamis pagi sekitar pukul 08.00 WIT.
Merasa keselamatan jiwa terancam, Muslimin setempat memberikan perlawanan.
Menjelang waktu Subuh Jum’at (15/7), Muslimin menyerang dan membakar
perumahan Kristen RMS di daerah perbatasan Ponegoro – Air Kolam yang memang
sudah kosong ditinggalkan penghuninya menyelamatkan diri.
Dalam menangani pertempuran tersebut, terlihat ketimpangan dari aparat Yon 509
Jember. Mereka menghalangi umat Islam dari lain kawasan yang ingin membantu
muslimin Ponegoro dengan cara menahan dan melarang mereka memasuki perbatasan
Diponegoro – Air Kolam. Selain itu, aparat juga mencegah datangnya bantuan
dari kawasan lain ke kampung muslim tersebut. Bahkan 7 orang Muslim asal
Ponegoro yang baru pulang mengantar rekannya yang terluka ke RS Al-Fatah,
sempat ditahan sampai menjelang subuh. Setelah diprotes dan ditekan oleh
Muslimin, barulah korban luka-luka tersebut diantar ke gedung Asari komplek
Al-Fatah.
Bersamaan dengan meletusnya pertempuran di kawasan Ponegoro, terjadi pula
tembak-menembak antara Mujahidin dengan Kristen RMS di Asrama Polisi Parigi
Lima. Pertempuran ini diawali oleh aksi pengecut sniper-sniper Kristen RMS
yang menembaki aparat di Asrama Polisi tersebut dan umat Islam di sekitarnya.
Serentak Muslimin setempat membela diri dan mengadakan perlawanan sehingga
pertempuran tidak dapat lagi dihindari.
Dalam dua insiden tersebut, 10 orang Muslimin terluka akibat tembakan di
bagian tangan dan kaki, dan 4 orang meninggal. Diantaranya masing-masing 2
orang dari aparat Polda Maluku, seorang anak usia SMP dan seorang penduduk
setempat. Adapun korban tewas dari pihak Kristen RMS setidaknya telah lima
korban tewas dan 17 luka-luka dalam bentrokan yang terjadi di Kampung Kolam,
Kampung Galemo dan Ponegoro itu. Data dari RSUD Dr Hallusy Bakti Rahayu,
korban dari RMS Kristen yang tewas adalah Stevie Matahelomual, Hengki Prayogo,
Elisa Leasa, Ongki Remas, dan Charles Kaimarehe.
Setelah merasa kewalahan menghadapi serangan balasan Muslimin, sebagian besar
warga Kristen RMS di ketiga kampung itu (Kampung Kolam, Galemo, Ponegoro),
terutama orang tua, perempuan dan anak-anak mengungsi. Diantaranya mengungsi
ke daerah Soya, Kayu Putih dan Urimesing, yang juga cenderung berbukit-bukit,
namun dianggap aman. Alhamdulillah, pembalasan setimpal dari ALLAH Ta’ala
yang menyebabkan ratusan ribu Muslimin mengungsi ke luar Ambon mulai
terealisir. (Imk, Ekj)
Kedubes AS Meradang Kembali
Ambon, MHI
Salah satu negara promotor RMS, Kedutaan Amerika Serikat (AS) di Jakarta
mengungkapkan rasa prihatin atas kekerasan yang terus terjadi di Maluku dan
Ambon. “Kami tetap sangat prihatin dengan berlanjutnya kekerasan dan
pembalasan antara masyarakat Kristen dan Muslim di provinsi Maluku dan Maluku
Utara,” demikian siaran pers yang diterima, Jumat (14/7), di Jakarta.
Kedubes AS mendesak pemerintah Indonesia agar melakukan upaya lebih jauh untuk
mencegah pertumpahan darah dan menindak mereka yang memulai kekerasan. Di
samping itu, pemerintah juga diminta mengindahkan standar internasional bagi
perlindungan hak asasi manusia dan menahan diri sebagaimana mestinya. “Kami
terus mendesak pemerintah untuk menghentikan para ekstremis dari luar daerah
itu yang memanaskan situasi dan ikut dalam tindak kekerasan,” tulis
keterangan tersebut. “Kami mengimbau, semua pihak untuk menahan diri,
menjauhi kekerasan, dan menyelesaikan perbedaan mereka melalui dialog dan
perundingan,” lanjut informasi yang dikeluarkan kedubes AS tersebut. Alhamdulillah,
dengan adanya kekompakan Muslimin menghadapi makar Kristen Intrernasional
ini, akhirnya satu-persatu promotor disintegrasi mulai bermunculan, walaupun
Muslimin telah kecolongan propinsi Timor-Timur yang terampas berkat keuletan
Australia dan PBB.
Insiden-insiden yang masih terjadi di Ambon setelah diberlakukannya darurat
sipil di Maluku, menunjukkan bahwa orang Kristen RMS disana secara nyata
memprakarsai kerusuhan dan melanggar aturan penguasa Darurat Sipil. Hal ini
dapat dilihat dari penyerangan mereka terhadap aparat yang sedang melakukan
penjagaan dan penolakan mereka terhadap sweeping senjata oleh aparat di
daerah-daerah yang dikuasai Kristen RMS. Wallahu Musta’an (Imk, Ekj).
16 Juli 2000 |
Bentrok Berlanjut di Ponegoro
Kostrad Yon 509 Jember Timpang
Muslimin Tundukkan Dua Kampung Kristen RMS
17 Juli 2000 |
Markas Sniper ‘Planet 2000’ Ambon Hancur
Ambon, MHI
Pertempuran antara Muslimin-RMS kembali terjadi setelah dipicu ulah Kristen
menembaki pejalan kaki di sekitar Planet 2000, Ambon pada malam hari, Ahad, 16
Juli 2000. RMS Kristen yang telah bersiap-siap berada di sekitar tugu Trikora
mencoba memukul mundur Muslimin ke arah kampung Pohon Pule. Berkat kebesaran
ALLAH Subhanahu wa Ta’ala, Muslimin berhasil menghancurkan pusat
hiburan milik Kristen RMS, ‘Planet 2000’. Dihancurkannya gedung tersebut
karena selama ini lokasi itu disamping menjadi tempat perbuatan maksiat juga
dijadikan tempat persembunyian para penembak gelap (sniper) Kristen RMS.
