untuk informasi
YAYASAN ISLAM RIYADHUL JANNAH
15
September
2000
|
RMS Putar
Balikkan Fakta Di Depan Presiden
Ambon, MHI (15/09/2000)
Cap pembohong yang disandang umat kristen selama terjadinya kerusuhan
di bumi Ambon yang dinampakkan diberbagai forum resmi maupun tindakan provokasi
terhadap warga Ambon, pada akhir-akhir ini kembali ditampilkan kembali oleh
tokoh-tokoh mereka, bahkan ucapan kebohongan dan tipu daya tersebut dikemukakan
di hadapan presiden Abdurrahman Wahid.
Kebohongan pihak kristen tersebut, diungkapkan 13 tokohnya selaku delegasi
kristen, ketika menghadap presiden Abdurrahman Wahid, Sabtu (02/09/2000) yang
lalu, dalam rangka memenuhi panggilan presiden yang meminta keterangan secara
langsung seputar pertikaian Maluku. Pada hari yang sama pula, delegasi umat
sebanyak 13 perwakilan Islam juga diterima oleh presiden dalam waktu yang
berbeda.
Rupanya delegasi kristen yang dipimpin langsung oleh ketua Sinode Gereja
Protestan Maluku (GPM) yang juga ketua Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI)
Wilayah Maluku, Pdt. Sammy P. Titaley, STh dan Uskup Diosis Amboina, Mgr. P.C.
Mandagi, MSC tersebut memanfaatkan kelemahan presiden yang tidak dapat melihat
dan mendengar dengan baik.
Tokoh-tokoh RMS yang memberikan keterangan tersebut hanya menyodorkan
pokok-pokok pikiran dalam rangka proses penghentian pertikaian Maluku. Dalam
memberikan keterangannya tersebut, semuanya merupakan kabar bohong dan tipu daya
yang sangat jauh dari kenyataan.
Dari pokok-pokok pikiran pihak kristen yang berhasil liputan MHI peroleh
naskahnya, pada hari kemarin, Selasa (13/09/2000) menunjukkan bahwa RMS
merupakan gerakan separatis yang sudah tidak mempercayai lagi terhadap
pemerintahan Indonesia dan segala komponennya.
Secara jelas disebutkan bahwa pihak Kristen dengan tegas menyatakan tindakan
makarnya, yakni mengutarakan ketidaksenangannya terhadap kehadiran TNI dalam
menangani pertikaian di Ambon. Bahkan RMS memaksa Presiden Dur untuk menarik
semua pasukan TNI /Polri yang diBKOkan di Ambon, selanjutnya diganti oleh
pasukan DK PBB.
RMS Kristen secara tegas pula meminta kepada Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)
agar secepatnya mendatangkan pasukannya di Ambon untuk melakukan intervensi
dalam menyelesaikan semua bentuk pertikaian antara Muslim dan Kristen yang
berkepanjangan.
Tindakan ini tidak mungkin dilakukan oleh warga yang setia pada NKRI, sebab
permasalahan yang terjadi adalah masalah nasional, jika RMS meminta intervensi
PBB, berarti konflik di Ambon merupakan pertikaian terbuka antara seluruh negara
Muslim dengan Kristen, bukan masalah satu negara saja.
Ini semua membuktikan kalau kristen Ambon tidak lagi percaya dan mengakui
keberadaan bangsa Indonesia. Dan semua itu memang benar adanya karena saat ini
kristen Ambon mengakui kalau dirinya bukan bangsa Indonesia, tetapi bangsa
Maluku Kristen.
RMS Bohong Besar
Pemberian keterangan pada Presiden dan berbagai kalangan tersebut
membuktikan bahwa pihak Milis Merah telah berkali-kali melakukan kebohongan
besar, demi mendapatkan simpati sepihak dari presiden yang selalu memusuhi umat
Islam dalam berbagai komentarnya tersebut.
Dalam setiap kesempatan, Milisi militan Kristen selalu memutarbalikkan
kronologis terjadinya pertikaian, serta selalu menyatakan bahwa pemicu kerusuhan
di Ambon adalah umat Islam. Sebagai contoh kedustaannya mengenai pertikaian
kecil di terminal Batu Merah antara Nursalim dan Joppie Lauheri. Padahal, semua
warga Ambon (walaupun Kristen) mengerti dan mengakui, kalau yang memulai
pertikaian adalah pihak kristen yang melakukan penyerangan terhadap warga muslim
yang saat itu merayakan Idul Fitri, 19 Januari 1999.
Delegasi Muslim
Dilain pihak, musliminpun berupaya menemui Presiden Dur pada pukul 19.00 WIB
yang terdiri dari 13 orang yang dipimpin, Drs. Thamrin Elly, SH dengan maksud
yang sama, yakni menyampaikan pokok-pokok pikiran dan solusi penghentian konflik
di Ambon.
Pada kesempatan tersebut, perwakilam umat Islam itu meminta dan mendesak kepada
Presiden Dur menangkap dan mengadili tokoh-tokoh Kristen RMS yang terlibat pada
kerusuhan pertama, sebab merekalah yang menjadi provokator dan penggerak massa
saat meletusnya kerusuhan pertama, yang terkenal dengan Idul Fitri Berdarah.
Selain itu para delegasi umat Islam itu menyampaikan kepada Presiden Dur akan
tekad umat Islam di Ambon yang mendukung keberadaan TNI/Polri di Ambon dan
menolak secara tegas rencana dan desakan pihak Kristen yang menginginkan
kehadiran pasukan PBB di kota Ambon. Sebab kehadiran pasukan asing akan
menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mengkesampingkan
kedaulatan negara atas wilayahnya sendiri. (Zhr)
Muslim Tulehu Hadang Tim Investigasi Kristen Di Waai
Ambon, MHI (15/09/2000)
Umat Islam di desa Tulehu, pada hari Selasa (12/09/2000),
sekitar pukul 14.00 WIT, dibuat geram. Pasalnya, sebanyak 5 mobil yang berisi 29
warga kristen memasuki desa Waai yang sudah hancur dengan kedok mengantar
lembaga swadaya masyarakat (LSM) dari Belanda untuk melakukan investigasi dan
pengambilan data di bekas desa kristen tersebut.
Melihat kejadian itu, maka ratusan muslimin Tulehu dan Hurnala yang telah
mendapati bekas-bekas pembantaian ummat Islam di Abad 18 yang lalu di desa Wai,
kecamatan Salahutu, Kodya Ambon tersebut segera menghadang jalan. Kaum Muslimin
yang terdiri dari bapak-bapak, Ibu-Ibu dan para pemuda serta anak-anak bersama-sama
menghadang rombongan antek-antek penjajah Kristen yang hendak kembali ke Ambon
tersebut.
Setelah umat Islam berhasil menghentikan rombongan mobil kristen di perbatasan
desa Hurnala, kemarahan warga semakin memuncak, karena ternyata diantara 5 mobil
tersebut terdapat 19 orang penumpang warga desa Waai yang dikawal oleh sekitar
10 aparat keamanan.
Maka secara spontan warga muslim tersebut merengsek maju, menghadang dan
menerjang barisan aparat yang melindungi rombongan kristen, yang ternyata
dipimpin langsung oleh backing RMS selama ini, Staf Ahli Penerangan Darurat
Sipil, Mayor Marthen Luther Djari. Pasukan gabungan tersebut berada dibawah
komando langsung Dansektor A murtad, Kolonel Siswanto.
Melihat gerakan masa muslim yang serempak dan bersatu tersebut, maka sebanyak 3
penumpang ke luar dari mobil dan berlari mendekati pos aparat di samping
jembatan Hurnala. Sedangkan, yang lainnya tetap di atas mobil, dan kembali masuk
di reruntuhan desa Waai, sambil dikawal ketat aparat.
Ketiga penumpang yang lari tersebut berhasil ditangkap massa, satu orang
diantaranya bernama Bernadus Talaperu (40) yang selanjutnya dihajar hingga tewas
di tempat itu juga. Sedangkan yang dua orang lainnya berhasil diamankan aparat
di wilayah desa Waai.
Demi melihat mangsanya lolos, maka massa memblokir jalan keluar dari desa Waai.
Kondisi pasukan gabungan yang semakin tidak menguntungkan tersebut diatasi
dengan meminta bantuan ke induk pasukan di Ambon.
Sehingga sekitar pukul 16.50 WIT, sebanyak 8 truk Mercedes penuh pasukan, 3
panser dan sebuah mobil Taft, datang ke lokasi kejadian untuk mengevakuasi
rombongan Kristen RMS tersebut. Diperkirakan saat itu jumlah pasukan yang
diturunkan hampir setengah Batalyon, atau sekitar 300 orang. Menurut informasi
HT yang berhasil disadap, terdengar instruksi dari Siswanto untuk menembak di
tempat seluruh umat Islam, untung saja warga tidak terpancing dengan provokasi
Marthen di lapangan.
Tidak Resmi
Walaupun rombongan yang dipimpin oleh Marthen tersebut menggunakan
mobil berplat merah, namun sifatnya tidak resmi, tetapi hanya bersifat pribadi
orang-orang kristen saja. Demi menyukseskan misi pribadinya tersebut, pasukan
Milisi tersebut sengaja mengelabui warga dan seluruh aparat dengan menggunakan
mobil dinas milik Dinas Pekerjaan Umum (DPU) dan kantor Gubernur.
Unsur Muspika Salahutu, baik Camat, Kapolsek maupun Danramil, kepada liputan MHI
menyatakan bahwa pihaknya tidak pernah mendapatkan pemberitahuan akan rencana
investigasi tersebut, apalagi mengikutsertakan LSM asing. "Sama sekali kami
tidak pernah mendapatkan pemberitahuan maupun permintaan izin," kata para
pejabat setempat.
Hal serupa juga dinyatakan oleh aparat dari kesatuan 521 dan 407 yang saat itu
mengadakan penjagaan di perbatasan desa Waai dan Hurnala maupun seluruh
kecamatan Salahutu, bahwasanya aparat setempat tidak pernah mendapatkan
pemberitahuan sebelumnya, sehingga ketika terjadi aksi massa aparat tidak dapat
berbuat banyak.