Sehingga dengan dihancurkannya tempat tersebut, maka saat ini warga Kampung Baru
(depan Masjid al Fatah) tidak terganggu lagi dengan ancaman sniper.
Dari beberapa lokasi pertikaian, di kampung Mangga Dua, kampung Kolam, Pohon
Pule dan sekitar tugu Trikora tersebut didapati 6 orang dari kalangan Muslimin
menderita luka tembak sedang 4 orang menemui syahid Insya Allah. Sementara
itu berdasarkan keterangan dari para Muslimin yang membunuh langsung orang
Kristen RMS, sedikitnya 13 orang Kristen RMS dipastikan tewas dan puluhan
mengalami luka-luka (Imk, Hrd)
Pengakuan Korban Penyekapan Yonif 509 Jember:
“Kami Direndam, Dipopor, Ditendang …”
18 Juli 2000 |
Bahayanya Intervensi Asing lewat PBB
Ambon, MHI
Muslimin yang telah dapat menguasai kampung Ponegoro Atas dan sekitarnya pada
tanggal 16-17 Juli 200 kemarin. Menurut pengakuan Kristen RMS, hal ini
mengakibatkan putusnya jalur aternatif Kristen RMS di perbukitan kota Ambon.
Sebab bukit Lauwo merupakan salah bagian dari jalur lintasan perbukitan yang
menghubungkan 4 kawasan pemukiman Kristen RMS lainnya yakni, Batu Gajah, Mangga
Dua, Batu Gantung dan Kudamati. Keempat wilayah pemukiman ini merupakan wilayah
terakhir dari pemukiman kristen di lingkar kota Ambon. Kawasan terpadu Batu
Gantung-Kudamati-Air Salobar-Benteng merupakan pula kawasan utama para pengungsi
kristen dari berbagai pulau dan berbagai desa di Ambon. Insya ALLAH bila kawasan
Batu Gantung sebagai pintu gerbang kawasan ini berhasil dikalahkan Muslimin maka
dengan mudah ketiga kawasan pemukiman yang lainnya dikuasai. Sehingga para
perusuh Kristen RMS harus mengungsi lagi ke bagian ujung pulau Ambon. Alhamdulillah.
Pemerintah Republik Indonesia lewat Presiden Dur ternyata membuka peluang bagi
dimungkinkannya meminta bantuan asing dalam mengatasi masalah Maluku. Hal ini
disampaikan Menlu Alwi Shihab menjawab wartawan usai mendampingi Presiden Dur
menerima Dubes Uni Eropa pada hari Senin 17/7/2000. Alasan Alwi ketika ditanya
berkaitan dengan pernyataan presiden yang menyatakan bisa saja pemerintah
meminta bantuan prasarana dan peralatan kepada asing. "Lihat
perkembangannya bagaimana. Jika diperlukan, mungkin akan meminjam pesawat atau
kapal laut dan tak perlu tentara," jelas Alwi.
“Bantuan kemanusiaan luar negeri untuk Maluku dan Maluku Utara boleh-boleh
saja. Tapi kalau mau bantu selesaikan masalah apalagi masuk ke wilayah Maluku
dan Maluku Utara, "No way. Kita tidak mau bantuan asing," tukas Alwi.
Dalam hal yang menyangkut kewibawaan dan harga diri pemerintah RI bahkan seluruh
bangsa Indonesia, semestinya Presiden mampu memahami bahaya dan tipu daya dunia
Internasional ini. Walaupun sekedar memberikan meminjamkan pesawat atau kapal
laut, kesemuanya itu tidaklah mungkin merupakan bantuan yang cuma-cuma tanpa
imbalan secuilpun.
Tidak cukupkah hilangnya bumi Loro Sae berkat kelicikan negara-negara pro-disintegrasi
semacam Australia, Portugis, Amerika Serikat lewat Komisi HAM dan PBBnya ?
“Apabila dilaksanakan pengiriman pasukan perdamaian PBB Internasional ke
Maluku, sebaiknya dikoordinasi oleh Australia, seperti halnya di Timor Loro Sae
tahun lalu,” demikian pernyataan Menteri Pertahanan Amerika William Cohen
seusai berbicara dengan Menteri Pertahanan Australia John Moore di Sydney
(17/7/200). Demikianlah makar Internasional terutama negara Kristen Australia
yang menyulitkan warga Muslim Australia menerbitkan majalah/bulletin Islam
secara resmi.
Bahkan, lanjut Alwi, dipersilakan kalau pihak luar negeri ingin memberikan
bantuan kemanusiaan. Alwi mengharapkan minggu depan Maluku bisa dikunjungi para
diplomat untuk menyerahkan bantuan kemanusiaan. "Silakan saja. Semua orang
yang mau berikan bantuan kemanusiaan bisa datang, termasuk para diplomat. Tetapi
penguasa darurat sipil juga harus menjamin keamanan mereka. Karena kalau tidak
ada jaminan keamanan bisa berbahaya," ujar Alwi. Masihkah pemerintah tidak
membuka mata tentang bahaya pengiriman bantuan tersebut, sebagaimana dikirimkan
4 kontainer amunisi dan persenjataan yang diselipkan diantara bantuan
kaleng-kaleng susu.
Kali ini, kaki tangan dunia Kristen Internasional yang hendak menggerogoti NKRI
lewat kaki tangannya semodel Komnas HAM, mulai mencuat ke permukaan. Sekjen
Komnas HAM Asmara Nababan yang tidak punya menjual harga diri bangsanya,
mengusulkan agar pemerintah menjalin kerjasama internasional dengan membentuk peace
keeping mission yang melibatkan negara-negara Perhimpunan Bangsa Asia
Tenggara (Asean), India dan Jepang.