Menanggapi kejadian tersebut, sejumlah tokoh muslim dai Salahutu maupun di kota
Ambon menyatakan kalau semua tindakan dan langkah dari pihak RMS Kristen
tersebut merupakan suatu upaya investigasi pribadi yang menggunakan sarana
pemerintah sebagai kedoknya. (Zhr)
16
September
2000
|
Gubernur Minta Bantuan Panglima Laskar
Jihad
Ambon, MHI (16/09/2000)
Demi mengupayakan penyelesaian berbagai bentuk konflik dan menciptakan kondisi
yang aman dan damai di kota Ambon yang dilanda kerusuhan sejak 20 bulan yang
lalu, maka Penguasa Darurat Sipil dan Gubernur Maluku, Dr. Saleh Latuconsina
meminta bantuan kepada Panglima Laskar Jihad Ahlussunnah Wal Jama'ah, Ustadz
Ja'far Umar Thalib.
Keinginan Gubernur tersebut disampaikan kepada ustadz Ja'far Umar Thalib pada
acara silaturahmi yang dihadiri pula oleh Kapolda Maluku Brigadir Jendral (Polisi)
Firman Gani, di kediaman Kapolres Kodya Ambon, kemarin Kamis (14/09/2000).
Dalam pertemuan dan silaturahmi dengan Panglima Laskar Jihad yang pertama kali
dilaksanakan penguasa Darurat Sipil tersebut, selain meminta bantuan kepada
Panglima Laskar Jihad, Gubernur juga meminta untuk dapat menjalin komunikasi
dan kerja sama yang baik antara Laskar Jihad dengan penguasa Darurat Sipil.
Dalam upaya mewujudkan hal itu, Gubernur menyatakan bahwa saat ini umat Islam
telah mempunyai kantor Sekretariat Bersama (Sekber) yang diharapkan dapat
menjadi sarana komunikasi antara umat Islam di kota Ambon dalam memecahkan
segala persoalan yang dihadapi, khususnya saat terjadi kerusuhan seperti saat
ini.
Dalam kesempatan tersebut, ustadz Ja'far Umar Thalib kembali menegaskan kepada
Gubernur dan Kapolda bahwa kehadiran Laskar Jihad yang dipimpinnya di Ambon
bertujuan menyelamatkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang saat ini
tercabik-cabik, dimana kewibawaan pemerintah sekarang ini tidak ada sama
sekali. Terlebih dengan sikap pongah Dewan Keamanan PBB yang diprovokasi oleh
milisi RMS yang hendak mengintevensi propinsi Seribu Pulau.
Selain itu, ustadz Ja'far juga menyatakan bahwa kehadiran Laskar Jihad di
Ambon ini sebagai reaksi atas terakumulasinya penderitaan umat Islam yang
selama kerusuhan tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah pusat.
"Sejak 2 tahun yang lalu umat Islam di Jawa resah atas kejadian di Maluku
dan Maluku Utara, disaat umat Islam dilecehkan dan diserang oleh RMS.
Berdasarkan hasil investigasi dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, maupun
organisasi massa Islam lainnya, didapat kenyataan bahwa selama terjadi
kerusuhan umat Islam tidak mendapat perlindungan yang layak", kata ustadz
Ja'far.
Sebenarnya, sebelum memutuskan untuk datang ke Ambon, Forum Komunikasi Ahlu
Sunnah wal Jamaah telah mengirimkan surat terhadap Presiden, yang isinya
meminta agar presiden memperhatikan dan melindungi umat Islam Ambon yang
dibantai milisi RMS Kristen.
"Namun semua himbauan tersebut tidak mendapatkan respek dan perhatian
dari Presiden Abdurrahman Wahid, bahkan terkesan presiden menempatkan umat
Islam sebagai warga negara kelas kambing dibawah umat Kristen, sehingga semua
tuntutan umat Islam dikesampingkan. Bahkan Presiden balik menuduh ummat
Islamlah sumber penyebab pertikaian tersebut", tegas ustadz Ja'far.
Kenyataan tersebut menambah keresahan umat Islam, apa lagi setelah presiden
Abdurrahman Wahid sudah menyerah dan menyatakan kalau kasus Maluku harus
diselesaikan orang Maluku sendiri.
Maka diambillah langkah-langkah untuk menjawab keresahan itu, umat Islam yang
dikoordinir oleh Forum Komunikasi Ahlussunnah Wal Jama'ah (FKAWJ), dengan
Laskar Jihad sebagai satgasnya memutuskan segera datang ke Ambon guna membantu
kehidupan masyarakat Muslim di Maluku. Faktor lain yang menjadi dasar
keberangkatan Laskar Jihad ke Ambon adalah untuk menjaga keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang saat ini terancam perpecahan.
"Kondisi yang terjadi di Ambon saat ini persis seperti yang di alami di
Timor-Timur, yang dimulai dengan aksi teror, pengusiran dan pembunuhan, dan
akhirnya diteruskan dengan permintaan referendum dan intervensi PBB",
ungkap Panglima Laskar Jihad.
Sebagai bagian umat Islam di Indonesia dan Maluku pada khususnya, maka Laskar
Jihad datang ke Ambon dengan tujuan agar umat Islam di Ambon jangan sampai
menyerah dan mengungsi, sebab bila umat Islam mengungsi maka akan membuka
jalan bagi gerombolan laten PKI dan RMS di Maluku. (Zhr)
17
September
2000
|
Massa Habisi Tokoh RMS
Ambon, MHI (17/09/2000)
Niat warga Ambon untuk membuat perhitungan dengan tokoh-tokoh gerakan
separatis Republik Maluku Sarani (RMS) kemarin Jum'at (15/9), kembali menuai
hasil. Massa Ambon berhasil membunuh Eliya Noiya (55), yang selama ini dikenal
sebagai tokoh RMS yang juga penggerak massa Kristen di desa Halong Atas, kec.