"Misi perdamaian ini sangat mendesak diberlakukan. Pemerintah jangan ngotot
untuk mempertahakan status darurat sipil. Karena pada kenyataannya korban dari
kedua belah pihak terus berjatuhan, " kata Asmara. Pilihan melibatkan
negara-negara Asia ini, menurut Asmara, tujuannya agar jangan terkesan misi
perdamaian ini membawa kepentingan negara-negara barat. Tentu saja pemerintah
dan bangsa Indonesia walaupun dalam keadaan krisis ekonomi tidak begitu saja
tertipu oleh akal bulus penjilat orang asing ini. Bahkan orang bayaran asing ini
mengakui tujuan pemilihan negara Asia ini, tetap saja misi yang dibawa tetap di
bawah payung PBB (Organisasi Konspirasi Kristen Internasional).
Semestinya si Asmara mengetahui keberhasilan pasukan perdamaian TNI/Polri di
Vietnam, Kamboja, Namibia dan negara-negara lainnya, membuktikan bahwa
pemerintah RI-pun mampu menangani permasalahan bangsanya sendiri. Muslimin sudah
mengetahui kebusukan HAM dan konco-konconya yang merupakan tameng yang aman
untuk menyudutkan Muslimin dan Pejabat Muslim seperti Wiranto (Timtim), Prabowo
(Kasus Irian). Sedangkan si Leonardus Benny Murdani (Tanjung Priuk) dan Theo
Syafe’i (Kasus NTT) yang jelas melanggar HAM masih menghirup udara segar tanpa
dicopot dari jabatannya. Inilah tandanya Asmara dan Komnas HAM, atau
organisasi-organisasi bertopeng HAM berikut LSM merupakan kepanjangan tangan
Dunia Kristen Internasional belaka.
"Aparat saat ini sudah tidak memiliki kredibilitas di mata masayarakat
Maluku karena militer selama ini terlibat dalam aksi kerusuhan. Jadi biar
Panglima TNI dan Kapolri berteriak-teriak, masyarakat tetap tidak percaya. Maka
pemerintah harus mengubah kebijakannya. Masyarakat Maluku membutuhkan pihak
ketiga yang netral. Yang menjadi pendapat saya untuk mengatasi krisis
kredibilitas dari aparat sipil-militer Indonesia di Maluku, yang sudah boleh
dikatakan sampai pada titik nadir," demikian dikatakan Asmara. Inilah
tandanya ketimpangan mata Asmara dalam menimbang suatu masalah, Asmara hanya
melihat penderitaan Kristen RMS akhir-akhir ini saja. Sedangkan akar
permasalahan semua konflik ini, Asmara sengaja menutup-nutupi.
“Beberapa hari terakhir telah disuarakan di tingkat Internasional baik itu
oleh kalangan gereja maupun oleh kalangan swasta dari Indonesia, supaya PBB dan
pasukan Internasional segera turun tangan di Maluku, “ kata Asmara sang
penjilat kaki-kaki najis asing. Bahkan organisasi gereja Australia yang berpusat
di Sydney mendesak Dewan Keamanan PBB segera mengirimkan pasukan perdamaian,
dengan alasan pertikaian bernuansa SARA yang sudah berlangsung lebih dua tahun
di kedua wilayah itu masih terus berkecamuk dan tidak ada tanda-tanda perbaikan
(17/7/2000).
Tidak ada aksi kalau tidak ada reaksi, demikian kata para ilmuwan. Aksi Kristen
pemberontak RMS adalah pembersihan Muslimin agar bila dilakukan referendum
rakyat Maluku, pasti akan menang mutlak seperti di Timor-Timur. Maka Reaksi
Muslimin adalah Jihad fi Sabilillah membela Negara dan Bangsanya agar tetap
kokoh menjadi bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Salah satu bukti yang menunjukkan adanya konspirasi dunia Kristen Internasional
lewat aksi RMS, hari Senin 17/7/2000. Pendemo yang mengatasnamakan Mahamuda (Mahasiswa
dan Pemuda Siwalima). Siwalima identik dengan istilah nama Al Mulk atau Maluku.
Di depan Kantor Kedubes Perancis (salah satu negara pendukung RMS), Jl. MH
Thamrin mereka mengancam, jika konflik Maluku tak kunjung selesai, mereka akan
membuat pernyataan politik "Maluku Merdeka." Agaknya hati mereka yang
sekian lama menyembunyikan kerahasiaan RMS kini mulai dimunculkan oleh
mulut-mulut najis Nasrani.
Puluhan massa itu meneriakkan "Indonesia No! Maluku Yes!" Anehnya
mereka membawa bendera Israel (negara pengendali Amerika), negara yang selalu
disebut-sebut di setiap pertempuran dengan yel-yel semacam “Hidup Australia,
Hidup Amerika, Hidup Israel”. Pendemo RMS ini memiliki tuntutan yang sama
seperti Komnas HAM, menuntut intervensi asing di Maluku. Pemuda RMS ini mendesak
agar pasukan perdamaian PBB Pro Kristen diterjunkan di Maluku.
Perwakilan pemuda RMS/Mahamuda, Janet, usai diterima Atase Pertahanan Kedubes
Perancis Colonel Francois B, menyatakan bahwa Kedubes Perancis merasa prihatin
dengan persoalan di Maluku. "Kita akan berusaha menekan Pemerintah RI dan
mengirimkan tim investigasi ke Maluku," kata Janet meneruskan pernyataan
Francois. Menurut pemuda RMS ini , Darurat Sipil bukanlah jawaban untuk
menuntaskan konflik kemanusiaan di Maluku. "Justru memperburuk persoalan,"
kata Janet sembari meminta agar elite di Jakarta tak mengumbar pernyataannya
soal Maluku. Demikian jelas bukti yang dapat dikaitkan akan adanya usaha
pengkaburan mengenai adanya pemberontakan RMS yang lengkap dengan peralatan
tempurnya semisal Media Massa, LSM-LSM, Organisasi HAM, PBB dan dukungan
negara-negara donor RMS.