Sirimau, Kodya Ambon.
Keberhasilan kali ini diperoleh setelah sebanyak puluhan massa mengadakan
pengintaian di perbatasan wilayah dusun Ulima, Batumerah (komplek STAIN),
dengan desa Halong Atas sejak pagi hari.
Sekitar pukul 08.00 WIT, salah seorang warga melihat seseorang yang berjalan
mengendap-endap dibawah pohon sagu di wilayah Air Bak, Halong Atas. Setelah
beberapa lama diamat-amati ternyata orang tersebut adalah Eliya Noiya.
Menurut salah satu warga, Eliya adalah tokoh RMS yang disegani di desa Halong.
Selain itu dia juga merupakan tokoh penggerak massa Kristen dari kalangan
mahasiswa Unpatti untuk menyerang STAIN.
Begitu mendapat kesempatan, massa langsung menyergap tokoh RMS di Halong itu
tanpa mendapat banyak perlawanan dari Noiya. Setelah itu, tokoh Kristen RMS
itu ditawan dan diinterograsi.
Massa langsung menginterogasi tokoh RMS tersebut, bahkan Eliya mengakui bahwa
dirinya selama ini memang pentolan RMS, yang menjadi penggerak massa Kristen
dalam melakukan penyerangan terhadap komplek STAIN beberapa kali, pada saat
awal meletusnya kerusuhan di Ambon.
"Orang inilah yang menjadi pemimpin massa Kristen RMS saat melakukan
penyerangan di komplek kampus STAIN", ungkap seorang warga Muslim, yang
saat ini mengungsi sekaligus menjadi Mujahidin di posko STAIN.
Setelah mendapatkan data yang lengkap dari mulut Noiya, massa langsung
menghabisinya, sebab saat itu yang keluar dari mulutnya bukanlah permintaan
maaf dan pernyataan tobat, melainkan umpatan dan makian terhadap umat Islam. (Zhr)
Laskar Jihad Tingkatkan
Optimisme Muslim Maluku
Ambon, MHI (17/09/2000)
Panglima Laskar Jihad Ahlussunnah Wal Jama'ah, Ustadz Ja'far
Umar Thalib menyatakan misi kedatangan Laskar Jihad ke bumi Ambon adalah untuk
menumbuhkan semangat optimisme di kalangan muslimin Ambon secara keseluruhan.
Hal tersebut diungkapkan ustadz Ja'far kepada sejumlah wartawan dari media
cetak dan elektronik, seusai acara silaturahmi antara Panglima Laskar Jihad
dengan Gubernur yang dihadiri pula oleh Kapolda Maluku, Brigjen Firman Gani
dan ketua MUI Maluku, R.R. Hassannusi, di kediaman Kapolres Kodya Ambon, Kamis
(14/9).
Menurut ustadz Ja'far, usaha menumbuhkan semangat di kalangan umat Islam
diperlukan guna meredam jangan sampai warga muslim punya pikiran untuk
mengungsi keluar dari Ambon.
"Kalau umat Islam punya pikiran untuk tetap mengungsi, maka seluruh
Maluku terancam terpisahkan dari negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI)",
tegas ustadz Ja'far.
Menurut ustadz Ja'far, bila umat Islam banyak yang mengungsi, maka tujuan
pihak Kristen untuk meneror dan mengusir umat Islam dari Ambon akan tercapai,
selanjutnya pihak Kristen Ambon akan meminta referendum dan mendatangkan
pasukan PBB ke Ambon.
Laskar Jihad
Sementara itu, dalam menanggapi komentar tokoh-tokoh Kristen di Ambon
yang memojokkan umat Islam, ustadz Ja'far menyatakan bahwa para tokoh Kristen
yang selalu memojokkan Laskar Jihad adalah hanya orang-orang yang bernafsu
untuk membuat kekacauan dan melancarkan program gerakan separatis.
"Tokoh-tokoh Kristen itu tahu, bahwa kehadiran Laskar Jihad di Ambon
adalah untuk membela umat Islam dan memelihara keselamatan NKRI dari kaum
separatis, sehingga mereka selalu memojokkan keberadaan Laskar Jihad",
tegas ustadz Ja'far. (Zhr)
18
September
2000
|
Muslimin Lancarkan Serangan Balasan,
Ratusan RMS Kristen Rutung Mengungsi
Ambon, MHI (18/09/2000)
Tekad massa yang hendak membalas perlakuan RMS Kristen dari desa Rutung, kec.
Sirimau, Kodya Ambon, Kamis atas warga Ulima akhirnya kemarin (14/09/2000)
dapat terlaksana.
Serangan balik kali ini dilakukan oleh puluhan massa yang bergerak menjelang
subuh menuju perbatasan desa Rutung. Saat memasuki perbatasan wilayah desa
Rutung, massa melihat 3 orang pasukan merah yang berjaga-jaga di perbatasan
desa.
Massa melihat adanya peluang untuk melakukan penyerangan balik, maka langsung
terjadi pertikaian kecil dengan kekalahan dipihak RMS. Demi mendengar
permintaan tolong para penjaga tapal batas desa tersebut, maka saat itu pula
Kristen Rutung mulai panik, dan akhirnya berbondong-bondong pergi ke pantai
untuk menaiki kapal yang akan membawa mereka pergi ke tempat pengungsian.