Padahal, kondisi di wilayah Maluku dan Maluku Utara setelah diberlakukan keadaan
darurat sipil awal Juli lalu berangsur-angsur membaik. Salah seorang Anggota MPR,
Lamakarate, "Kondisi itu tidak bisa dijadikan alasan bagi negara asing,
termasuk PBB, untuk mengintervensi kedaulatan Bangsa Indonesia," ujarnya. Allahu
Musta'an. (Imk)
19 Juli 2000 |
Sniper Beraksi di Kampung Air Mata Cina
Warga Kristen Tolak Razia Senjata
Ambon, MHI
Gerakan Kristen RMS melawan pemerintah semakin hari semakin nyata, dimana mereka
dengan terang-terangan menolak dan melawan aparat yang hendak melakukan razia
senjata yang dipegang warga sipil di daerah mereka. Perlawanan mereka ini
mengindikasikan tidak ada niat mereka untuk mengakhiri pemberontakan terhadap
Pemerintah NKRI dan konflik dengan umat Islam. Padahal semenjak diberlakukannya
Darurat Sipil, pemerintah setempat dan aparat telah menghimbau agar warga
menyerahkan senjatanya. Penolakan ini ditegaskan lagi ketika hari ini, Selasa 18
Juli 2000 dilakukan sweeping senjata api di daerah yang dikuasai Kristen RMS.
Namun himbauan ini tidak digubris oleh mereka, bahkan menjadikannya sebagai
suatu alasan untuk memulai lagi konfrontasi dengan aparat keamanan. Hal itu
terbukti ketika aparat keamanan gabungan yang bertugas di Ambon melakukan razia
senjata di desa Galala, Sabtu (16/7), mereka bukan menyerahkan senjata namun
malah balik menyerang --dengan senjata organik-- aparat yang baru memasuki desa
tersebut. Kontan saja, aparat gabungan segera balik menembak mereka, dan menurut
salah satu aparat dari Yon 141, setelah terjadi baku tembak yang agak lama,
Kristen RMS berhasil didesak selanjutnya dikejar.
Dalam upaya pengejaran itu aparat keamanan berhasil menangkap 4 orang berikut
barang bukti berupa senjata organik. Adanya barang bukti tersebut cukup membuat
kening aparat berkerut, dan memunculkan pertanyaan tentang asal senjata tersebut.
Sebab, senjata-senjata branded tersebut bertuliskan Made in USA, Made in
Netherland dsb, bahkan ada yang senjata standar TNI/Polri.
Selain itu perlawanan terhadap aparat tersebut selalu dan sering terjadi, tidak
hanya terjadi di desa Galala, namun juga di seluruh perkampungan Kristen RMS. Di
Talake, aparat keamanan yang melakukan patroli dan razia senjata di jalan-jalan
ditembaki dari arah perbukitan. Menurut sejumlah aparat, permusuhan dan
penolakan terhadap aparat bukan terjadi saat ini saja, namun sejak awal
terjadinya kerusuhan, dimana mereka menolak penempatan aparat keamanan di
wilayah mereka.
Berlawanan
Kondisi yang dialami aparat keamanan di daerah Kristen RMS, sangat berlawanan
dengan apa yang mereka alami dan terima di pemukiman muslimin ketika hendak
melakukan penertiban senjata. Warga muslimin menerima dengan baik dan menaati
perintah aparat untuk menyerahkan senjata yang ada di tangan mereka. Bahkan
warga beberapa kampung, diantaranya Galunggung, mengkoordinir warga lainnya
untuk mengumpulkan senjata dan diserahkan kepada aparat. Dengan adanya kerja
sama warga yang baik ini, maka aparat hanya membutuhkan waktu 2 hari untuk
menyelesaikan tugasnya dan berhasil mengumpulkan puluhan senjata dalam berbagai
bentuk.
Dengan adanya kenyataan tersebut menunjukkan, penilaian bahwa yang terjadi di
Ambon merupakan pemberontakan yang berdasarkan agama yang dilatarbelakangi RMS
dan mempunyai militansi yang tinggi terhadap Kristen adalah benar adanya. Karena
kalau tidak ada unsur agama tidak mungkin orang-orang Kristen menolak aparat. (Imk,
Hrd)
Medali emas di arena PORDA
Ambon, MHI
Pekan Olah Raga Nasional (PON) yang telah berakhir pada bulan lalu diikuti juga
oleh kontingen Maluku, padahal propinsi tersebut belum reda dari konflik.
Kontingen Maluku banyak didominasi umat Kristen, yang memang sejak dulu
menguasai hampir seluruh aspek kehidupan di propinsi Maluku. Walaupun bermodal
atlet-atlet rakitan, mereka tetap nekad masuk ke Surabaya dan mencoba menipu
seluruh rakyat Indonesia, seakan-akan di Maluku tidak terjadi konflik.
Akhirnya, seperti yang diperkirakan, tidaklah mereka mendapatkan prestasi yang
baik. Mereka mendapatkan medali emas pada cabang olahraga perkelahian saja, dan
itu wajar, karena memang di Ambon masih terjadi pertikaian, sehingga bisanya
hanya berkelahi. Mereka tidak bisa menyaingi prestasi atlet daerah lain,
sehingga mereka membuat “acara” sendiri di Ambon yang dinamakan “PORDA
( Pekan Olah Raga Daerah)” yang pesertanya hanya ada 2 kelompok yaitu
Kelompok Islam dan Kelompok Kristen RMS.
Cabang yang diperlombakan hanya sebatas ketangkasan dan olah fisik semata yaitu
: berenang, lempar molotov, lari maraton, mendayung, menembak dan gulat. Panitia
penyelenggara, orang-orang Kristen RMS, memilih lokasi pertandingan di alam
terbuka agar dapat ditonton oleh suporternya masing-masing. Pertandingan pertama
dilaksanakan tanggal 26 Juni 2000 di Kampung Jawa dan Tantui dengan cabang yang
diperlombakan adalah: menembak, lempar molotov, mendayung, lari dan sebuah
cabang olahraga terbaru dan terkini yaitu menyulut obor abadi.