Dari atas ketinggian tanah, liputan MHI dapat menyaksikan dengan teropong,
ratusan orang berebut naik kapal. Tidak berapa lama kemudian, sebanyak 3 kapal
yang bermuatan penuh mulai meninggalkan desa Rutung untuk mengungsi ke desa
Passo.
Seperti diberitakan sebelumnya, 3 warga dusun Ulima, yakni La Ini, Djufri dan
Mija disergap perusuh Kristen saat mereka sedang memetik ubi di kebunnya. Saat
penyergapan terjadi, Djufri dan Majo berhasil meloloskan diri, sementara La
Ini ditawan pihak Kristen.
Dalam proses penawanan tersebut La Ini dihajar bertubi-tubi, dan akhirnya
ditendang hingga masuk jurang. Setelah masuk jurang itulah akhirnya dia
selamat. Perlakuan inilah yang memicu massa tersebut menyelesaikan urusannya
dengan pertempuran yang lebih kesatria melawan RMS desa Rutung tersebut. Tiada
henti-hentinya kelompok RMS Kristen menebarkan kekacauan di bumi Maluku hingga
detik ini. (Zhr)
19
September
2000
|
Kembalinya Desa Waai Salam,
Warga Salahutu Sepakat Bangun Desa Waai
Ambon, MHI (20/09/2000)
Semenjak penjajah kolonial Eropa merambah Nusantara pada awal abad XVI, maka
desa-desa muslim yang naas di seluruh penjuru Nusantara dimurtadkan oleh para
penjajah Portugis, Spanyol dan Belanda secara silih-berganti hingga menjadi
desa Kristen. Termasuk desa Waai, kecamatan Salahutu yang berada di kepulauan
Ambon. Alhamdulillah, semenjak muslim meraih kemenangan maka sejak tanggal 31
Agustus yang lalu desa Wai resmi menjadi desa Waai Salam.
Ummat Islam berhasil merebut desa yang dikuasai oleh pihak Kolonial Kristen
sejak tahun 1670 setelah berlangsungnya pertempuran antara ummat Islam dan
pihak Kristen RMS, yang dimenangkan oleh kaum muslimin.
Kembalinya desa Waai ke pangkuan umat Islam diiringi dengan desakan warga
Salahutu atas pihak Muspika Salahutu, yakni Camat, Kapolsek dan Danramil untuk
segera membangun kembali desa Waai Salam sehingga dapat dimanfaatkan kembali
oleh kaum muslimin, khususnya para pengungsi yang saat ini berada di berbagai
tempat pengungsian.
Menanggapi desakan dari masyarakat, maka pada hari Jum'at (15/09/2000), Camat
Salahutu mengadakan pertemuan dengan para raja di kecamatan tersebut yaitu,
Raja Liang, Tulehu, Tial dan Tengah-Tengah, guna membicarakan pembangunan
kembali desa Waai. Pertemuan tersebut berlangsung di rumah salah satu warga
Liang, kecamatan Salahutu, Kodya Ambon.
Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh Panglima Laskar Jihad Ahlussunnah Wal
Jama'ah, Ustadz Ja'far Umar Thalib, Kapolsek, Danramil, tokoh-tokoh pemuda dan
ketua Posko-Posko Jihad di seluruh kecamatan Salahutu. Pertemuan ini dijadikan
wahana untuk merapatkan barisan kaum muslimin Maluku yang telah dirampas
tanahnya sejak 5 abad silam di beberapa tempat di Nusantara, bahkan terus
aktif digencarkan oleh Dunia Kristen Internasional hingga abad 21 ini.
Dalam pertemuan itu, Ustadz Ja'far mengusulkan agar di desa Waai dibangun
sebuah masjid Raya Ambon di atas tanah bekas masjid kuno abad XVI serta pondok
pesantren Ahlu Sunnah wal Jamaah yang dilengkapi pula dengan poliklinik,
perpustakaan. Berikut pula direncanakan pembangunan sekolah-sekolah Islam,
pasar dan pertokoan serta perkantoran desa. Hal tersebut perlu ditempuh supaya
umat Islam senantiasa menghidupkan kembali ajaran Islam yang dulunya pernah
tegak di desa Waai.
Sepakat
Masukan dari Panglima Laskar Jihad tersebut didukung berbagai komponen yang
hadir dalam acara tersebut bahkan setiap wakil menyatakan akan selalu
mendukung dan siap membantu agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan
lancar.
Tanggapan senada juga dilontarkan para pemuka desa Salahutu yang menyatakan
bahwa pihaknya sangat senang bila masyarakat muslim mau menempati kembali desa
Waai tersebut. Maka dengan ditempatinya kembali Waai oleh muslimin, diharapkan
desa-desa yang berada di sekitarnya merasa aman dari gangguan orang-orang
Kristen RMS yang selalu memancing dan membuat kekacauan serta kerusuhan.
Pertemuan yang hanya berlangsung selama 2 jam itu menghasilkan kesepakatan
tekad yang bulat untuk membangun desa Waai yang akan dijadikan kembali menjadi
pemukiman muslim beserta sarana dan prasarana penunjangnya. Bahkan salah satu
peserta pertemuan tersebut sependapat dengan pemuka warga Salahutu bahwa
desa-desa di kecamatan Salahutu akan aman jika desa Waai bebas dari perusuh
separatis Kristen RMS. (fzi)
Muslim Ambon Tetap Akan Berperang
Ambon, MHI (20/09/2000)
Pihak Kristen RMS selalu mendengungkan siasat kuno berupa ajakan damai
atau rekonsiliasi guna menghentikan penekanan umat Islam atas RMS di Maluku.