Perlombaan itu dimulai dengan aksi curang yang dilakukan oleh Kristen RMS dengan
menembak anak perempuan yang sedang mengambil sayur bernama Yasmin (16) di
daerah Galunggung pada pagi harinya. Pertandingan tersebut berlangsung selama 6
hari berturut-turut, siang-malam non-stop. Dari cabang yang diperlombakan,
banyak dimenangkan oleh atlet Muslimin, seperti cabang menembak, lempar molotov,
adapun yang dimenangkan atlet Kristen RMS adalah cabang lari maraton dan
mendayung.
Dalam upaya membalas kekalahan di daerah Tantui, Kristen RMS kembali
menyelenggarakan pertandingan di daerah Talake, lalu karena dianggap kurang luas
lokasinya, kaum muslimin memindahkan pertandingannya di gedung tertutup, yaitu
di Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM). Cabang yang diperlombakan disini
adalah lempar molotov dan menyulut obor abadi, Muslimin kembali menuai
kemenangan dan Kristen RMS kalah telak dan UKIM hangus terbakar. Atlet Muslimin
meraup medali emas pada cabang olahraga lempar molotov dan menyulut obor abadi
ini. Sedangkan atlet Kristen RMS cukup puas meraih dua medali emas yakni lari
estafet dan lari maraton.
Pertandingan tanggal 11 Juli 2000 lebih seru lagi, karena pertandingan
dilanjutkan ke Ahuru dan Karangpanjang. Kali ini Muslimin kembali memenangkan
dan sorak-sorai kemenangan terdengar seru di pihak Muslimin, dan mereka melihat
pemandangan yang menghibur hati yaitu berkobarnya api obor abadi pada
rumah-rumah Kristen RMS sepanjang 7 Km. Dan kali ini kekalahan telak kembali
melanda Kristen RMS, karena lokasi para manager dan official kelompok Kristen
yaitu Unpatti ( Universitas Patimura), yang selama ini dijadikan kaderisasi
Kristen RMS untuk mencetak provokator-provokator yang lihai, terbakar habis.
Adapun para atlet yang berlaga dari Kristen RMS mendominasi cabang olahraga lari
maraton, renang gaya batu serta mendayung dari Rumah Tiga menuju Galala.
Sehingga dari cabang lari, mendayung dan berenang Kristen RMS meraih medali emas.
Satu cabang olahraga lain yang dimenangkan oleh Kristen RMS yaitu panjat tebing,
karena dengan hancurnya tempat tinggal mereka, mencari perlindungan baru dengan
memanjat tebing-tebing untuk sarana perlindungan menuju Passo. Hingga saat ini
Kristen RMS terancam kelaparan karena mahalnya biaya menyelenggarakan
“PORDA” tersebut. (Imk, Ekj)
Pengungsi Kristen Serbu Kapal Dobonsolo
Ambon, MHI
Berdasarkan pengamatan dari menara pelabuhan Yos Sudarso, KM Dobonsolo diserbu
penumpang untuk mengungsi ke luar Ambon. Ribuan pengungsi Kristen dari Gudang
Arang dan Kudamati dengan menaiki kapal-kapal kecil dan speedboat berebut
menaiki KM Dobonsolo yang berhenti di tengah laut, karena tidak lagi berani
sandar di pelabuhan Halong.
Sementara itu dari arah Passo dan Galala, pengungsi Kristen diangkut dengan
kapal milik TNI AL dan beberapa kapal kecil serta speed boat yang bolak-balik
mengangkut penumpang Kristen RMS yang ketakutan. Menurut beberapa sumber, ribuan
pengungsi tersebut berusaha naik KM Dobonsolo dengan harapan dapat keluar dari
Ambon menuju Kupang, Menado, Sorong atau daerah lain yang berpenduduk mayoritas
Kristen.
Dengan demikian sejak meletusnya pertempuran terbuka antara Muslim dan Kristen
RMS di Tantui hingga sekarang, sudah ribuan arus pengungsi yang memanfaatkan
jasa kapal milik PELNI itu. Langkah tersebut ditempuh warga Kristen karena
mereka sekarang mengalami kesulitan di berbagai sektor baik ekonomi, perhubungan
apalagi sisi mentalnya, sehingga mereka mencari tempat alternatif untuk
mendapatkan pelayanan dengan mengungsi ke tempat lain. (Imk, Hrd)
Muslimin Tantang Sniper
Ambon, MHI
Cara sniper Kristen RMS yang sering menembaki warga muslim membuat muslimin
Ambon naik pitam sehingga saat muslimin berusaha menempuh berbagai cara untuk
menghentikan tindakan pengecut sniper-sniper RMS, yang biasanya bersembunyi di
gedung bertingkat atau di pepohonan.
Bahkan muslimin yang selama ini melakukan penjagaan di kawasan Ponegoro
menantang para sniper-sniper untuk turun langsung ke medan pertempuran. Hal itu
karena selama ini bila terjadi pertempuran, sniper Kristen RMS selalu
bersembunyi dan bila pertempuran usai mereka menembaki warga yang sedang bekerja.
Kemarahan Muslimin di Ponegoro semakin memuncak hari Senin (17/7), ketika
tembakan sniper menyebabkan meninggalnya Burhanudin (23), yang ketika itu
melakukan penjagaan di dekat masjid Al Fatah, Ambon. “Sewaktu melakukan kerja
bakti, tiba-tiba terdengar bunyi tembakan yang tidak diketahui asalnya dan
secara bersamaan pula kami melihat Burhanudin roboh bersimbah darah terkena
tembakan itu di bagian kepala”, kata salah seorang saksi mata. Hari itu juga
korban dimakamkan di pemakaman muslim setempat.
Menanggapi kejadian ini, Muslimin meminta aparat Darurat Sipil menyapu bersih
gerombolan bersenjata yan berlabel RMS ini dari Maluku. Kalau memang aparat
Darurat Sipil tidak sanggup, maka Musliminlah yang akan melakukan sweeping di
kawasan Kampung Kolam dan Mangga Dua yang sudah rata dengan tanah. (Imk, Ekj)
Pertikaian Pecah di Batu Gajah
Ambon, MHI
Demikian seringnya mendapatkan teror dalam bentuk tembakan para sniper kristen,
Muslimin yang menempati titik pertahanan di kampung Diponegoro, kelurahan
Urimesing pada hari ini, Selasa (18/7) memberikan aksi balasan dengan cara
menggempur perkampungan Batu Gajah, yang terletak di sebelah timur kampung
Ponegoro.
Serangan sporadis tersebut dilakukan sebagai bukti nyata atas tekad mereka yang
diucapkan mulai hari Senin (17/8) kemarin, yakni akan memberantas dan menyisir
para sniper yang bersembunyi gedung-gedung tinggi di desa tersebut, sekaligus
untuk membumi hanguskan perkampungan Kristen RMS tersebut.
Serangan yang dilancarkan sekitar pukul 15.00 WIT tersebut juga dipicu oleh aksi
pihak Kristen RMS yang pada pagi hingga siang harinya melakukan penembakan dan
lemparan bom. Sehingga, Muslimin yang sudah tidak tahan terhadap tindakan pihak
Kristen RMS itu melakukan aksi balasan besar-besaran terhadap kampung Batu Gajah
yang hanya dipisahkan dengan sungai saja dengan kampung Ponegoro.
Adapun serangan tersebut dilancarkan oleh Muslimin dari 2 arah, yakni arah Utara
(melalui jl. Pisces) dan arah Timur (melewati Jl Halmahera). Bersamaan itu pula,
Muslimin yang berasal dari luar kampung Ponegoro yang jumlahnya mendekati ribuan
mulai berdatangan dan langsung membantu Muslimin menghancurkan Kristen yang
tergabung dalam gerakan sparatis Republik Maluku Sarani (RMS) itu. Sehingga saat
itu kota Ambon diliputi suara tembakan dan dentuman bom rakitan yang dihujamkan
ke arah perkampungan Kristen RMS tadi.
Dengan begitu, sedikit demi sedikit Muslimin berhasil mendesak pasukan Kristen
RMS yang mati-matian berusaha mempertahankan wilayahnya. Dan Menjelang Maghrib,
Muslimin berhasil mendesak pihak Kristen RMS sehingga mereka menyeberang dari Jl.
Diponegoro. Sehingga, Muslimin dengan leluasa dapat menghancurkan rumah, toko
dan gedung warga kristen yang terletak dipinggiran Jl. Diponegoro. Hingga malam
hari rentetan peluru dan dentuman bom masih sahut menyahut di medan pertempuran
itu.
Dan saat itu tinggal memiliki pertahanan berupa gedung-gedung diseberang jl.
Diponegoro, seperti BRI dan gedung-gedung tinggi lainnya. Sehingga bila
pertahanan mereka disini bobol, maka Muslimin akan lebih mudah lagi menghantam
kristen lebih kedalam lagi.
Dalam pertempuran kali ini, di pihak Muslimin setempat terdapat 3 orang yang
meninggal dibaringkan di RS Al Fatah yakni Ibrahim Managaf (19), terkena
tembakan di perut, Abdul Wahab (42), terkena tembakan di bagian pinggang
belakang dan Abdul Hamid (25), terkena tembakan di kepala
Sementara itu yang mengalami luka-luka sebanyak 6 orang, yaitu, Muhammad Sidik
(30), Asri (32), Usman (27), Iswadi Payapo (21) dan Mahmud (20), Abdul Aziz (24)
semuanya Muslimin Maluku. Saat ini semua korban luka tersebut telah dirawat di
Rumah Sakit Darurat Al Fatah. Sedangkan di pihak Kristen RMS, tewas 17 orang dan
puluhan lagi menderita luka parah. Bahkan ratusan lagi meninggalkan kampungnya
untuk mengungsi ke arah Kuda Mati dan Gudang Arang. (Imk, Ekj)
Mobil Tangki Minyak Berjubel Di Galala
Ambon, MHI
Keberhasilan Muslimin menghancurkan kawasan kristen di Poka, Wailela dan Rumah
Tiga pada tanggal 4 Juli yang lalu ternyata memaksa pihak kristen untuk menelan
pil kepahitan dan penderitaan yang beragam. Salah satunya adalah terputusnya
jalur perhubungan mereka antara wilayah Galala dan Passo dengan Gudang Arang.
Akhirnya pada hari ini, Rabu 19 Juli 2000 didapati mobil tangki minyak Kristen
RMS yang kosong tanpa ada kapal tanker memasok keperluannya.
Akibatnya, pasokan bahan-bahan kebutuhan pokok yang berasal dari Gudang Arang
atau berbagai daerah Kristen RMS di wilayah selatan Kota Ambon terhenti.
Terutama kebutuhan vital yang hanya dapat diperoleh hanya dari wilayah selatan,
seperti halnya minyak. Dimana jenis barang ini hanya terdapat di wilayah Selatan
pulau Ambon.
Sehingga, dalam beberapa hari ini sekitar 8 truk tangki minyak berjubel di
dermaga desa Galala, untuk mengharapkan lewatnya kapal milik angkatan laut (AL)
yang melintas di jalur laut yang tertutup bagi umat kristen itu.
Berdasarkan pantauan Liputan Laskar dari tanjung Mujahidin (dulu Marthafons)
pada hari Selasa (18/7), sebanyak 8 truk tangki minyak berjubel di pantai desa
Galala. Dan menurut sejumlah Muslimin yang melakukan penjagaan di tanjung
kemenangan itu, truk-truk tersebut sudah berhari-hari parkir di dermaga, namun
tidak ada kapal yang merapat, apalagi membawa minyak. Menurut informasi dari
sumber yang dapat dipercaya, saat ini diperkampungan kristen di wilayah utara,
antar lain Galala, Lateri, Lata dan Passo sedang mengalami krisis minyak, baik
bensin maupun minyak tanah. Semua itu disebabkan tidak adanya pasokan dari
daerah lainnya.