Namun muslimin tetap tidak terpengaruh, bahkan seluruh kaum muslimin
menyatakan akan tetap berperang terus melawan pihak Kristen RMS.
Tekad untuk meneruskan peperangan tersebut disampaikan para tokoh muslim dan
para ketua Posko Jihad yang berasal dari seluruh pulau Ambon dan sekitarnya,
saat melakukan dialog bersama di masjid Kapaha, desa Kapaha, kec. Nusaniwe,
Kodya Ambon, Senin kemarin (18/09/2000).
Dialog yang dihadiri 134 peserta yang berasal dari seluruh Posko Jihad di
Ambon tersebut, diprakarsai oleh muslimin Ambon, dengan tujuan menyatukan
tujuan dan merapatkan barisan dalam mengantisipasi manuver-manuver Kristen RMS
saat ini.
Menurut pengamatan liputan MHI, saat ini pihak Kristen mengajak untuk
bersama-sama menciptakan perdamaian, namun dibalik itu terdapat usaha-usaha
mempersiapkan kekuatan untuk menghancurkan umat Islam, dan jalan semacam ini
telah ditempuh oleh pihak Kristen berkali-kali.
"Kita tidak boleh lengah dengan ajakan damai Kristen RMS serta himbauan
dari pemerintah daerah yang semenjak dahulu membela kepentingan RMS walaupun
bertujuan untuk menciptakan dan menjaga situasi yang aman dan kondusif. Karena
saya yakin dibalik itu semua terdapat rencana makar pihak Kristen RMS untuk
menghantam lagi umat Islam disaat RMS merasa kuat. Maka keputusan muslimin
sudah final, kita harus terus berperang hingga RMS benar-benar bersih dari
bumi Maluku", tegas Muhammad.
Mendengar ajakan dari salah satu peserta tersebut, seluruh peserta dialog
spontan menyatakan dukungannya sambil meneriakkan takbir, ALLAHU AKBAR !
Teriakan takbir yang gegap-gempita ini akan menegakkan bulu roma syaithon dan
anak-buahnya yang selalu menginginkan kehancuran Islam dan muslimin.
Sementara itu, Panglima Laskar Jihad Ahlussunnah Wal Jama'ah, Ustadz Ja'far
Umar Thalib menjelaskan bahwa selama ini banyak pihak yang berusaha menggiring
umat Islam untuk tidak lagi meneruskan peperangan. Adapun bentuk dari usaha
penggiringan tersebut adalah melalui penyebaran informasi guna membangun opini
bahwa semua pertikaian dan kerusuhan ini hanya merugikan diri sendiri.
Sedangkan para penguasa daerah dan kaum munafiq juga berusaha menipu dan
mempengaruhi umat Islam dengan menyatakan bahwa umat Islam saat ini telah
mencapai kemenangan, sehingga harus memelihara kemenangan tersebut dengan
berdamai.
"Memang umat Islam saat ini telah mencapai kemenangan, namun bukan
kemenangan yang final, tetapi baru merupakan tahap menuju ke final. Maka untuk
mencapai akhir perang yang sebenarnya maka kita harus tetap menyirami semangat
Jihad untuk mengusir dan menghancurkan pihak Kristen RMS dari Ambon. Bila
semua itu terpenuhi, maka tercapailah kemenangan yang final", tegas
Ustadz Ja'far. (zhr)
Dansektor Culik 3 Anggota Brimob
Ambon, MHI (21/09/2000)
Komandan Sektor (Dansektor) Pemulihan Keamanan wilayah A Maluku, Kolonel Inf.
A. Siswanto, yang selama ini selalu merugikan umat Islam, kemarin Selasa
(19/09/2000) kembali membakar amarah umat Islam dengan menculik 3 anggota
Brigade Mobil (Brimob) Muslim Polda Maluku, yakni Serma Muhammad Musaad, Dani
dan Mochtar.
Untungnya aksi penculikan tersebut sempat dipergoki masyarakat Muslim,
sehingga setelah beberapa saat 3 anggota Brimob tersebut diculik, ribuan masa
muslim langsung mendatangi markas Dansektor di Jl. A.Y. Patty untuk menentang
aksi anarkhis Dansektor murtad tersebut.
Menurut sejumlah saksi mata, ketiga anggota Brimob tersebut diculik saat
mereka melintas di jalan Pelabuhan, tepatnya di depan kantor Bank Mandiri,
desa Mardika, kec. Sirimau, Kodya Ambon. "Saat mereka mengendarai motor
dengan santai, tiba-tiba dari arah belakang melintas dengan cepat 2 mobil
kijang, dan ketika posisinya tepat di depan 3 anggota Brimob tadi, 2 kijang
tersebut langsung berhenti dan menghadang jalannya 2 motor yang dikendarai
oleh ketiga anggota Brimob tadi," kata Ismail Yusuf, salah satu saksi
mata.
Begitu mereka berhenti, lanjut Yusuf, sekitar 5 orang tentara berbaret
Kopassus dan Marinir, membuka pintu dan langsung menodongkan senjata ke arah 3
anggota Brimob tadi, selanjutnya mereka digiring masuk ke dalam mobil.