“Itu hanya satu jenis krisis saja, sebab selain terjadi kelangkaan minyak,
daerah tersebut juga mengalami kesulitan dalam memperoleh sumber makanan pokok,
sehingga banyak yang mengalami kelaparan dan akhirnya mengungsi ke luar
Ambon,dengan menumpang kapal Dobonsolo,” kata sejumlah warga. (Imk)
20 Juli 2000 |
Oknum Yon 509 Kena Batunya
Ambon, MHI (20/7).
Niat Muslimin Ambon untuk mengadakan perhitungan terhadap pelaku penganiayaan 11
muslimin kampung Ponegoro, pada hari Jum’at yang lalu benar-benar tercapai.
Dimana pada hari Selasa (17/7) malam, 2 diantara 7 oknum Yon 509 Jember pro RMS
Kristen, pelaku penganiayaan dibunuh oleh massa. Sedangkan yang lainnya tunggang-
langgang melarikan diri dengan membawa luka di sekujur tubuhnya.
Menurut pengamatan MHI, massa yang bergerak tanpa diketahui asalnya tersebut
sepertinya telah menyusun rencana matang sebelumnya, yakni melalui kegiatan
pengintaian terhadap 7 oknum aparat dari kesatuan 509 Jember, Jawa Timur.
Keberadaan 7 oknum ini mudah dipantau, karena mereka melakukan penjagaan rutin
di Pos Jaga Talake, Nusaniwe, Kota Ambon. Akhirnya, penyergapan tersebut
dilakukan yang mengakibatkan 7 orang yang semuanya beragama Kristen pro RMS
tersebut berhasil dikurung. Tanpa diberi kesempatan, ke 7 orang oknum aparat itu
dibuat babak belur oleh massa yang berjumlah sekitar 15 orang.
Massa yang berhasil menangkapnya, berhasil menghajar mereka hingga babak belur,
namun 5 oknum lainnya berhasil melarikan diri sedangkan 2 orang lainnya berhasil
dibunuh dengan cara dipenggal kepalanya beramai-ramai oleh masa. Dan yang
berhasil dibunuh saat itu ternyata merupakan oknum yang bertindak paling sadis
kepada 11 Muslimin Ponegoro yang disekap, yakni Hendrik yang berasal dari Toraja,
Sulawesi Selatan dan salah seorang lagi yang bernama Papilaya, yang berasal dari
Porto, Saparua, Maluku Tengah.
Sementara itu, menurut sumber terpercaya dari aparat keamanan, 5 orang yang
melarikan diri tersebut sudah tidak berani kembali lagi ke kesatuannya (Yon
509). Bahkan malah desersi dari kesatuannya karena bergabung pasukan Kristen
RMS.
Menurut sejumlah saksi mata yang berkomunikasi langsung dengan massa tersebut,
langkah yang ditempuhnya saat ini merupakan suatu bentuk peringatan terhadap
aparat 509 yang dipimpin Dan Yon Kristen pro RMS. Aparat Batalyon 509 ini telah
banyak merugikan umat Islam karena tindakannya yang selalu memihak kepada
orang-orang Kristen Ambon yang telah nyata-nyata menyatakan dirinya melakukan
gerakan separatis RMS. Demikian seperti dilaporkan oleh tim MHI via internet
pukul 13.00 hari Kamis, 20 Juli 2000 (Zhr)
Solusi Untuk Menghentikan Pertikaian
Ambon, MHI (20/7).
Dalam upaya menghentikan peperangan di kota Ambon yang sudah berlangsung selama
1,5 tahun ini maka dibutuhkan 2 jalan yang harus ditempuh oleh semua kelompok.
Hal tersebut diungkapkan Ketua sekolah tinggi agama Islam negeri (STAIN) Ambon,
Dr. Idris Latuconsina kepada Liputan MHI di kediamannya, Rabu (19/7).
Menurutnya, 2 langkah yang seharusnya ditempuh oleh semua pihak tersebut memang
sangat berlawanan antar satu dengan yang lainnya, dimana jalan yang dimaksud
adalah jalan perdamaian dan perang puputan (habis-habisan).
Perdamaian yang dimaksud adalah, pihak Kristen RMS harus menyatakan dirinya
bersalah dan harus meminta maaf atas kesalahan yang mereka lakukan terhadap umat
Islam. Hal ini harus dilakukan karena pihak Kristen RMS-lah yang memulai dan
mengobarkan api permusuhan dan peperangan melalui tindakan penyerangan terhadap
kaum muslimin yang merayakan hari raya Idul Fitri, 19 Januari 1999 yang lalu.
Dimana hal ini dilakukan untuk mendapatkan pengakuan Internasional telah
memiliki wilayah untuk RMS-nya.
Apabila jalan damai tersebut tidak ditempuh oleh pihak Kristen RMS, maka hanya
peperanganlah untuk menyelesaikan pertikaian. Dalam arti, peperangan tersebut
dilakukan hingga pihak Kristen RMS mengaku kalah dan menyatakan menyerah atau
keluar dari Ambon.
Dan untuk dapat mencapai jalan yang kedua ini, maka diperlukan pengorbanan waktu,
harta dan nyawa yang banyak. Tetapi kalau berhasil diwujudkan, maka generasi
mendatang sudah tidak akan terancam lagi adanya pertikaian di bumi Ambon. Sebab,
gerakan separatis RMS musnah dan akan menjadi sejarah kembali, sebagaimana
pemberontakan RMS Dr. Soumokil pada tahun 1950 yang lalu.
Sementara itu, tokoh umat Islam Maluku, Brigjen (Pur) Rustam Kastor ketika MHI
dikonfirmasi tentang solusi mengakhiri konflik di Ambon dengan tegas juga
menyatakan perdamaian di bumi Ambon akan tercipta apabila pasukan Kristen RMS
sudah hancur.Setelah itu, memberikan permintaan maaf dan berjanji untuk tidak
mengulangi tindakannya di masa mendatang dan diberikan hukuman yang setimpal.
Sebab, sejak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), seluruh
kerusuhan, pertikaian dan tindakan pemberontakan dilakukan oleh pihak Kristen
RMS melalui gerakan separatis RMS yang saat ini masih eksis. Sehingga apabila
ingin menghentikan peperangan dan menciptakan perdamaian, Kristen RMS harus
dilenyapkan.
Tentang permintaan maaf pihak Kristen sebagai solusi penyelesaian damai, Rustam
Kastor menyatakan hal itu belum mencukupi dan menjamin terjadinya perdamaian di
bumi Ambon, dalam jangka waktu dekat maupun panjang. “Perdamaian
harus diikuti dengan ditangkap dan diprosesnya tokoh-tokoh Kristen RMS dan
provokator yang menggerakkan orang Kristen RMS membantai umat Islam, apa artinya
damai kalau tokoh-tokohnya tidak di hukum, apalagi pelakunya sudah jelas,”
katanya.
Sedangkan Panglima Laskar Jihad Ahlussunnah Wal Jama’ah, Ustadz Ja’far Umar
Thalib, menyatakan untuk mencapai perdamaian yang abadi maka umat Islam harus
mengusir pihak Kristen RMS dari bumi Siwalima (Maluku, red). Sebab Kristen RMS
inilah yang telah nyata-nyata mengobarkan peperangan agama, dengan cara
membantai umat Islam diawal-awal kerusuhan. Hal tersebut juga ditegaskan
panglima perang Ambon, Ustadz Ali Fauzy, dimana saat ini Muslimin akan selalu
melancarkan serangan terhadap sarang-sarang Kristen RMS di bumi Al Mulk
(Maluku).
Alhamdulillah, Muslimin Ambon selalu menuai kemenangan di setiap medan
pertempuran sehingga sudah banyak daerah jajahan Kristen RMS yang berhasil
dikuasai oleh Muslimin. Bahkan saat ini pihak Kristen RMS menderita kekurangan
di berbagai sektor kehidupan, mulai dari kelangkaan makanan hingga terputusnya
sarana perhubungan.
Dengan demikian, maka langkah untuk mencapai perdamaian abadi tinggal menunggu
sesaat lagi, dan hal itu terserah pihak Kristen RMS, berperang secara puputan
(habis-habisan) atau berdamai dengan persyaratan, yakni meminta maaf dan mencium
telapak kaki kaum muslimin serta diadilinya pendeta-pendeta, tokoh-tokoh,
pejabat dan aparat Kristen pro RMS yang pertama-tama mengobarkan peperangan dan
permusuhan. Jikalau dipilih solusi kedua yakni perang, maka umat Islam akan
lebih senang, karena selain mendapatkan kemenangan di dunia juga meraih
kebahagiaan di Akhirat dengan syahid di medan pertempuran. (Zhr)
Pohon Pule dan Air Mata Cina ditundukkan
Ambon, MHI (20/7)
Dua markas Kristen RMS yang selama ini menjadi pengganggu utama jalur masuk ke
kampung Ponegoro, yakni kampung Pohon Pule dan Air Mata Cina, kelurahan
Urimessing, Kec. Nusaniwe, Kodya Ambon. Sehingga saat ini, kedua kampung yang
dipakai markas RMS Kristen ini telah bersih. Maka, jalur darat yang menuju ke
kampung Ponegoro telah terbuka.
Serangan Muslimin yang berhasil menghancurkan dan meratakan 2 kampung tersebut
ketika melancarkan serangan dari hari Selasa (18/7) hingga Rabu (19/7) dini
hari. Akhirnya, pasukan RMS Kristen yang selama ini selalu mengganggu warga
Ponegoro dalam bentuk teror tembakan saat warga keluar masuk kampung dapat
dikalahkan.
Dampak positif lainnya, yakni jalur masuk yang melalui Suabaly saat ini semakin
aman. Ummat Islam yang menuju ‘ke dan dari’ Ponegoro juga dapat menggunakan
jalur baru yakni, melalui Jalan Baru dan Pohon Pule.
Penjagaan
Sebagai kelanjutan atas kemenangan yang berhasil diraih sehari sebelumnya, maka
hari ini Rabu (19/7), Muslimin melakukan penjagaan di daerah yang direbutnya
itu, terutama disekitar markas Kodam XVI/Pattimura, yang berada disebelah Timur
kampung Ponegoro. Dimana markas yang berisikan gudang persenjataan TNI tersebut
saat ini menjadi incaran pihak Kristen RMS.
Sementara itu, di wilayah utara masjid Al Fatah, Muslimin sedikit bernapas lega
karena, gedung-gedung tinggi yang selama ini menjadi tempat persembunyian sniper
(penembak gelap) telah disisir oleh aparat keamanan. Bahkan, saat ini semua
gedung tinggi seperti BRI, BII dan PLN yang terletak di Jl. Diponegoro telah
diisi oleh aparat keamanan.
Walaupun begitu, sepanjang hari di wilayah sekitar kampung Ponegoro, sesekali
masih terdengar tembakan. Hal itu dilakukan untuk menghadang dan mengusir para
sniper Kristen RMS yang masih bersembunyi sekitar Kodam dan bangunan tinggi
lainya di kampung Batu Gajah.
Penjagaan oleh Muslimin ini dilakukan setelah salah satu warga kampung Ponegoro,
Muhammad Jafar Polpoke (27), tewas terkena tembakan sniper kristen pada siang
hari (20/7). Sebelumnya, Ibnu (30), Muslimin setempat menderita luka tembak yang
dimuntahkan dari moncong sniper. Dan saat ini korban dirawat di Rumah Sakit
Darurat Al Fatah, sementara dari hasil bidikan Muslimin sebanyak 2 sniper
Kristen RMS tewas. (Zhr, Alw)
21 Juli 2000 |