Setelah berhasil memaksa masuk 3 orang tadi, maka sopir kijang tersebut
langsung tancap gas, melarikan para tawanannya. "Saat itu kami tidak
mengira bahwa mereka diculik, dan kami baru sadar setelah 2 mobil tadi tancap
gas," tambah Ibrahim Marasabessy.
Dansektor sang Dalang
Begitu menyadari telah tejadi penculikan, maka dalam waktu serempak
warga di sekitar Batu Merah mulai berkumpul. Tak berapa lama kemudian didapat
informasi dari aparat bahwa ketiga anggota Brimob tadi diculik oleh pasukan
khusus atas perintah dari Dansektor (murtad) Siswanto.
Maka dalam waktu singkat berita tentang aksi penculikan tesebut langsung
tersebar diseluruh pulau Ambon. Hal ini memancing konsentrasi puluhan ribu
massa beserta puluhan truk dan mobil mendatangi kantor Puskud Maluku di jalan
A.Y. Patty yang digunakan sebagai markas Dansektor, sekaligus mengadakan
perhitungan dengan Siswanto.
Liputan MHI yang mengamati di lokasi menyaksikan puluhan ribu massa memadati
jalan dari dari Masjid Raya Al Fatah hingga Markas Dansektor sepanjang 1
kilometer. Siswanto yang selama ini selalu bersikap arogan terhadap umat Islam
ternyata ciut nyalinya dan berjiwa pengecut dengan memilih sikap bersembunyi
di lantai atas markasnya dan tidak menemui puluhan ribu massa yang siap
menghakiminya.
Melalui lisan anak buahnya, Siswanto tersebut mengatakan bahwa saat ini tidak
ada tawanan di kantornya, karena saat itu juga telah dipindahkan ke Pomdam XVI
Pattimura. Demi membuktikan semua keterangan tersebut, maka gelombang manusia
mulai merambat ke kantor Central Polisi Militer Maluku di komplek pelabuhan
Yos Sudarso. Akhirnya ketiga anggota Brimob yang naas tersebut dilepaskan oleh
satuan CPM tanpa syarat.
Sementara itu, salah satu anggota CPM menyatakan, bahwa keberadaan 3 anggota
Brimob di kantor CPM tersebut bukan karena diantar pihak Dansektor, namun
diprakarsai sendiri oleh Polisi Militer. Ia menegaskan, "Aparat dari luar
Maluku tidak ada hak dengan seenaknya menangkap para aparat Polda dan Pangdam
XVI Pattimura, apalagi dalam bentuk penculikan. Dan setelah diadakan
pemeriksaan ternyata memang 3 Brimob tadi tidak melakukan kesalahan
apa-apa," kilahnya.
Puluhan ribu massa sempat merasa geram, sehingga mereka sepakat akan
mengadakan penyerangan terhadap berbagai wilayah kristen. Bahkan mereka telah
bertekad, bahwa ada aparat yang melindungi pihak kristen, maka akan ikut
disikat habis mengingat tindakan pihak Kristen dan antek-anteknya telah
melampaui batas kewajaran.
Menumpahkan kekesalan
Tindakan aparat yang membela kepentingan Kristen tersebut memancing
muslimin melancarkan serangan atas pihak kristen. Adapun yang menjadi sasaran
penyerangan kali ini adalah desa Galala, dimana massa melancarkan serangan
dari dua arah yakni Wara, dari arah timur dan Tanjung Mujahidin dari Barat
dengan menggunakan senjata seadanya.
Apalagi milisi RMS juga telah berani memancing kemarahan muslimin di desa Siri
Sori Islam, pulau Saparua dan Masohi di pulau Seram sehari sebelumya, hari
Senin (18/9) kemarin. Pasukan merah RMS di desa Ouw, kec. Saparua, Kab. Maluku
Tengah, pulau Saparua dengan sengaja melancarkan serangan terhadap perahu umat
Islam yang tengah berlayar dari desa Siri Sori di pulau Saparua menuju Masohi.
Bermula perahu Pok-Pok dari Siri Sori Islam milik muslimin yang bermuatan lima
orang warga muslim dan 3 anggota Brimob penuh tersebut melintas di tanjung
desa Ouw (Kristen) hendak menuju pulau Seram diberondong peluru dari darat.
Aksi penembakan tersebut menyebabkan 3 anggota Brimob yang mengawal perahu dan
1 orang sipil tewas, serta seorang luka-luka. Anggota Brimob yang meninggal
diantaranya Prajurit Dua Siagian, Prada Badarudin dan Serda Salahudin (21),
sedangkan warga sipil muslim yang meninggal Alwi Parlusi dan Taliasa Saimimah
luka-luka berat kini sedang dirawat di RSU Saparua.
Serangan separatis RMS tersebut memancing pertikaian antara massa pembela NKRI
dengan pemberontak Maluku Sarani di darat maupun di laut yang meluas hingga
Masohi dan seluruh Maluku, sehingga 3 orang tewas dari pihak kuffar Kristen
diantaranya Robin Laumarisa dan Buang Ahuluhelu, Eliyas Halowed (50), Agustina
Letlora (40) serta 19 orang luka-luka yang dirawat di RSU Kristen Haulusi,
Kudamati dan RS Bhakti Rahayu.
Menurut Kapolres Maluku Tengah, Supertindent Kadir Prayitno, Selasa (19/9)
siang, menyebutkan bahwa peristiwa penembakan itu tersiar hingga ke Kota
Masohi dan Desa Sirisori Islam. Bahkan sempat terjadi pengumpulan massa dan
pembakaran sebuah pos penjagaan Brimob di perbatasan Desa Ulat dan Desa
Sirisori Islam.
Maka kejadian tersebut membuktikan bahwa ummat Kristen masih menyimpan bara
permusuhan dan rencana makar atas muslim, sehingga muslimin di seluruh pulau
Ambon, Haruku, Seram dan Saparua, sepakat mengobarkan perang agama atas milisi
Kristen. "Dan kalau aparat menghalang-halangi, maka semua akan disapu.
Selama ini pihak kristen selalu memulai pertikaian, jadi kita harus
membalasnya," tegas sejumlah warga. (Zhr?)
Walikota Berulah,
Ambon Kembali Memanas
Ambon, MHI (21/09/2000)
Upaya Gubernur Maluku, Saleh Latuconsina dan Kapolda Brigjen
Firman Gani dalam meyakinkan kepada masyarakat bahwa kota Ambon telah aman dan
kondusif, ternyata kemarin Selasa (19/09) pecah pertempuran kembali. Pasalnya,
Kristen RMS memancing muslimin sejak pagi hari hingga sore sehingga kondisi
Ambon kembali memanas.
Keadaan tersebut berawal dengan ulah Walikota Ambon, Chris Tanasale yang
sengaja memelihara kerusuhan di kota Ambon yang telah berlangsung selama 20
bulan ini. Walikota tersebut berharap kerusuhan dapat memancing pasukan asing
dari DK PBB hadir di Maluku. Sehingga tindakan Walikota kristen tersebut
selalu merugikan umat Islam dengan melakukan langkah yang provokatif dan
mengesampingkan usulan dan eksistensi umat Islam.
Saat ini Chris Tanasale bermanuver mengadakan pasar murah kebutuhan pokok
kepada warga Ambon, baik Islam maupun kristen, di lapangan Merdeka (depan
gereja Maranatha), Ambon sejak Selasa (19/09) yang direncanakan berlangsung
hari ini hingga tanggal 26 September, mendatang.
Kegiatan pasar murah yang dibuka secara resmi oleh istri Gubernur Maluku, Ny
Hatja A latuconsina, Selasa direncanakan akan berlangsung selama tujuh hari,
dengan menjual kebutuhan sembako.
Menurut Chris, kegiatan pasar murah tersebut sebagai upaya pembuktian bahwa
saat ini kondisi kota Ambon sudah aman dan damai. Selain itu diharapkan juga
sebagai suatu usaha untuk mempertemukan pihak kristen dan muslim yang berada
di lapisan bawah. Tetapi upaya penyelesaian konflik merupakan usaha yang
dipaksakan dan tidak menyentuh akar permasalahan yakni adanya cita-cita RMS.
Hanya saja semua perkataan Walikota tersebut hanya merupakan isapan jempol dan
usaha mengelabui warga muslim di Ambon, sebab tindakan ini merupakan strategi
pihak kristen untuk tetap mengacaukan kondisi Ambon dengan harapan
mendatangkan pasukan PBB terlaksana.
Hal itu dapat terlihat dari pelaksanaan kegiatan pasar murah yang lokasinya
dipilih di depan markas besar kristen di Kodya Ambon, yakni gereja Maranatha.
Sehingga pasar murah yang dibuka oleh Gubernur dan Kapolda serta dijaga ketat
oleh aparat tersebut akhirnya, pada pukul 11.00 WIT bubar secara tragis
setelah terjadi keributan yang diikuti dengan rentetan tembakan.
Keributan di pasar murah yang terletak hanya beberapa meter dari Markas Linud
737 BS Polisi Kota tersebut dimulai dengan aksi puluhan warga kristen yang
berlarian dari arah gereja menuju ke tengah lapangan sambil membuat keributan
dan keonaran. Dan seperti diduga sebelumnya, para anggota milisi RMS tersebut
telah dipersiapkan bersiaga menunggu komando di gereja Maranatha.
Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini. Hanya beberapa warga sempat dilarikan
ke rumah sakit karena terinjak-injak saat berusaha menyelamatkan diri.
Kendaraan angkutan pun sempat lumpuh. Dan untuk menghindari jatuhnya korban
yang lebih besar, murid-murid sekolah dipulangkan lebih awal. Begitu pula
dengan para pegawai kantor Gubernur dan Walikota.
Para pengunjung yang kebanyakan umat Islam dari desa Batu Merah berlarian
menyelamatkan diri ke arah Belakang Kota. Sementara itu, para pemuda Muslim
yang tidak terima akan perlakuan pihak RMS tersebut mulai merengsek maju ke
arah massa kristen, bahkan sempat terjadi pertempuran jarak dekat dengan batu
dan kayu.
"Ini merupakan bukti bahwa kegiatan ini merupakan bentuk usaha pihak
kristen untuk mengelabui umat Islam saja," kata Ahmad Kadir, warga Ambon.
Walaupun tidak terdapat korban, namun kejadian tersebut akhirnya menggugah
semangat umat Islam untuk tetap melancarkan pertempuran dengan pihak kristen.
(Zhr)